Abstrak
Keberagaman budaya di Indonesia merupakan salah satu kekayaan yang perlu dikenalkan kepada siswa sejak dini. Namun, siswa sering menghadapi kesulitan dalam memahami konsep keberagaman budaya secara mendalam, khususnya terkait adat istiadat, kepercayaan, dan tradisi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan metode peta konsep untuk meningkatkan pemahaman kognitif dan metode bermain peran untuk membangun sikap menghargai keberagaman budaya.
Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan melibatkan 21 siswa kelas IV SD sebagai subjek penelitian. Data kognitif diperoleh melalui evaluasi soal tes, sementara data afektif dikumpulkan melalui observasi menggunakan skala Likert.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi peta konsep efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap keberagaman budaya, dengan 76% siswa mencapai ketuntasan belajar (skor ≥ 70) dan nilai rata-rata kelas 80.
Di sisi lain, strategi bermain peran juga terbukti berhasil dalam membangun sikap menghargai keberagaman budaya. Hasil observasi menunjukkan rata-rata skor keseluruhan sebesar 3,5 (kategori baik), mencakup kemampuan melakukan presentasi, berkomunikasi, dan memainkan peran dengan percaya diri.
Simpulan dari penelitian ini adalah kombinasi peta konsep dan bermain peran dapat memberikan dampak positif terhadap pengembangan kognitif dan afektif siswa. Strategi ini tidak hanya meningkatkan pemahaman mereka terhadap keberagaman budaya tetapi juga menguatkan empati, toleransi, dan keterampilan komunikasi.
Penelitian ini merekomendasikan penggunaan kedua metode tersebut secara berkesinambungan, dengan pengembangan materi dan bimbingan yang lebih intensif untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Kata Kunci: keberagaman budaya, peta konsep, bermain peran, pemahaman kognitif, sikap toleransi.
Abstract
Cultural diversity in Indonesia is one of the riches that needs to be known to students from an early age. However, students often face difficulties in understanding the concept of cultural diversity in depth, especially related to customs, beliefs, and traditions.
This study aims to overcome this problem by applying the concept map method to improve cognitive understanding and the role-playing method to build an attitude of respect for cultural diversity.
The method used is classroom action research involving 21 fourth grade elementary school students as research subjects. Cognitive data were obtained through evaluation of test questions, while affective data were collected through observation using a Likert scale.
The results of the study showed that the concept map strategy was effective in improving students’ understanding of cultural diversity, with 76% of students achieving learning completion (score ≥ 70) and an average class score of 80. On the other hand, the role-playing strategy also proved successful in building an attitude of respect for cultural diversity.
The observation results showed an average overall score of 3.5 (good category), including the ability to make presentations, communicate, and play roles with confidence.
The conclusion of this study is that the combination of concept maps and role-playing can have a positive impact on students’ cognitive and affective development. This strategy not only improves their understanding of cultural diversity but also strengthens empathy, tolerance, and communication skills.
This study recommends the use of both methods continuously, with more intensive material development and guidance to improve learning effectiveness.
Keywords: cultural diversity, concept maps, role play, cognitive understanding, tolerance
Baca Juga: Masa Depan Pendidikan
Pendahuluan
Pendidikan Pancasila di Indonesia memiliki dasar hukum yang jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyebutkan bahwa pendidikan harus dapat membentuk karakter dan kepribadian peserta didik sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Pendidikan ini bertujuan untuk menanamkan pemahaman tentang hak dan kewajiban warga negara, serta mendidik dan mempersiapkan calon penerus bangsa yang baik. Namun, tantangan utama dalam pembelajaran PKn di SD adalah bagaimana memberikan pembelajaran dengan cara yang menarik dan mudah dipahami oleh siswa.
Idealnya, pembelajaran Pendidikan Pancasila di SD harus mampu memberikan pemahaman yang mendalam tentang keberagaman budaya, serta menanamkan sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan.
Pembelajaran yang ideal seharusnya mengintegrasikan aspek kognitif, psikomotor, dan afektif yang dapat menstimulasi pemikiran kritis siswa, sekaligus membentuk karakter yang toleran dan inklusif.
Dalam konteks ini, peta konsep dapat digunakan sebagai alat untuk memvisualisasikan hubungan antar konsep-konsep yang ada dalam materi keberagaman budaya, sementara bermain peran dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa tentang pentingnya menghargai budaya lain. Metode-metode ini diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang aktif, menyenangkan, dan bermakna.
Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak siswa yang masih kesulitan memahami dan menghargai keberagaman budaya Indonesia. (Widiani et al., 2020) menyatakan pembelajaran konvensional yang terus-menerus diterapkan pada siswa ternyata menimbulkan kendala, sehingga hasil belajar PKn tidak dapat dicapai secara optimal.
Penggunaan metode ceramah tidak hanya berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa, tetapi juga membuat mereka merasa bosan dan kurang tertarik dalam mempelajari PKn. Selain itu, banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, yang turut mempengaruhi sikap sosial mereka.
Hal ini mengindikasikan perlunya pendekatan pembelajaran yang lebih inovatif untuk mengatasi masalah ini, agar siswa tidak hanya memahami secara teoritis, tetapi juga dapat mengaplikasikan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, berbagai solusi telah dikemukakan dalam penelitian yang ada. (Siti Nuraeni Mitra et al., 2023) menyatakan mind mapping memfasilitasi siswa untuk menghubungkan informasi secara sistematis.
Melalui mind mapping, siswa dapat mengaitkan berbagai konsep dan memahami keterkaitannya. Pendekatan ini memungkinkan siswa melihat keseluruhan gambaran, mengidentifikasi pola, serta menemukan hubungan yang mungkin tidak terlihat dalam metode pembelajaran konvensional.
Selain itu, (Tesa et al., 2024) menyatakan bahwa penggunaan metode bermain peran dapat mendukung pembelajaran Pendidikan Pancasila dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk merasakan situasi yang mencerminkan kehidupan nyata bermasyarakat.
Dengan menggabungkan kedua metode tersebut, diharapkan siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan kognitif, tetapi juga mengembangkan sikap yang lebih positif terhadap keberagaman.
Peta konsep adalah alat yang sangat efektif dalam mengorganisir dan menyederhanakan materi yang kompleks, sehingga memudahkan siswa dalam memahaminya.
Sementara itu, bermain peran atau role playing dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa, sekaligus memperkuat nilai-nilai empati dan toleransi. Kedua metode ini dapat digunakan secara bersamaan dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila untuk menciptakan suasana belajar yang lebih menarik dan efektif dalam mengenalkan keberagaman budaya.
Sebagai langkah solusi, pertama-tama perlu untuk merancang modul ajar yang berbasis pada kedua metode tersebut, serta menyediakan media pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan usia siswa.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan pembelajaran PKn dapat lebih efektif dalam mengenalkan dan menghargai keberagaman budaya kepada siswa. Modul ajar yang dirancang secara kreatif dan interaktif akan meningkatkan partisipasi siswa dan pemahaman mereka terhadap materi.
Peta konsep merupakan alat pembelajaran yang membantu siswa mengorganisasikan dan menghubungkan informasi secara visual (Darnella et al., 2020). Novak dan Gowin (1984) dalam (Afandi, 2023) menjelaskan bahwa peta konsep memungkinkan siswa memahami hubungan antar konsep dengan lebih baik dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis.
Dalam konteks pengenalan keberagaman suku budaya, peta konsep dapat digunakan untuk memetakan ciri khas budaya setiap suku, seperti bahasa, pakaian adat, rumah adat, dan tradisi. Pendekatan ini membantu siswa memahami keberagaman secara terstruktur dan sistematis.
Jill Hadfield dalam (Kamalia & Rahim, 2022) mengungkapkan bahwa role playing adalah sejenis game gerak yang didalamnya terdapat tujuan, ketentuan serta sekalian melibatkan faktor bahagia. Bermain peran adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dengan memerankan situasi atau peran tertentu.
Penelitian (Tesa et al., 2024) menunjukkan bahwa metode bermain peran lebih efektif dibandingkan metode konvensional dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila.
Dalam pembelajaran PKn, bermain peran dapat digunakan untuk menghidupkan situasi keberagaman budaya, seperti menampilkan adat istiadat atau menyelesaikan konflik yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Metode ini juga mendorong siswa mengembangkan empati, toleransi, dan keterampilan komunikasi.
Baca Juga: Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter pada Pendidikan Dasar
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman kognitif dan sikap menghargai keberagaman budaya melalui penerapan metode peta konsep dan bermain peran.
Penelitian dilakukan dalam dua pertemuan pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dengan tema keberagaman budaya di Indonesia, melibatkan 21 siswa kelas IV SD sebagai subjek penelitian.
Pada pertemuan pertama, metode peta konsep diterapkan untuk membantu siswa memahami keberagaman budaya secara kognitif. Siswa diajak untuk membuat peta konsep yang memetakan elemen budaya dari suku Minang, Madura, dan Sumba, seperti adat istiadat, kepercayaan, dan tradisi.
Pada pertemuan kedua, metode bermain peran diterapkan untuk membangun sikap menghargai keberagaman budaya. Siswa berpartisipasi dalam permainan peran yang menampilkan skenario keberagaman budaya, termasuk presentasi dan dialog yang mencerminkan nilai-nilai toleransi dan kerjasama.
Data penelitian dikumpulkan melalui dua instrumen utama. Data kognitif diperoleh dari evaluasi tes tertulis yang dilakukan setelah pertemuan pertama, sedangkan data afektif dikumpulkan melalui observasi menggunakan skala Likert dengan skor 4 selama kegiatan bermain peran pada pertemuan kedua.
Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Data kognitif dianalisis untuk menghitung persentase ketuntasan belajar dan nilai rata-rata kelas, sedangkan data afektif dianalisis untuk menentukan skor rata-rata dan kategori penilaian sikap siswa.
Hasil analisis digunakan untuk mengukur efektivitas metode pembelajaran peta konsep dan bermain peran dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Baca Juga: Penggunaan Media Video Pembelajaran dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
Hasil dan Pembahasan
Hasil pengukuran kognitif pada strategi pembelajaran dengan peta konsep diukur melalui soal evaluasi tertulis yang diberikan kepada 21 peserta didik. Evaluasi tersebut bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam menjelaskan budaya, suku bangsa, dan kepercayaan (C2), menghubungkan perbedaan budaya di antara suku Minang, Madura, dan Sumba (C3), serta menganalisis pentingnya menghargai perbedaan budaya (C4).
Data nilai tes tertulis merupakan data hasil pengukuran pemahaman siswa terhadap keberagaman budaya yang telah disajikan pada proses pembelajaran. Dari hasil analisis, sebanyak 16 peserta didik (76%) mencapai nilai tuntas dengan skor diatas Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP) yang ditetapkan, yaitu 70. Sementara itu, 5 peserta didik (24%) belum mencapai nilai tuntas.
Rata-rata nilai kelas adalah 80, dengan nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 61. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik mampu memahami keberagaman budaya secara baik dan terstruktur melalui peta konsep, meskipun masih diperlukan upaya tambahan untuk membantu peserta didik yang belum tuntas.
Metode ini terbukti mampu mengarahkan peserta didik untuk mengorganisasikan informasi secara terstruktur dan sistematis. Peta konsep memfasilitasi peserta didik dalam menghubungkan berbagai elemen budaya, seperti adat istiadat, kepercayaan, dan tradisi, yang terdapat pada suku Minang, Madura, dan Sumba.
Sementara itu, pengukuran hasil metode bermain peran dilakukan dengan cara observasi sikap secara klasikal saat proses pembelajaran berlangsung.
Observasi ini difokuskan pada tiga indikator utama, yaitu kemampuan peserta didik dalam melakukan presentasi yang informatif dan menjawab pertanyaan (P2), keterampilan komunikasi dan kerja sama dalam kelompok (P2), serta kemampuan memainkan peran dengan percaya diri dan mencerminkan nilai-nilai budaya yang relevan (P3).
Observasi dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi secara klasikal berbasis skala Likert dengan skor 4 sebagai berikut:
- Sangat Baik (4,01–5,00)
- Baik (3,01–4,00)
- Cukup Baik (2,01–3,00)
- Perlu Bimbingan (1,00–2,00)
Hasil observasi menunjukkan bahwa peserta didik secara umum mampu menampilkan presentasi yang jelas dan informatif, dengan skor rata-rata 3,4, di mana sebagian besar peserta didik dapat menjawab pertanyaan dari teman sekelas dan guru dengan baik.
Keterampilan komunikasi dan kerja sama dalam kelompok mendapat skor rata-rata 3,6, menunjukkan bahwa mayoritas peserta didik aktif berkontribusi dalam diskusi dan mendukung anggota kelompok lainnya.
Sementara itu, kemampuan memainkan peran mendapatkan skor rata-rata 3,5, mencerminkan tingkat kepercayaan diri yang baik dalam menyampaikan peran masing-masing, sekaligus menunjukkan pemahaman terhadap nilai-nilai budaya dari suku yang diperankan.
Kombinasi dari ketiga indikator ini mengindikasikan bahwa bermain peran tidak hanya meningkatkan pemahaman kognitif, tetapi juga memperkuat dimensi afektif peserta didik, khususnya dalam menghargai keberagaman budaya.
Secara keseluruhan, hasil pengamatan mengindikasikan bahwa bermain peran mampu membangun keterampilan interpersonal dan sikap menghargai keberagaman budaya di antara peserta didik.
Baca Juga: Video Pembelajaran Dapat Meningkatkan Motivasi Belajar Mahasiswa
Simpulan
Berdasarkan hasil implementasi metode peta konsep dan bermain peran dalam pembelajaran PKn pada siswa kelas IV B SDN Wonosari 03, dapat disimpulkan bahwa kedua metode ini efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang keberagaman budaya Indonesia.
Penggunaan peta konsep membantu siswa untuk memahami hubungan antar elemen budaya secara terstruktur, mempermudah mereka dalam mengorganisasi informasi, serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
Hal ini dibuktikan dengan hasil evaluasi, sebagian besar peserta didik (76%) mencapai ketuntasan dengan skor ≥ 70, Sementara itu, kegiatan bermain peran tidak hanya memperkuat pemahaman kognitif siswa, tetapi juga meningkatkan keterampilan sosial dan emosional mereka, seperti kemampuan berkomunikasi dengan intonasi dan ekspresi yang sesuai.
Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi secara klasikal, rata-rata skor keseluruhan untuk bermain peran adalah 3,5, yang masuk dalam kategori “baik”. Secara keseluruhan, kedua metode ini berhasil meningkatkan partisipasi siswa dan memperkuat sikap positif terhadap keberagaman budaya.
Penulis: Khosi Katarina dan Linda Yudha Az’zahra
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Semarang
Daftar Pustaka
Afandi, M. (2023). Pembelajaran Sejarah Thinking Like A Historian: Critical Reading, Mind-Map, Dan Creative Writing. Jurnal Praksis Dan Dedikasi Sosial (JPDS), 6(1), 58. https://doi.org/10.17977/um032v6i1p58-64
Darnella, R., Syarifah, S., & Afriansyah, D. (2020). Penerapan Metode Concept Mapping (Peta Konsep) dan Pengaruhnya Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Sistem Gerak di MAN 1 Palembang. Jurnal Intelektualita: Keislaman, Sosial Dan Sains, 9(1), 73–86. https://doi.org/10.19109/intelektualita.v9i1.5579
Kamalia, A., & Rahim, A. (2022). Penerapan Metode Role Playing Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Guppi Cinini Indramayu. JOEL: Journal of Educational and Language Research,2(2), 255–268. https://doi.org/https://doi.org/10.53625/joel.v2i2.3615
Siti Nuraeni Mitra, Siti Qomariyah, & Siti Rahmawati. (2023). Peran metode mind mapping dalam meningkatkan berpikir sistematis pada siswa di SMP islam hegarmanah sukabumi. SOKO GURU: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(1), 84–103. https://doi.org/10.55606/sokoguru.v3i1.2089
Tesa, N. A., Kariadi, D., & Mulyani, S. (2024). Efektivitas pemahaman Nilai-Nilai multikultural dalam Pembelajaran Pancasila Menggunakan Metode Bermain peran. De Cive : Jurnal Penelitian Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 4(7), 253–259. https://doi.org/10.56393/decive.v4i7.2397
Widiani, A. A. O. V. (2020). Pengaruh model pembelajaran TGT berbantuan permainan tradisional terhadap sikap sosial dan hasil belajar PKn siswa. PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia, 4(1), 13–22.
Editor: I. Khairunnisa
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News