Di Kota Blitar terdapat Makam Gantung yang berada di Jalan Melati Nomor 54 Kepanjen Kidul, Kota Blitar, Jawa Timur, makam ini ada sejak tahun 1829.
Merupakan peristirahatan Eyang Djojodigdo yang memiliki ilmu Pancasona, sebelum ilmu Pancasona diambil oleh guru Eyang yaitu Eyang Djugo, Eyang Djojodigdo satu hari dimakamkan 3 kali namun bisa bangkit, akhirnya keluarga menghubungi Eyang Djugo.
Lalu apakah makam Eyang benar tergantung? Ternyata yang digantung bukanlah makam namun pusaka dan baju kebesaran yang digantung di atas peristirahatan Eyang.
“Makam Gantung tidak ada itu untuk variasi untuk hiasan juga untuk menyimpan pusaka, baju kebesaran dan ilmu Pancasona diambil oleh guru Eyang yaitu Eyang Djugo,” ujar Mbah Lasiman sebagai juru kunci Makam Gantung.
Banyak orang-orang yang berziarah dan berkunjung di peristirahatan Eyang Djojodigdo, paling ramai saat libur dan pada hari minggu, tidak ada jam tertentu untuk mengunjungi Makam Gantung, kita dapat berziarah kapanpun. Juru kunci akan mengantar, menemani, dan membuka gerbang untuk kita dapat berziarah.
“Tidak ada jam kunjung, telepon atau menemui mbah ya saya buka pagarnya,” ucap istri Mbah Lasiman.
Makam Gantung dikelola oleh keluarga (Yayasan keluarga). Tempatnya yang sejuk, redup, asri, tenang membuat kita para peziarah merasa damai tenang sembari mengirim doa kepada Eyang. Makam Gantung ini dianggap keramat oleh masyarakat sekitar, maka ketika hendak berziarah pastikan kita dalam keadaan suci.
“Aset Blitar jadi siapapun yang ke sini boleh bisa, cuma tidak bisa masuk Griya Gede (Rumah Eyang) bisa nyekar, biasanya pengunjung ramai rombongan menggunakan bus besar di hari Minggu, di sini yang dimakamkan satu keturunan Eyang, buyut sampai bawah, belum boleh dikelola oleh cagar budaya ini bentuk yayasan keluarga dikelola keluarga,” ucap istri Mbah Lasiman.
Penulis: Gita Melodiva
Mahasiswa Film dan Televisi Institut Seni Indonesia Surakarta
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News