Di era globalisasi, teknologi semakin berkembang dengan menawarkan banyak kemudahan, salah satunya dengan kehadiran QRIS sebagai sistem pembayaran yang dinilai efisien. Banyak dijumpai penjual, bahkan pedagang kaki lima, mulai menggunakan QRIS karena kemudahan aksesnya. Akan tetapi, kemudahan ini justru menjadi tantangan bagi sebagian orang yang belum familiar dengan sistem pembayaran ini. Bahkan, beberapa toko hanya menerima pembayaran digital yang membuat pembeli menjadi kesulitan untuk melakukan transaksi. Padahal, uang tunai menjadi solusi yang inklusif untuk memastikan masyarakat dapat bertransaksi dengan mudah.
Menurut visa.co.id, Pembayaran melalui dompet digital terus mengalami peningkatan dengan penggunaan tertinggi sebesar 92% di kalangan masyarakat Indonesia, sementara uang tunai menurun menjadi 80%, dari sebelumnya 84% di tahun 2022. Pergeseran ini menunjukkan sistem pembayaran QRIS mulai menggeser peran uang tunai meskipun uang tunai masih digunakan oleh sebagian orang. Sistem pembayaran QRIS sendiri kerap digunakan oleh kalangan yang lebih mengerti teknologi seperti generasi milenial dan generasi Z. Dilansir dari IDN Research Institute, kalangan tersebut memilih untuk menggunakan QRIS karena dianggap user-friendly. Selain itu, transaksi yang praktis, tersedia promosi/diskon, dan tersedia di banyak tempat menjadi alasan yang mendukung dan disenangi oleh banyak orang.
Banyaknya orang yang lebih memilih menggunakan pembayaran digital membuat sebagian besar penjual tidak menerima pembayaran uang tunai. Hal ini dapat menyebabkan penggunaan uang tunai menjadi punah. Menurut Gubernur Bank Indonesia, tiap lembar rupiah mengandung identitas dan karakteristik kita sebagai bangsa Indonesia yang harus kita lestarikan dan banggakan. Penjual seharusnya tetap menerima transaksi dengan uang tunai demi melestarikan penggunaan uang tunai di era globalisasi. Selain itu, tidak menerima pembayaran uang tunai juga membatasi pembeli yang tidak mengerti mengenai pembayaran digital dalam melakukan transaksi pembelian.
Penggunaan uang tunai tetap perlu dipertahankan sebagai salah satu bentuk pembayaran yang sah di Indonesia. Meski teknologi keuangan terus berkembang pesat, tidak semua orang memiliki akses atau keterampilan yang memadai untuk mengadopsi metode pembayaran non-tunai. Dengan menjaga penggunaan uang tunai, Indonesia dapat maju tanpa menghilangkan karakteristik mata uang Indonesia. Oleh karena itu, menghilangkan pembayaran tunai bukanlah solusi, melainkan pelengkap untuk menciptakan ekosistem keuangan yang modern.
Penulis:
1. Christabel Sherina/9
2. Keisya Dirgayuska/18
3. Maria Yovita Lidsa/26
Siswa SMA Santa Ursula Jakarta