Menjelang pemilu 2024, masyarakat Indonesia telah memasuki gejolak demokrasi yang sangat panas terutama Milenial dan Generasi Z (Gen Z) yang muncul sebagai penentu utama. Data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) menunjukkan bahwa dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT) nasional, sekitar 55-60 persen, atau sekitar 106.358.447 jiwa, adalah pemilih muda.
Menariknya, menurut Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI), generasi Milenial (kelahiran 1981-1996) menjadi kontributor suara tertinggi dengan 33%, diikuti oleh Generasi X (kelahiran 1965-1980) sebanyak 28%, dan Generasi Z (kelahiran 1997-2012) dengan 23% suara. Hal ini memperlihatkan bahwa kekuatan pemilih ada di tangan generasi muda, khususnya Milenial dan Gen Z.
Menurut data dari Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI), generasi Milenial (kelahiran 1981-1996) menjadi kontributor suara tertinggi dengan 33% diikuti oleh Generasi X (Kelahiran 1965-1980) sebanyak 28%, dan Generasi Z (kelahiran 1997-2012) dengan 23% suara. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan Milenial dan Gen Z menjadi penentu esensial dalam Pemilu 2024.
Dalam kondisi politik yang terus berkembang dari waktu ke waktu, para calon presiden seperti Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo harus memiliki strategi yang cerdas dan efektif dalam menarik perhatian generasi muda agar suara mereka dapat menjadi faktor penentu dalam pemilihan.
Generasi Z, memiliki ciri khas yang terbuka terhadap isu global sehingga memiliki potensi yang sangat besar untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Mereka juga bersama dengan generasi Milenial, merupakan kelompok usia produktif yang mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Maka dari itu, sering kali banyak paslon yang memakai narasi menjemput Indonesia Emas di tahun 2045 bersama anak muda.
Kepedulian generasi ini terhadap isu-isu tertentu, seperti korupsi, lingkungan hidup, dan kesejahteraan, menjadi kriteria penting dalam memilih calon presiden. Meskipun banyak yang terlibat dalam mencari informasi secara aktif, masih ada kekhawatiran akan penyebaran informasi palsu.
Dalam hal media, generasi ini sangat terhubung dengan platform digital. Menurut Kominfo, Facebook (49%), WhatsApp (16%), dan Twitter (12%) akan menjadi media utama penyebaran informasi terkait Pemilu 2024. Namun, layaknya pedang bermata dua, media sosial juga membawa risiko disrupsi informasi, termasuk misinformasi, disinformasi dan malinformasi.
Apabila dilihat di media, Gen Z dan Milenial sangat terhubung dengan platform digital. Menurut Kominfo, Facebook (49%), Whatsapp (16%) dan Twitter (12%) yang menjadi media utama penyebaran informasi terkait Pemilu 2024, tetapi menurut penulis, Tiktok dan Instagram pun saat ini menjadi media yang cukup kuat untuk menyebarkan informasi terkait Pemilu 2024.
Selain media, golput juga menjadi sorotan di Pemilu 2024 ini. Apabila dilihat dari Pemilu 2019, jumlah golput memang turun akan tetapi hal ini bukan berarti bisa diabaikan. Sebagian generasi muda pun masih bingung dan tidak yakin kalau suaranya akan didengar.
Hal ini memberikan tantangan sendiri bagi calon presiden untuk membuktikan bahwa memang mereka akan mendengarkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.
Namun, perlu diakui bahwa ada peningkatan kesadaran politik di kalangan Generasi Z dan Milenial. Meskipun memang ada kekhawatiran akan kurangnya pengetahuan politik, mereka memanfaatkan teknologi untuk mencari informasi yang valid dan terpercaya, salah satunya Website Resmi KPU dan Bijak Memiliki, suatu gerakan independen yang diinisiasi oleh @thinkpolicyid & @whatisupindonesia bertujuan agar orang muda bisa membuat pilihan di Pemilu 2024.
Dengan demikian, penulis melihat bahwa momentum pemilu ini harus dimanfaatkan oleh Milenial dan Gen Z untuk menentukan pemimpin masa depan bangsa Indonesia. Peran Milenial dan Gen Z sebagai penentu suara tidak boleh diabaikan sama sekali dan partisipasi aktif mereka dalam proses politik perlu dihargai dan didengarkan.
Oleh karena itu, penulis juga memberikan penegasan kepada Milenial dan Gen Z untuk ikut serta dan berkontribusi dalam Pemilu 2024 sehingga tidak terjadi golput. Selain itu, Milenial dan Gen Z juga diharapkan lebih teliti dan melakukan riset mendalam ketika memilih Calon Presiden dikarenakan ini akan berpengaruh terhadap kemajuan bangsa Indonesia.
Penulis: Akhmad Khairudin, M.B.A.
Alumni Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada
Editor: I. Khairunnisa
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News