Isu-Isu Penerapan P5

Penguatan proyek profil pelajar Pancasila
P5.

Pemahaman Konsep P5

Penguatan Proyek Profil Pelajar Pancasila (P5) menjadi langkah penting dalam upaya pembelajaran berdiferensiasi dalam kurikulum merdeka di era-era digital sebagai peningkatan pemahaman dan penerapan nilai Pancasila pada peserta didik (Ruslan, 2020).

Penyelarasan P5 dengan pendekatan berdiferensiasi menjadi kunci pada kurikulum merdeka ini. P5 berfokus pada penciptaan pendidikan yang lebih relevan, inklusif, dan mampu menghasilkan generasi yang mencintai, memahami, dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebagai landasan moral dan identitas bangsa (Pertiwi, 2018).

Profil Pelajar Pancasila, yaitu: beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif. Keenam unsur profil pelajar Pancasila tersebut yang akan menjadi tolak ukur atau dasar bagi penerapan proyek profil pelajar Pancasila di masing-masing sekolah.

Kegiatan P5 sejatinya bertujuan meningkatkan keterampilan peserta didik dengan output berbagai projek yang sudah disesuaikan dengan Profil Pelajar Pancasila dan disesuaikan dengan 7 tema yang diatur oleh Kemendikbud Dikti.

Kegiatan tersebut merupakan rangkaian kegiatan kurikulum merdeka sebagai penguatan projek profil pelajar Pancasila yang dilaksanakan dengan 2 tahapan diantaranya tahapan konseptual dan tahapan kontekstual.

  • Pada tahapan konseptual, peserta didik diberikan lietarur dan LKPD sebagai sumber belajar serta memberikan arahan tema yang mencakup gaya hidup berkelanjutan, suara demokrasi, berekayasa dan berteknologi untuk membangun NKRI, bangunlah jiwa dan raganya, bhineka tunggal ika, kearifan lokal, dan kewirausahan.
  • Pada tahapan kontekstual, peserta didik melakukan kegiatan lapangan yang sesuai dengan tema.

Tema-tema utama proyek penguatan profil pelajar Pancasila yang dapat dipilih oleh satuan pendidikan adalah sebagai berikut:

  1. gaya hidup berkelanjutan;
  2. kearifan lokal;
  3. bhinneka tunggal ika;
  4. bangunlah jiwa raganya;
  5. suara demokrasi;
  6. rekayasa dan teknologi;
  7. kewirausahaan.

Pemilihan tema yang disediakan dapat dilakukan dengan mempertimbangkan: a) tahap kesiapan satuan pendidikan, pendidik, dan peserta didik; b) kalender belajar nasional, atau perayaan nasional atau internasional; c) isu atau topik yang sedang hangat terjadi atau menjadi fokus pembahasan atau prioritas satuan pendidikan; dan 4) di setiap tahun ajaran, tema dapat dilakukan secara berulang jika dianggap masih relevan atau diganti dengan tema lain untuk memastikan eksplorasi terhadap seluruh tema yang tersedia (Panduan Pengembangan Proyek Profil Pelajar Pancasila, 2022).

Penguatan Profil Pelajar Pancasila memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar dalam situasi tidak formal, struktur belajar yang fleksibel, kegiatan belajar yang lebih interaktif, dan juga terlibat langsung dengan lingkungan sekitar untuk menguatkan berbagai kompetensi dalam Profil Pelajar Pancasila.

Oleh sebab itu, proyek yang dimaksud tidak harus selalu berupa produk melainkan dapat berupa aksi yang sesuai dengan permasalahan yang terjadi di sekitar lingkungan pendidikan.

Menurut Panduan Pengembangan Proyek Profil Pelajar Pancasila tahun 2022, proyek yang dimaksud merupakan rangkaian kegiatan mencapai tujuan tertentu dengan cara menelaah suatu tema menantang yang didesain agar peserta didik dapat melakukan investigasi, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Peserta didik bekerja dalam periode waktu yang telah dijadwalkan untuk menghasilkan produk dan/atau aksi.

Temuan dan Isu yang Ada dalam Penerapan P5

Banyak guru yang berpendapat bahwa P5 dan PPK sama saja. Padahal meskipun penerapan konsep P5 sebenarnya sama dengan konsep PPK pada kurikulum 2013. Namun, kurikulumnya tetap berbeda, intinya saja yang masih sama yaitu upaya untuk penanaman karakter.

Pemikiran yang menyamakan P5 dengan PPK tersebut mungkin saja muncul dikarenakan panduan guru dalam pelaksanaan P5 masih terbatas dari website merdeka mengajar dan belum tersedia modul khusus sebagai acuan penerapan P5.

Hal itu mengakibatkan miskonsepsi muncul dengan menyamakan P5 dan PPK. Fakta yang sebenarnya adalah keduanya memiliki perbedaan. P5 merupakan proyek untuk penguatan profil Pancasila, sedangkan PPK wujud kegiatan penanaman karakter diintegrasikan dalam setiap pembelajaran.

Tidak hanya guru yang belum siap secara matang dalam menyambut dan melaksanakan kurikulum merdeka.

Fakta di lapangan hampir semua sekolah masih banyak terdapat beberapa peserta didik yang belum siap untuk melaksanakan kegiatan kurikulum merdeka sehingga kegiatan pembiasaan masih perlu digalakkan. Ketidaksiapan tersebut menciptakan banyak kendala dalam pelaksanaan proyek P5.

Biasanya kendala yang terjadi yaitu dari diri peserta didik sendiri, peserta didik tidak bertanggung jawab dengan tugas projek yang diberikan. Hal tersebut diakibatkan oleh kurangnya motivasi atau kurangnya rasa tertarik dalam proses pembelajarannya sehingga berakibat pada pengumpulan tugasnya yang sering terlambat.

Selain itu peserta didik malas mengikuti kegiatan P5 karena peserta didik sudah terlebih dahulu merasa kelelahan dalam materi ajarnya yang tidak ada penjurusan sehingga setiap peserta didik diharuskan mempelajari seluruh materi baik ipa maupun ips, selain itu peserta didik juga merasa kelelahan karena banyaknya tugas kelompok dan adanya beberapa peserta didik yang tidak ikut andil dalam penugasan kelompok tersebut, faktor inilah yang menjadi penyebab beberapa peserta didik mengalami keterlambatan dalam pengumpulan tugas.

Guru masih miskonsepsi. Berdasarkan pada konsep “Kegiatan P5 tidak harus berupa proyek”. Masih banyak guru yang melakukan integrasi P5 dalam kegiatan pembelajaran, misalnya pemikiran bahwa untuk profil gotong royong dapat dilakukan di pelajaran PKn, profil keimanan dapat dilakukan pada pembelajaran agama dan lain-lain.

Temuan Nurasiah et. al (2022) menyatakan proyek penguatan pelajar Pancasila menjadikan nuansa baru dalam dunia pendidikan di Indonesia saat ini, yakni dengan adanya alokasi waktu terpisah membuat guru lebih bisa berinovasi merencanakan proyek sesuai pemilihan dimensi dan karakteristik peserta didik.

Akibatnya guru masih mengintegrasikan P5 dalam pembelajaran. Dengan demikian, pada aspek alokasi waktu P5 masih terjadi miskonsepsi yang dilakukan oleh guru.

Isu lain adalah rubrik penilaian yang belum tersedia. Sejauh ini guru melakukan penilaian proyek dengan lembar penilaian catatan kegiatan setiap siswa. Dalam hal ini, penilaian dilakukan secara fleksibel dan belum ada rubrik yang jelas dalam penskorannya.

Salah satu indikator dalam penilaian P5 seharusnya memuat bagaimana Profil Pelajar Pancasila dapat termanifestasikan dalam materi pelajaran dengan adanya penguatan kemampuan bernalar kritis dalam capaian pembelajaran semua mata pelajaran (Irawati, 2022).

Orientasi pada produk masih menjadi prioritas dalam penerapan P5, bahwa proyek harus ada produk yang dihasilkan oleh siswa dalam satu semester.

Padahal meskipun terdapat kata proyek, tetapi yang harus dipahami adalah proyek tidak harus produk tetapi dapat berupa aksi yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah. Selain itu guru memberikan respon bahwa P5 menekankan pada kognitif sebagai prioritas utama.

Guru masih menganggap P5 terorientasi dengan kemampuan kognitif peserta didik, sehingga pelaksanaan P5 selalu diintegrasikan dengan mata pelajaran semata. Misalnya tambahan mata pelajaran Bahasa Inggris yang konsepnya sama seperti Intensif Belajar (IB) dengan kedok nama kegiatan ‘P5.

Mengacu pada Panduan Pengembangan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila tahun 2022, kegiatan P5 tidak hanya fokus kepada kemampuan kognitif peserta didik tetapi juga sikap dan perilakunya yang harus sesuai jati diri bangsa Indonesia sekaligus warga dunia.

Nyatanya juga masih banyak sekolah yang hanya menentukan 1 tema dan kegiatan P5 hanya dilaksanakan satu hari dan belum memenuhi waktu ideal. Akibatnya, alokasi waktu yang terkumpul untuk kegiatan P5 masih kurang dari 252 JP.

Mengacu pada Panduan Pengembangan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila tahun 2022, aturan alokasi waktu pelaksanaan P5 seharusnya 252 JP dalam satu tahun pelajaran. Sistemnya adalah dengan menentukan satu hari dalam seminggu untuk pelaksanaan proyek profil (misalnya hari Rabu).

Maka seluruh jam pelajaran pada hari tersebut digunakan untuk proyek profil. Cara lain adalah dengan mengalokasikan 1-2 jam pelajaran di akhir hari pembelajaran, khusus untuk mengerjakan proyek profil atau juga dapat digunakan untuk eksplorasi di sekitar satuan pendidikan sebelum peserta didik pulang.

Kesimpulan

Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan kebaruan untuk pendidikan Indonesia. Menjadi hal yang biasa ketika program baru dilaksanakan masih terdapat beberapa miskonsepsi.

Perlu adanya penguatan konseptual pada tiap-tiap sekolah agar tidak terjadi miskonsepsi sehingga penerapan P5 dapat berjalan sesuai dengan panduan yang ada dari pemerintah.

Penulis: Tika Tifani
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Referensi

Awwaliyah, N.P., Arya Setya Nugroho. (2023). Analisis Ideal dan Realita Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Penerapan P5 Di Sekolah Dasar. Pendas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 8(1), 7032-7050.

Kemendikbudristek. (2022). Panduan Pengembangan proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Jakarta: Kemendikbudrisktek.

Fitriya, Yeni, Ardiyan Latif. (2022). Miskonsepsi Guru Terhadap Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Di Sekolah Dasar. Prosiding Seminar Nasional Sultan Agung ke-4.

Irawati, D., Iqbal, A. M., Hasanah, A., & Arifin, B. S. (2022). Profil Pelajar Pancasila Sebagai Upaya Mewujudkan Karakter Bangsa. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 6(1), 1224–1238. https://doi.org/10.33487/edumas pul.v6i1.3622

Pertiwi, E. Prasetya. (2018). Pendampingan Guru Dalam Pembelajaran “Aspek Nilai Moral Agama Melalui Pendidikan Karakter Dan Pengenalan Pancasila” Di Paud Labschool Jember Tahun Pelajaran 2016-2017. Dinamisia : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Https://Doi.Org/10.31849/Dinamisia.V2i1.761

Ruslan, R. (2020). Penanaman Pendidikan Moralitas Dan Nilai Pancasila Anak Usia Dini Dalam Perkembangan Iptek. Abdimas: Papua Journal Of Community Service. Https://Doi.Org/10.33506/Pjcs.V2i1.807

Saputra, A. D., Fauziah, F.N, & Suwandi, S. (2022). Pemanfaatan materi ajar bahasa Indonesia bermuatan kearifan lokal di SMA Negeri 1 Karanganyar. KEMBARA: Jurnal Keilmuan, Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya (e-Journal), 8(2), 335-348. https://doi.org/10.22219/kembara.v8i2.21726

Saraswati, D.A., dkk. (2022). Analisis Kegiatan P5 di SMA Negeri 4 Kota Tangerang sebagai Penerapan Pembelajaran Terdiferensiasi pada Kurikulum Merdeka. Jurnal Pendidikan MIPA, 12(2), 185-191. https://doi.org/10.37630/jpm.v12i2.578

Nurasiah, I., Marini, A., Nafiah, M., & Rachmawati, N. (2022). Nilai Kearifan Lokal: Proyek Paradigma Baru Program Sekolah Penggerak untuk Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Jurnal Basicedu, 6 (3), 3639 – 3648. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i3 .2714

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *