Kethoprak Ngampoeng: Menjaga Eksistensi Warisan Budaya di Tengah Arus Modernisasi

Kethoprak Ngampoeng
Kethoprak Ngampoeng.

Abstract

Regional arts, particularly Kethoprak Ngampoeng in Solo City, mark the cultural heritage and identity of the community with impressive relevance in the context of globalization and modern technology. This article explores the important role Kethoprak Ngampoeng plays in the social life of the community today, exploring its artistic aspects, cultural values, and responses to contemporary issues.

Research methods of interviews and field studies provide in-depth understanding, highlighting the challenges of existence and preservation efforts through performances in various regions. In conclusion, Kethoprak Ngampoeng is not just an entertainment art, but a vehicle for conveying moral values, culture, and stories that remain relevant in the modern era.

Abstrak

Kesenian daerah, khususnya Kethoprak Ngampoeng di Kota Solo, menandai warisan budaya dan identitas masyarakat dengan relevansi yang mengesankan dalam konteks globalisasi dan teknologi modern.

Artikel ini menjelajahi peran penting Kethoprak Ngampoeng dalam kehidupan sosial masyarakat saat ini, menggali aspek artistik, nilai budaya, dan respon terhadap isu-isu kontemporer.

Metode penelitian wawancara dan kajian lapangan memberikan pemahaman mendalam, menyoroti tantangan eksistensi dan upaya pelestarian melalui pertunjukan di berbagai wilayah.

Kesimpulannya, Kethoprak Ngampoeng bukan sekadar seni hiburan, melainkan wahana penyampai nilai moral, budaya, dan cerita yang tetap relevan di era modern.

Pendahuluan

Kesenian daerah merupakan salah satu aspek kaya warisan budaya yang menjadi penanda identitas suatu masyarakat. Dalam konteks Indonesia, kesenian daerah tidak hanya mencerminkan keindahan artistik, tetapi juga mengandung makna mendalam yang membentuk jati diri dan nilai-nilai sosial masyarakatnya.

Salah satu seni pertunjukan tradisional yang memegang peranan sentral dalam kehidupan budaya Jawa adalah Kethoprak. Dalam era modern yang dipenuhi oleh arus globalisasi dan transformasi teknologi, pertanyaan mengenai relevansi dan keberlanjutan kesenian daerah seperti Kethoprak sering muncul.

Kebanyakan Kethoprak pada umumnya mengangkat atau mengadaptasi cerita pada zaman kerajaan di tanah Jawa, akan tetapi Kethoprak Ngampoeng yang berdikari di Kota Solo menggarap cerita yang meskipun masih bernuansa jaman dahulu tapi cerita dan nilai-nilai yang disampaikan sangat relevan dengan masa sekarang.

Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan menggali pemahaman lebih mendalam mengenai pentingnya Kethoprak Ngampoeng dalam konteks kehidupan sosial masyarakat di era sekarang.

Kethoprak, sebagai seni pertunjukan yang kaya akan nilai budaya, bukan hanya menjadi hiburan semata, melainkan juga merupakan wahana penyampai pesan, norma, dan cerita yang mencerminkan kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa.

Dalam suasana yang kian terpengaruh oleh globalisasi dan arus informasi yang cepat, pertanyaan mendasar muncul: Bagaimana Kethoprak Ngampoeng dapat mempertahankan keberadaannya dan tetap relevan dalam dinamika kehidupan masyarakat modern?

Melalui penelitian ini, saya akan menjelajahi sejarah, bentuk seni, dan dampak Kethoprak Ngampoeng terhadap kehidupan sosial masyarakat masa kini.

Dengan memahami peran Kethoprak dalam melestarikan warisan budaya lokal, merawat ikatan sosial, dan menanggapi isu-isu kontemporer, diharapkan kita dapat menggali potensi kesenian daerah ini sebagai agen perubahan positif dalam kehidupan sosial masyarakat di era sekarang.

Metode

Penelitian ini mengunakan metode penelitian wawancara dan kajian lapangan. Melakukan wawancara dengan tokoh-tokoh seniman Kethoprak Ngampoeng, pemangku kebijakan budaya, dan masyarakat yang terlibat aktif dalam pertunjukan Kethoprak Ngampoeng.

Melakukan observasi langsung terhadap pertunjukan Kethoprak Ngampoeng dan suasana sosial di sekitarnya untuk mendapatkan pandangan praktis mengenai pengaruhnya terhadap kehidupan sehari-hari.

Kemudian setelah itu menganalisis konten pertunjukan Kethoprak Ngampoeng, termasuk naratif, karakter, dan pesan yang disampaikan dalam konteks nilai-nilai sosial yang relevan dengan masyarakat modern, serta menelusuri bagaimana Kethoprak Ngampoeng menyajikan dan merespons isu-isu aktual yang dihadapi masyarakat di era sekarang.

Setelah merujuk sumber informasi, kemudian menganalisis data yang sudah terhimpun dengan menyederhanakan, dan membangun kembali sehingga membentuk suatu konsep baru, menggunakan analisis isi yang lebih menekankan pada intertekstualitas.

Pembahasan

Eksistensi Kethoprak Ngampoeng masih berlangsung hingga saat ini dan tidak akan hilang sama sekali. Meskipun demikian, keberadaannya tidak hanya disebabkan oleh kemampuannya memberikan kehidupan dan penghidupan bagi para pelakunya, melainkan lebih karena Kethoprak merupakan warisan leluhur yang perlu dijaga keberadaannya.

Secara umum, pelaku Kethoprak saat ini adalah generasi penerus dari seniman sebelumnya. Tanggung jawab untuk menjaga salah satu ikon Kota Solo sebagai kota budaya membuat Kethoprak tetap eksis.

Meskipun hasil wawancara menunjukkan bahwa Kethoprak mulai kehilangan tempat dan perhatian dari pemerintah daerah serta masyarakat, hal ini tidak menjadi kendala bagi pelaku Kethoprak untuk melestarikan kebudayaan Jawa.

Dengan minimnya pengunjung yang ingin menyaksikan pertunjukan dan keterbatasan anggaran dari Pemerintah Kota Surakarta, Kethoprak Ngampoeng tetap gigih dalam menjaga kebudayaan Jawa.

Kethoprak Ngampoeng lahir sebagai respons terhadap permasalahan tersebut. Sejak tahun 2004, mereka aktif melakukan pertunjukan di kampung-kampung, mengunjungi berbagai wilayah di se-Soloraya seperti Sragen, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, dan terutama di daerah Wonogiri.

Meskipun tema umum Kethoprak adalah sejarah masa lalu dan masa kerajaan di nusantara, Kethoprak Ngampoeng membedakan diri dengan menyesuaikan cerita atau lakon dengan tempat pentas mereka.

Seni Kethoprak Ngampoeng di Solo adalah salah satu seni tradisional rakyat yang tetap bertahan dalam era modern. Harga tinggi diberikan pada spontanitas dan kesederhanaan, dengan para pemain tidak mengikuti naskah melainkan melakukan improvisasi.

Kostum dan alat yang digunakan saat pertunjukan juga sederhana sesuai dengan peran yang dibawakan. Kethoprak Ngampoeng berkembang dari dan untuk rakyat, menjadi sumber hiburan bagi masyarakat, baik bagi seniman maupun penonton.

Pementasan lakon dalam seni Kethoprak tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sarat dengan pesan moral dan nasihat. Nilai-nilai moral, pendidikan, sosial-kultural, dan estetika dijaga dalam seni Kethoprak Ngampoeng.

Meskipun dihadapkan pada ancaman perkembangan modernisasi, kesenian ini berhasil melewati tantangan dengan kokoh. Saat ini, Kethoprak Ngampoeng masih memegang peranan penting dalam kesenian tradisional Jawa, tetap menjadi hiburan yang menampilkan tradisi Jawa dalam konteks kontemporer.

Kesimpulan

Eksistensi Kethoprak Ngampoeng sangat berperan penting dalam kehidupan sosial masyarakat di era modern. Kesenian daerah, seperti Kethoprak, bukan hanya menjadi penanda identitas kaya warisan budaya suatu masyarakat, tetapi juga memiliki peran dalam melestarikan nilai-nilai sosial, budaya, dan moral yang mencerminkan kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa.

Pentingnya Kethoprak Ngampoeng terletak pada kemampuannya untuk tetap relevan dengan masa sekarang, meskipun mengadaptasi cerita yang bernuansa zaman dahulu.

Kethoprak Ngampoeng mampu mempertahankan keberadaannya dalam dinamika kehidupan masyarakat modern, memainkan peran sebagai wahana penyampai pesan, norma, dan cerita yang mencerminkan kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa.

Banyak tantangan yang dihadapi Kethoprak Ngampoeng, seperti minimnya perhatian dari pemerintah dan pengunjung. Namun, kesenian ini tetap eksis berkat usaha para pelaku seni yang mewarisi tradisi dari generasi sebelumnya.

Penulis: Muhammad Ibrahim
Mahasiswa Film dan Televisi ISI Surakarta

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Referensi

Dipoyono, A. (2018). Revitalisasi Seni Pertunjukan Tradisional Ketoprak di Surakarta. Jurnal ISI Surakarta, 15(2), 107-116.

Saptomo, S. (1996). Sejarah Dan Perkembangan Ketoprak Dalam Kehidupan Masyarakat Modern. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 15(2), 69-81.

Intarti, R. (2021). Konsep, Pola, Dan Ideologi Ketoprak Tjonthong. Jurnal ISI Yogyakarta, 18(1), 8-20.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *