Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur

Kualitas Audit terhadap Manajemen
Ilustrasi: istockphoto.
Abstract
The purpose of this research is to find out the influence of KAP size, industrial specialization, audit assignment period, client important, willingness reporting of audit opinion, firm size and leverage to the accrual earnings management.
The population is all manufacturing companies which are listed in Indonesia Stock Exchange. The sample collection technique has been done by using purposive sampling so the samples which have been obtained are 314 firm years.
The statistic method has been done by using multiple regressions analysis. The result of goodness of fit/F test has obtained significant value 0.036 < 0.05 (level of significant) which indicates that all variables in the research model can explain the changes of earnings management or models which have been built have met the fit criteria.
The determination coefficient test with its Adjusted R Square (Adjusted R2 ) is 0.123 or 12.3% it means that all independent variables can explain the dependent variable and the partial test. This research has been processed by using SPSS version 12.
The result of partial test shows that there are three models which have significant influence to the earnings management i.e. KAP size, industrial specialization, and audit assignment period whereas client important variable, the willingness reporting of audit opinion, firm size and leverage do not have any significant influence to the earnings management.
Keywords: Audit Quality, Firm Size, Leverage, Earnings Management.
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ukuran KAP, spesialisasi industri, masa penugasan audit, client important, kesediaan pelaporan opini audit, ukuran perusahaan serta leverage terhadap manajemen laba akrual.
Populasi yang digunakan dalam penelitian perusahaan manufaktur termasuk dalam BEI. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, sehingga sampel yang diperoleh 314 firm year.
Metode statistik yang digunakan adalah Teknik analisa regresi berganda (multiple regression analysis). Hasil pengujian goodness of fit/uji F diperoleh nilai signifikan sebesar 0,036 < 0,05 (level of signifikan), yang mengindikasikan bahwa seluruh variabel yang digunakan dalam model penelitian mampu menjelaskan perubahan manajemen laba, atau model yang dibangun memenuhi kriteria fit.
Uji koefisien determinasi dengan nilai Adjusted R Square (Adjusted R2 ) 0,123 atau 12,3 % seluruh variabel Independen dapat menjelaskan variabel dependen, dan uji parsial. Penelitian ini diolah dengan SPSS versi 12.
Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa dari tujuan model yang digunakan dalam penelitian terdapat tiga model yang berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba yaitu ukuran KAP, spesialisasi industri, serta masa penugasan audit, sedangkan variabel client important, kesediaan pelaporan opini audit, ukuran perusahaan serta leverage tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Kata Kunci: Kualitas Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage, Manajemen Laba.

1. Pendahuluan

Laporan keuangan mengandung suatu informasi yang sangat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak tersebut adalah pihak internal dan pihak eksternal perusahaan. Laporan keuangan menunjukkan keadaan keuangan perusahaan dan bagaimana kinerja manajemen dalam pengelolaan perusahaan.

Namun, dalam kenyataannya dijumpai manajemen yang menyalahgunakan laporan keuangan tersebut untuk kepentingan tertentu dengan nama praktik manajemen laba. Pihak manajemen melakukan rekayasa laporan keuangan sehingga memberikan informasi yang menyesatkan bagi pengambil keputusan.

Pada dasarnya manajemen laba tidak begitu saja menyalahi prinsip akutansi yang berlaku umum. Manajemen laba terjadi karena adanya fleksibilitas standar akutansi keuangan untuk menggunakan asumsi, penilaian, serta pemilihan metode perhitungan dalam penyusunan laporan keuangan.

Auditor adalah seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam melakukan audit atas laporan keuangan dan kegiatan perusahaan.

Dalam menjalankan tugasnya, auditor berpedomaan pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Telah banyak terjadi praktik manajemen laba yang dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pelaporan keuangan dan menghalangi kecekapan aliran modal di pasaran keuangan (Scott, 2001). Menurut Wats dan Zimmerman (1986), kebolehpercayaan laporan keuangan perusahaan bergantung pada kecakapan auditor.

Kecakapan auditor merupakan salah satu kelayakan profesional individu yang memiliki kemampuan teknikal untuk menemukan pelanggaran dalam sistem akutansi kliennya, apabila auditor dapat mengurangi bentuk salah saji laporan keuangan maka kepercayaan menjadi lebih bermakna bagi pemegang saham dan investor (Dahlan, 2009).

Dalam Roychowdhury (2006) dijelaskan bahwa manajemen laba dapat dilakukan dengan manajemen laba akrual murni dan manajemen laba riil. Manajemen laba akrual murni (pure accrual) yaitu dengan discretionary accrual yang tidak memiliki pengaruh terhadap arus kas secara langsung yang dapat disebut dengan manajemen laba akrual.

Manajemen laba akrual dilakukan pada akhir periode ketika manajer mengetahui laba sebelum direkayasa sehingga dapat dapat mengetahui berapa besar manipulasi yang diperlukan agar target laba tercapai. Manajemen laba dapat terjadi karena penyusunan laporan keuangan menggunakan dasar akrual.

Sistem akutansi akrual yang telah ada pada prinsip akutansi yang diterima umum memberikan kesempatan kepada manajer untuk membuat pertimbangan akutansi yang akan memberikan pengaruh terhadap pendapatan yang dilaporkan.

Pendekatan distribusi laba menidentifikasikan batas pelaporan laba dan menemukan bahwa perusahaan yang berada di bawah earning thresholds akan berusaha melewati untuk melewati batas tersebut dengan melakukan manajemen laba.

Philips dan Rego (2003) menyatakan bahwa para manajer melakukan manajemen laba dengan pendekatan distribusi laba dikarenakan manajer sadar bahwa pihak eksternal, khususnya para investor, bank, dan supplier menggunakan batas pelaporan laba dalam menilai kinerja manajer.

Di dalam perusahaan terdapat hubungan antara pemilik perusahaan yang disebut prinsipal dengan manajemen yang mengelola perusahaan yang disebut dengan agen. Manajemen mempunyai kepentingan pribadi yang tentu saja berbeda dengan pemilik perusahaan.

Pemilik perusahaan menginginkan perusahaan lebih maju sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan pemegang saham.

Sedangkan manajemen perusahaan mempunyai keinginan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan biaya dari pihak lain, sehingga tidak memperhitungkan risiko kerugian yang dapat terjadi. Kerugian akan sepenuhnya ditanggung oleh pemegang saham sebagai pemilik perusahaan.

Dengan terdapatnya suatu kepentingan yang berbeda antara pemilik perusahaan dengan manajemen perusahaan maka dapat menimbulkan suatu konflik keagenan. Konflik keagenanan tersebut akan memberikan kesempatan kepada manajemen perusahaan untuk melakukan rekayasa dalam mengelola laba.

Kualitas audit mencakup kemampuan auditor untuk mengidentifikasi risiko material, melakukan pengujian yang memadai, dan memberikan opini independen mengenai keberlanjutan laporan keuangan.

Oleh karena itu, penelitian mengenai pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba perusahaan manufaktur menjadi relevan untuk memahami sejauh mana peran audit dalam mengurangi risiko manipulasi laporan keuangan.

Pentingnya kualitas audit dalam konteks perusahaan manufaktur tidak dapat diabaikan, terutama dalam menghadapi kompleksitas lingkungan bisnis dan persyaratan regulasi yang semakin meningkat.

Kualitas audit yang baik dapat memberikan keyakinan kepada pemangku kepentingan bahwa laporan keuangan perusahaan merupakan cerminan yang akurat dan dapat dipercaya mengenai kinerja dan posisi keuangan perusahaan.

Dalam konteks ini, pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba perusahaan manufaktur menjadi perhatian utama.

Kualitas audit mencakup kemampuan auditor untuk mengidentifikasi risiko material, melakukan pengujian yang memadai, dan memberikan opini independen mengenai keberlanjutan laporan keuangan.

Oleh karena itu, penelitian mengenai pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba perusahaan manufaktur menjadi relevan untuk memahami sejauh mana peran audit dalam mengurangi risiko manipulasi laporan keuangan.

Auditor yang berkualitas akan mampu secara efektif mengidentifikasi risiko material yang mungkin mempengaruhi keberlanjutan laporan keuangan perusahaan.

Identifikasi risiko yang tepat membantu auditor dalam menentukan area-area yang perlu diuji secara lebih mendalam, termasuk potensi manipulasi atau penyesuaian yang dapat terkait dengan praktik manajemen laba.

Penelitian ini bertujuan untuk untuk menguji secara empiris pengaruh Ukuran KAP, spesialisasi industri KAP, masa penugasan KAP, kepentingan ekonomi KAP, dan kesediaan pelaporan opini audit going-concern.

Dan, akan dilakukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit, seperti independensi auditor, profesionalisme, dan pengalaman auditor. Selain itu, akan dieksplorasi pula mekanisme transparansi dan akuntabilitas audit dalam menanggulangi praktik manajemen laba.

Dengan pemahaman mendalam mengenai interaksi antara kualitas audit dan manajemen laba, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pemangku kepentingan, regulator, dan praktisi dalam meningkatkan integritas pelaporan keuangan perusahaan manufaktur.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalahsebagai berikut: (1) Apakah ukuran KAP berpengaruh terhadap manajemen laba? (2) Apakah spesialisasi industri KAP berpengaruh terhadap manajemen laba?

(3) Apakah masa penugasan KAP berpengaruh terhadap manajemen laba? (4) Apakah kepentingan ekonomi KAP berpengaruh terhadap manajemen laba? (5) Apakah kesediaan Pelaporan opini audit going-concern berpengaruh terhadap manajemen laba?

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2014. Periode penelitian mencakup data pada tahun 2011-2014 sebagai berikut:

Tabel 1 Jumlah Perusahaan di BEI yang Dijadikan Sampel   

TahunJumlah Perusahaan
201176 Perusahaan
201278 Perusahaan
201379 Perusahaan
201481 Perusahaan
Sumber: Bursa Efek Indonesia.

Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling terhadap perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan tahunan periode tahun 2011–2014, sehingga terdapat 314 firm year yang memenuhi kriteria sampel.

Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1). Perusahaan Manufaktur termasuk dalam Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014; (2). Perusahaan sampel memiliki informasi tanggal publikasi laporan keuangan untuk tahun bersangkutan dan mengeluarkan laporan tahunan periode bersangkutan yang telah di audit dan dipublikasikan; (3). Perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan keuangannya dengan mata uang rupiah selama periode 2011-2014.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu prosedur yang sangat penting dalam suatu penelitian. Jenis data dalam penelitian merupakan faktor yang sangat penting, karena jenis data akan menyangkut kualitas dari hasil penelitian.

Oleh karenanya, jenis data menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data (Sugiyono, 2010: 79). Metode pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini studi dokumentasi dan studi pustaka.

Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Variabel Dependen

Berdasarkan penelitian (Philips dan Rego, 2003) rumus untuk variabel manajemen laba diukur dengan menggunakan pendekatan distribusi laba adalah sebagai berikut:

Variabel Independen

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat) (Sugiyono 2010:59). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas, adalah suatu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik mempunyai distribusi yang normal atau mendekati normal.

Untuk mengetahui kenormalan data, dapat dilihat pada analisis regresi linier plot (normal probability plot). Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Uji Autokorelasi, bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).

Jika terjadi korelasi, maka diidentifikasi terjadi masalah autokorelasi. Regresi yang baik adalah regresi yang tidak terjadi autokorelasi didalamnya.

Uji Multikolinearitas, bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Multikolinearitas dapat dilihat dengan cara menganalisis nilai VIF (Variance Inflation Factor). Suatu model regresi menunjukkan adanya Multikolinearitas jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF > 10.

Uji Heteroskedastisitas, bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi Heteroskedastisitas.

Uji Hipotesis

Uji Koefisien Determinasi (R2), digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai koefisien derteminasi adalah antara nol sampai dengan satu.

Apabila niai R2 semakin kecil, maka kemampuan variabel-variabel independen dapat menjelaskan variasi variabel dependen rendah. Apabila nilai R2 mendekati satu, maka variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Uji Goodness of Fit dengan Uji F, digunakan untuk menguji kelayakan model regresi linear berganda. Model Goodness of Fit dapat dilihat dari nilai statistik F.

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan pengaruh secara bersama-sama variabel independen yang dimasukkan dalam model terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba.

Uji t, pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Tingkat signifikasi uji t < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya secara individual terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

Tingkat signifikasi uji t > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya secara individual tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

2. Hasil dan Pembahasan

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas. Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan analisis grafik yaitu dengan menggunakan grafik probabilty plot menunjukkan bahwa grafik memberikan pola distribusi normal yang mendekati normal dengan titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya masih di sekitar garis normal sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal.

Uji Autokorelasi. Berdasarkan hasil uji autokorelasi diperoleh nilai Durbin Watson hitung sebesar 2,036. Penelitian ini menggunakan data sejumlah 313, variabel independen sebanyak 5, dan Variabel control sebanyak 2. sehingga berdasarkan tabel Durbin Watson diketahui nilai dl = 1,627 dan du = 1,841 (pada tabel DW), serta nilai (4-du) = 2,159) dan nilai (4-dl) =2,373. Nilai 2,036 tersebut terletak diantara nilai du (1,841) dan 4-du (2,159) sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat masalah autokorelasi sehingga uji autokorelasi terpenuhi.

Uji Multikolinearitas. Nilai tolerance semua variabel bebas lebih besar dari 0,10, demikian pula nilai VIF semuanya kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengindikasikan adanya multikolinieritas.

Uji Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola grafik scatterplot dan Spearmans rho.

Hasil dari grafik scatterplot menunjukkan bahwa titik-titik tidak terlalu menyebar dan tampak seperti membentuk sebuah pola, maka dilakukan uji untuk memberikan kepastian bahwa model yang dibangun bebas dari heteroskedastisitas.

Hasil uji Spearmans rho menyatakan bahwa besarnya nilai probabilitas pada seluruh variabel bebas lebih besar dari 0,05, dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan maka hal ini berarti dalam model regresi tidak terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya atau bisa disebut juga dengan bebas dari Heteroskedastisitas.

Hal tersebut memberi arti bahwa tujuh variabel independen dalampenelitian ini bebas dari masalah heteroskedastisitas.

Analisis Regresi Linier Berganda

Dari pengujian yang telah dilakukan melalui regresi berganda diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 2 Hasil Uji Regresi Berganda

Variabel BebasKoefisien RegresiSig.r
Ukuran KAP-2,4360,032-0,057
Specialisasi Industri5,9710,0030,171
Masa Penugasan Audit-0,7800,033-0,055
Client Important-2,3870,722-0,020
Kesediaan Pelaporan Opini Audit1,0810,8060,014
Ukuran Perusahaan-3,2710,521-0,037
Leverage-0,0350,947-0,004
Konstanta11,392  
Sig. F0,036  
R0,351  
R20,123  
Sumber: Output SPSS.

Berdasarkan tabel 2, maka diperoleh persamaan regresi linear berganda pada penelitian ini sebagai berikut:

ML=11,392 -2,436BIG4+ 5,971SPCL–0,780tenure–2,387CI+1,081RQA-3,271 SIZE- 0,035DEBT.

Uji F

Uji goodness of fit digunakan untuk mengetahui kelayakan model, apakah model yang dibangun memenuhi kriteria fit atau tidak. Model regresi dikatakan fit apabila tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hasil uji goodness of fit disajikan pada tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3 Anova

Sumber: Output SPSS.

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 0,036 dengan nilai signifikansi sebesar 0,00 lebih kecil dari α (0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang dibangun, yaitu pengaruh kualitas auditr terhadap Manajemen laba memenuhi kriteria fit (sesuai).

Uji t

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t yaitu menguji koefisien regresi secara parsial untuk mengetahui apakah masing-masing model yang digunakan dalam penelitian yaitu ukuran KAP, specialisasi industri, masa penugasan audit, client important, kesediaan pelaporan opini audit, ukuran perusahaan serta leverage mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil ujit yang disajikan pada tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5 Hasil Perolehan Tingkat Signifikan               

Variabel                                                                                                SigKeterangan
Ukuran KAP0,032Signifikan
Specialisasi Industri0,003Signifikan
Masa Penugasan Audit0,033Signifikan
Client Important0,722Tidak Signifikan
Kesediaan Pelaporan Opini Audit0,806Tidak Signifikan
Ukuran Perusahaan0,521Tidak Signifikan
Leverage0,947Tidak Signifikan
Sumber: Output SPSS.

Dari tabel di atas akan diuraikan masing-masing pengaruh dari model yang digunakandalam penelitian manajemen laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Sebagai berikut: Uji Parsial Pengaruh Ukuran KAP terhadap Manajemen Laba dari hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh tingkat signifikan variabel ukuran KAP sebesar 0,032 < a = 0,050 (level of signifikan), maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Kondisi ini menunjukkan pengaruh variabel tersebut terhadap manajemen laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah signifikan.

Hasil ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Reynolds dan Francis (2001), Dinuka (2014) menemukan bahwa klien Big 6 memiliki diskresioner absolute yang lebih rendah dibandingkan dengan klien non Big.

Faktor ketergantungan ekonomi auditor terhadap klien lebih kecil pada auditor besar, artinya independensi auditor pada KAP besar lebih terjaga.

Independensi dalam auditor besar lebih mungkin terjaga karena ketergantungan ekonomi auditor terhadap klien tidak begitu berarti bagi auditor besar, dan auditor besar berpeluang untuk mengalami kerugian yang lebih besar pada kasus kegagalan audit, bila dibandingkan dengan auditor kecil, sehingga jaminan atas kualitas audit akan lebih ditingkatkan.

Uji Parsial Pengaruh Sepecialisasi Industri terhadap Manajemen Laba dari hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh tingkat signifikan variabel specialisasi industri sebesar 0,003 < a = 0,050 (level of signifikan), maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Kondisi ini menunjukkan pengaruh variable tersebut terhadap manajemen laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah signifikan.

Hasil ini sejalan dengan pendapat Gut et al. (2003) KAP yang melakukan kosentrasi pada industri dan prosedur audit tertentu memungkinkan untuk memperoleh pengetahuan tentang bisnis dan industri klien dengan lebih banyak, sehingga KAP dengan spesialisasi industri dapat bekerja lebih efektif.

Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Nugrahanti (2014) yang menunjukkan spesialisasi industri mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba, namun tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Meiranto (2014).

Uji Parsial Pengaruh Masa Penugasan Audit terhadap Manajemen Laba dari hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh tingkat signifikan variabel masa penugasan audit sebesar 0,033 < a = 0,050 (level of signifikan), maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Kondisi ini menunjukkan pengaruh variabel tersebut terhadap manajemen laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah signifikan. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh (Knechel dan Vanstraelen 2007).

Masa penugasan audit yang lebih panjang dapat memberikan implikasi bagi kualitas audit yang lebih tinggi, tetapi juga dapat mengancam independensi auditor yang disebabkan oleh hubungan auditor dan klien yang semakin dekat sehingga berdampak menurunnya kualitas audit.

Hasil ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Dinuka (2014) namun tidak mendukung penelitian yang dilakukan soleh Sieregar (2012).

Uji Parsial Pengaruh Client Important terhadap Manajemen Laba dari hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh tingkat signifikan variabel client important sebesar 0,722 > a = 0,050 (level of signifikan), maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Kondisi ini menunjukkan pengaruh variabel tersebut terhadap manajemen laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah tidak signifikan.

Hasil ini sejalan dengan Reynolds dan Francis (2001) menunjukkan bahwa kepentingan ekonomi auditor tidak mendorongklien besar untuk melakukan diskresi akrual yang lebih tinggi dibandingkan klien yang lebih kecil.17

Uji Parsial Pengaruh Kesediaan Pelaporan Opini Audit terhadap Manajemen Laba dari hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh tingkat signifikan variabel kesediaan pelaporan opini audit sebesar 0,806 >  = 0,050 (level of signifikan), maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Kondisi ini menunjukkan pengaruh variabel tersebut terhadap manajemen laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah tidak signifikan.

Ketidaksignifikanan hasil ini sejalan dengan pendapat Geiger dan Rama (2006) dan Bartov et al. (2011) yang mengemukakan bahwa hubungan kesediaan dan keakuratan pelaporan opini audit going-concern (GC) dengan kualitas laba masih belum konsisten

Uji Parsial Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba dari hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh tingkat signifikan variabel ukuran perusahaan sebesar 0,521 >  = 0,050 (level of signifikan), maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Kondisi ini menunjukkan pengaruh variabel tersebut terhadap manajemen laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah tidak signifikan. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Nugrahanti, (2014) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba.

Uji Parsial Leverage terhadap Manajemen Laba dari hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh tingkat signifikan variabel leverage sebesar 0,947 >  = 0,050 (level of signifikan), maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Kondisi ini menunjukkan pengaruh variabel tersebut terhadap manajemen laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah tidak signifikan. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Nugrahanti (2014) yang menunjukkan leverage mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba.

5. Kesimpulan

Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) Hasil pengujian menunjukkan ukuran KAP mempunyai pengaruh signifikan dan negatif terhadap manajemen laba; (2) Hasil pengujian menunjukkan spesialisasi industri mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap manajemen laba;

(3) Hasil pengujian menunjukkan masa penugasan audit (tenure) mempunyai pengaruh signifikan dan negatif terhadap manajemen laba; (4) Hasil pengujian menunjukkan client important mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba;

(5) Hasil pengujian menunjukkan kesediaan pelaporan opini audit mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba; (6) Hasil pengujian menunjukkan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba; (7) Hasil pengujian terakhir menunjukkan leverage mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba.

Penulis: 
1. Jamhur Mursidan Rais
2. Bujangga Handra Priatmo
3. Ananda Dito Pramudya Putra
Mahasiswa Manajemen Universitas Muhammadiyah Surakarta

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Referensi

L. Augusto Horta Nogueira and R. Silva Capaz, “Biofuels in Brazil: Evolution, achievements and perspectives on food security,” Global Food Security, vol. 2, no. 2, pp. 117–125, 2013.

A. Pradhan and C. Mbohwa, “Development of biofuels in South Africa: Challenges and opportunities,” Renewable and Sustainable Energy Reviews, vol. 39, no. 2014, pp. 1089–1100, 2014.

M. Messagie, K. Lebeau, T. Coosemans, C. Macharis, and J. Van Mierlo, “Environmental and financial evaluation of passenger vehicle technologies in Belgium,” Sustainability, vol. 5, no. 12, pp. 5020–5033, 2013.

Shahwan, Yousef. “The impact of audit quality, corporate governance, and company characteristics on earnings management.” Global Journal of Economics & Business 11.1 (2021).

Wijaya, Anggita Langgeng. “Profitability, audit quality, and firm value: Case on Indonesian manufacturing companies.” Contabilidad y Negocios 15.30 (2020): 43-61.

Sitanggang, R. P., et al. “Audit quality and real earnings management: evidence from the UK manufacturing sector.” International Journal of Managerial Finance 16.2 (2020): 165-181.

Enekwe, Chinedu, Chike Nwoha, and Sergius Nwannebuike UDEH. “EFFECT OF AUDIT QUALITY ON FINANCIAL PERFORMANCE OF LISTED MANUFACTURING FIRMS IN NIGERIA (2006-2016).” Advance Journal of Management, Accounting and Finance 5.1 (2020): 1-12.

Fadjarenie, A., & Oktris, L. (2023). THE INFLUENCE OF OOD CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILITY, LEVERAGE AND AUDIT QUALITY ON PROFIT MANAGEMENT IMPLEMENTATION (Study empirical on the company manufacture listed on IDX 2015–2019). EPRA International Journal of Multidisciplinary Research (IJMR), 9(3), 296-309.

Sumiadji, Sumiadji, Grahita Chandrarin, and Edi Subiyantoro. “Effect of audit quality  onearnings  quality:  Evidence  from  Indonesia  stock exchange.” International Journal of Financial Research. 10.1 (2019): 86-97.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *