Kegiatan belajar mengajar pada umumnya membutuhkan teori-teori yang selalu berhubungan satu sama lain. Tujuan adanya teori-teori pembelajaran adalah menjadi pedoman dilakukannya proses pembelajaran.
Penggunaan teori-teori dalam pembelajaran juga dapat mengembangkan strategi pembelajaran dengan cara yang beragam dan meningkatkan efektivitas mengajar supaya umpan balik dari kegiatan pembelajaran sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pengajar. Melalui tercapainya tujuan-tujuan tersebut dapat memberikan kerangka kerja untuk praktik mengajar.
Teori pembelajaran mencakup teori belajar behaviorisme, humanisme, kognitif, konstruktivisme, dan sibernetik.
Teori belajar behaviorisme adalah teori yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dengan mengamati peserta didik, tujuannya untuk mengamati perubahan tingkah laku peserta didik setelah dilakukannya kegiatan pembelajaran.
Tingkah laku peserta didik dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat di sekitarnya.
Terbentuknya tingkah laku peserta didik juga termasuk hasil dari proses belajar, di mana peserta didik mengamati dan menirukan kegiatan-kegiatan dilihatnya, maka dari itu teori ini lebih menekankan pada respons yang dilakukan peserta didik.
Teori behaviorisme berhubungan dengan teori humanisme, dalam mempelajari tingkah laku pendidik membutuhkan subjek yaitu peserta didik.
Teori humanisme mengembangkan potensi peserta didik, karena sebagai manusia memiliki kemampuan, kreativitas, dan kebebasan dalam mencapai potensinya.
Dalam proses pembelajaran juga terjadi penolakan dari peserta didik, penolakan tersebut bisa terjadi karena munculnya rasa takut atau malu namun pendidik harus meyakinkan peserta didiknya supaya tidak takut dengan menyampaikan beberapa motivasi agar semangat peserta didik bangkit lagi.
Bisa juga dengan memberikan ice breaking sebelum proses pembelajaran dilaksanakan supaya anak rileks dan tidak tegang. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pendidik yaitu memperhatikan kemampuan peserta didiknya, tidak memaksakan kemampuan peserta didiknya.
Berikutnya yaitu teori kognitif, teori ini mencakup kegiatan mengetahui, memahami, berpikir yang disebabkan oleh rangsangan sehingga peserta didik mampu menyelesaikan suatu masalah yang dihadapinya.
Teori ini menekankan pada pembentukan mental peserta didik. Pendidik memaparkan tentang apa yang harus dipelajari supaya peserta didik memiliki pandangan dan mulai memahami suatu materi yang di berikan. Ketika peserta didik sudah mengetahui materi, maka perkembangan kognitifnya mulai berkembang.
Setelah teori kognitif ada pula teori yang membangun, membina, dan memperbaiki yaitu teori konstruktivisme.
Seorang pendidik berperan sebagai fasilitator, di mana peserta didik diberikan kesempatan untuk menggunakan caranya sendiri dalam mempelajari sesuatu dan pendidik hanya membantunya meningkatkannya.
Ketika peserta didik memahami sesuatu secara mandiri tanpa sadar peserta didik mendapatkan pengalaman baru dan peserta didik mengambil tanggung jawab atas apa yang mereka lakukan.
Implementasi pada kehidupan sehari-hari seperti tugas kelompok yang membutuhkan kolaborasi antar peserta didik untuk mendiskusikannya ada pula tugas berupa proyek, di mana peserta didik merancang dan menjalankan proyeknya secara mandiri dan berkelompok.
Teori terakhir adalah teori sibernetik, yaitu teori yang mengontrol atau mengendalikan komunikasi antar pendidik dan peserta didik untuk mendapatkan umpan balik ketika pembelajaran berlangsung.
Umpan balik atau disebut juga feedback dalam pembelajaran menjadi alat untuk mengetahui kemampuan peserta didik dan mengembangkan pengetahuan peserta didik.
Implementasi teori sibernetik pada pembelajaran seperti menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan layar proyektor, pendidik dapat menampilkan animasi-animasi atau video yang bersangkutan dengan materi pembelajaran.
Dengan ini peserta didik akan memberikan umpan baliknya terhadap materi yang disampaikan karena penyampaiannya dengan cara yang tidak seperti biasa dan peserta didik akan lebih tertarik dan tidak merasa bosan.
Teori-teori pembelajaran menghasilkan pernyataan bahwa setiap individu memiliki kemampuan berbeda-beda, setiap individu membutuhkan individu lain untuk berkolaborasi memecahkan suatu permasalahan. Peran lingkungan sangat berpengaruh pada perilaku setiap individu.
Penggunaan teknologi sangat mendukung proses pembelajaran dan sebagai proses pendekatan pembelajaran.
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari berbagai macam teori pembelajaran di atas adalah setiap teori dalam pembelajaran memiliki fokus tersendiri, namun teori-teori tersebut juga saling berhubungan satu dengan yang lain.
Semua teori-teori tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu menciptakan proses pembelajaran yang efektif.
Penulis: Yulistiya Rizki Sholihah
Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Universitas Muhammadiyah Surakarta
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News