Strategi pemantauan risiko dalam bisnis digital sangat penting untuk menjaga keamanan, keandalan, dan kesuksesan operasional dalam lingkungan yang selalu berubah. Dalam bisnis sendiri risiko adalah suatu kemungkinan terjadinya peristiwa yang dapat memiliki konsekuensi negatif atau dampak yang tidak diinginkan.
Ini bisa mencakup berbagai situasi, mulai dari kehilangan finansial, kerusakan fisik, hingga gangguan pada rencana atau tujuan yang telah ditetapkan. Maka dari itu pemantauan risiko adalah upaya memindai suatu risiko sebelum terjadinya risiko yang tidak diinginkan mungkin terjadi, contohnya seperti pengukur tekanan pada boiler di ruang bawah tanah.
Selama jarumnya berada di zona hijau, semuanya baik-baik saja. Kalau sudah masuk zona kuning, kita perlu bersiap-siap beraksi. Saat berada di zona merah, kita perlu melakukan langkah fisik untuk mengurangi tekanannya. tujuan untuk menentukan apakah ada kejadian risiko yang muncul dan, jika demikian, apakah kejadian tersebut cukup serius sehingga memerlukan tindakan.
Karena tanggapan yang salah dapat menimbulkan lebih banyak masalah. Itu sebabnya improvisasi yang tepat harus didasarkan pada pengetahuan, pengalaman, dan penilaian yang baik, maka dari itu kita harus melakukan empat aktivitas pemantauan risiko yang umum digunakan.
Aktivitas pertama itu ada penggunaan laporan status, ini adalah dokumen yang menggambarkan kemajuan suatu proyek dalam jangka waktu tertentu dan membandingkannya dengan rencana proyek. Untuk penerapan laporan status dalam bisnis digital memainkan peran kunci dalam memastikan bahwa semua aspek operasional dan kinerja bisnis digital dapat dipantau dengan cermat, dianalisis, dan dioptimalkan secara terus-menerus.
Ini memberikan dasar untuk pengambilan keputusan yang lebih baik, respon yang cepat terhadap perubahan pasar, dan meningkatkan pengalaman pengguna secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa Langkah pengaplikasian laporan status dalam bisnis digital:
Pertama, kemajuan proyek pengembangan aplikasi: laporan status dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan pengembangan aplikasi, pembaruan fitur, dan pemecahan masalah teknis.
Penerapan tim pengembangan dapat menyusun laporan status mingguan atau sprint untuk memastikan bahwa proyek berjalan sesuai rencana dan untuk memberikan transparansi kepada pemangku kepentingan.
Kedua, performa dan kinerja website atau aplikasi: laporan status dapat mencakup metrik performa seperti waktu muat halaman, tingkat bounce, dan interaksi pengguna. Penerapan: tim TI atau tim pengelolaan situs website dapat menggunakan laporan status untuk mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan dan meningkatkan pengalaman pengguna.
Ketiga, keamanan siber: laporan status keamanan dapat mencakup deteksi ancaman, aktivitas mencurigakan, dan tindakan pengamanan yang diambil. Penerapan: tim keamanan siber dapat menyajikan laporan status kepada manajemen untuk memberikan pemahaman tentang risiko keamanan dan langkah-langkah yang diambil untuk melindungi sistem.
Keempat, analisis data dan metrik bisnis digital: laporan status dapat mencakup analisis data, metrik kinerja, dan tren konsumen. Penerapan: tim analisis data atau pemasaran dapat menggunakan laporan status untuk membimbing strategi bisnis, menilai kampanye pemasaran, dan mengidentifikasi peluang pertumbuhan.
Kelima, evaluasi kualitas konten digital: Laporan status dapat mencakup performa konten digital, respon pengguna, dan analisis tren konten. Penerapan: tim pemasaran atau tim konten dapat menggunakan laporan status untuk mengevaluasi efektivitas konten, mengidentifikasi tren yang relevan, dan menyesuaikan strategi konten
Keenam, pelacakan kegiatan pengguna dan penggunaan aplikasi: laporan status dapat mencakup data pengguna seperti aktivitas, retensi, dan preferensi. penerapan: tim produk atau pengalaman pengguna dapat menggunakan laporan status untuk mendapatkan wawasan tentang preferensi pengguna, memahami kebutuhan pelanggan, dan mengoptimalkan aplikasi atau situs website.
Ketujuh, analisis kinerja kampanye pemasaran digital: laporan status dapat mencakup metrik kampanye seperti klik, konversi, dan tingkat retensi. penerapan: tim pemasaran dapat menggunakan laporan status untuk mengevaluasi efektivitas kampanye, mengidentifikasi area yang dapat ditingkatkan, dan mengalokasikan sumber daya pemasaran dengan lebih efisien.
Kedelapan, evaluasi responsif mobile dan pengalaman pengguna: laporan status dapat mencakup performa aplikasi atau situs website pada perangkat mobile, serta umpan balik pengguna. Penerapan: tim pengalaman pengguna dapat menggunakan laporan status untuk meningkatkan responsif mobile, memastikan konsistensi desain, dan meningkatkan kepuasan pengguna.
Kesembilan, integrasi dan kinerja API: laporan status dapat mencakup pemantauan integrasi dengan API eksternal, kesalahan yang terkait, dan latensi. penerapan: tim pengembangan atau integrasi sistem dapat menggunakan laporan status untuk memastikan bahwa integrasi berjalan dengan baik dan menanggapi perubahan dalam API eksternal.
Kesepulh, analisis layanan pelanggan digital: laporan status dapat mencakup data pelanggan, waktu respons layanan pelanggan digital, dan evaluasi kepuasan pelanggan. penerapan: tim layanan pelanggan atau dukungan dapat menggunakan laporan status untuk meningkatkan responsivitas, mengidentifikasi masalah umum, dan memahami kebutuhan pelanggan.
Aktivitas kedua adalah penggunaan issue log (catatan masalah), umumnya disebut sebagai daftar permasalahan atau alat yang membantu dalam identifikasi risiko. Penggunaan issue log (catatan masalah) dalam bisnis digital merupakan praktik yang penting untuk mengidentifikasi, melacak, dan menyelesaikan masalah atau tantangan yang muncul selama pengembangan dan operasionalisasi proyek digital. Berikut adalah beberapa langkah di mana issue log dapat diterapkan dalam bisnis digital:
Pertama, identifikasi masalah: issue log membantu dalam mengidentifikasi masalah atau tantangan yang muncul selama pengembangan atau operasionalisasi bisnis digital. Tim proyek dapat mencatat setiap masalah yang diidentifikasi, termasuk deskripsi singkat masalah, waktu terdeteksi, dan orang yang melaporkannya.
Kedua, klasifikasikan masalah: setiap masalah dalam issue log dapat diklasifikasikan berdasarkan kategori atau prioritas. Misalnya, masalah dapat dikelompokkan sebagai masalah teknis, masalah pengguna, atau masalah keamanan, dan kemudian dapat diurutkan berdasarkan tingkat kepentingan atau dampaknya terhadap proyek.
Ketiga, pelacakan proses penyelesaian: issue log dapat mencatat langkah-langkah yang diambil untuk menyelesaikan setiap masalahMencatat siapa yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah, status saat ini, dan riwayat tindakan yang diambil dapat membantu tim untuk memantau kemajuan.
Keempat, komunikasi tim: issue log menjadi sumber informasi yang penting bagi seluruh tim proyek. Tim dapat menggunakan issue log untuk berkomunikasi tentang masalah yang sedang dihadapi dan tindakan yang diambil. Pembaruan rutin dalam issue log membantu mencegah ketidakjelasan dan memastikan bahwa seluruh tim memiliki pemahaman yang seragam tentang masalah yang ada.
Kelima, evaluasi risiko: melalui issue log, tim dapat mengevaluasi risiko yang mungkin muncul selama siklus hidup proyek digital. Mencatat masalah yang muncul dapat membantu tim untuk mengidentifikasi tren atau pola tertentu yang dapat memberikan wawasan tentang risiko potensial di masa depan.
Keenam, analisis pembelajaran: setelah masalah diselesaikan, issue log dapat digunakan untuk menganalisis pembelajaran. Tim dapat merefleksikan penyebab masalah, langkah-langkah penyelesaian yang efektif, dan cara mencegah kemunculan masalah serupa di masa depan.
Ketujuh, audit dan transparansi: issue log juga memberikan transparansi bagi pihak terkait, seperti manajemen, pemberi dana, atau pihak-pihak eksternal.
Aktivitas ketiga adalah evaluasi, ini adalah aktivitas pemeriksaaan yang dilakukan untuk melihat apakah tujuan dasar usaha telah tercapai? Membahas apakah tujuan yang sudah tercapai dilakukan dengan efektivitas? Dan mencari masalah untuk bertujuan mengidentifikasi masalah apakah masalah tersebut masih kecil dan dapat dikelola atau tidak.
Dengan melakukan evaluasi secara teratur, bisnis digital dapat memastikan bahwa mereka tetap kompetitif, responsif terhadap perubahan, dan memberikan nilai tambah kepada pengguna dan pemangku kepentingan. Evaluasi yang baik membantu perusahaan untuk terus meningkatkan kinerja dan mengidentifikasi peluang-peluang baru. Berikut adalah beberapa penerapan evaluasi dalam bisnis digital:
Pertama, evaluasi kinerja proyek: melakukan evaluasi terhadap kinerja proyek digital, baik yang masih dalam pengembangan maupun yang sudah diluncurkan, membantu mengidentifikasi keberhasilan dan kendala yang mungkin terjadi.
Pemantauan terhadap kinerja proyek dapat melibatkan pengukuran terhadap pencapaian tujuan, efisiensi penggunaan sumber daya, dan kepatuhan terhadap jadwal. Kedua, evaluasi pengguna: mengumpulkan dan menganalisis umpan balik pengguna terhadap produk atau layanan digital merupakan aspek penting dari evaluasi bisnis digital. Survei, ulasan pengguna, dan analisis perilaku pengguna dapat memberikan wawasan tentang kebutuhan dan preferensi pengguna, serta membantu mengidentifikasi area perbaikan.
Ketiga, evaluasi keamanan: keamanan digital menjadi prioritas utama. Evaluasi rutin terhadap sistem keamanan, identifikasi potensi celah keamanan, dan implementasi perbaikan merupakan langkah-langkah esensial untuk melindungi data dan mengamankan bisnis digital.
Keempat, evaluasi proses bisnis: mengevaluasi efisiensi dan efektivitas proses bisnis digital membantu mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya.Implementasi teknologi dan otomatisasi proses adalah area yang dapat dievaluasi untuk memastikan bahwa bisnis digital beroperasi dengan cara yang paling efisien.
Kelima, evaluasi ROI (Return on Investment): mengevaluasi ROI adalah langkah kritis dalam bisnis digital. Ini mencakup mengukur investasi awal dan pengembalian yang diperoleh dari inisiatif digital. Evaluasi ROI membantu pemangku kepentingan untuk memahami apakah investasi tersebut berhasil atau jika ada penyesuaian yang perlu dilakukan.
Keenam, evaluasi rantai pasok digital: bisnis digital sering kali melibatkan rantai pasok digital yang kompleks. Evaluasi ini melibatkan pengawasan terhadap keberlanjutan pasokan, efisiensi proses logistik digital,dan identifikasi risiko yang mungkin timbul.
Ketujuh, evaluasi fleksibilitas dan inovasi: bisnis digital perlu menjadi fleksibel dan inovatif untuk dapat bersaing di pasar yang terus berubah. Evaluasi ini fokus pada kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan tren pasar.
Kedelapan, evaluasi kepatuhan: bisnis digital harus mematuhi peraturan dan standar yang berlaku. Evaluasi ini mencakup pemeriksaan kepatuhan terhadap hukum, peraturan privasi, dan persyaratan industri.
Kesembilan, evaluasi kesiapan terhadap perubahan: mengukur sejauh mana organisasi siap menghadapi perubahan teknologi, perubahan pasar, atau perubahan dalam kebutuhan pelanggan. Evaluasi ini membantu memastikan bahwa bisnis dapat menanggapi dengan cepat terhadap perubahan lingkungan.
Kesepuluh, evaluasi pengembangan SDM: mengevaluasi keterampilan dan pengetahuan tim dalam mengelola teknologi dan inovasi digital. Ini mencakup pelatihan dan pengembangan karyawan untuk memastikan mereka tetap kompeten dalam lingkungan bisnis digital.
Aktivitas keempat adalah audit risiko, ini adalah metodologi pemeriksaan yang dipergunakan untuk memberikan jaminan bahwa risiko yang ada sudah dikelola dengan baik serta ada batasan yang telah ditetapkan manajemen yang tidak berdampak terhadap tujuan perusahaan.
Audit risiko dalam bisnis digital mengacu pada proses identifikasi, penilaian, dan manajemen risiko yang terkait dengan aspek-aspek digital dalam suatu organisasi. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk menerapkan audit risiko dalam bisnis digital:
Pertama, identifikasi risiko digital: identifikasi risiko digital adalah langkah awal dalam audit risiko. Tim audit perlu memahami lingkungan bisnis digital dan mengidentifikasi potensi risiko yang mungkin muncul. Risiko dapat melibatkan keamanan informasi, integritas data, ketersediaan sistem, kepatuhan hukum, dan aspek-aspek lainnya terkait dengan keberlanjutan bisnis digital.
Kedua, penilaian risiko: setelah risiko diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah menilai tingkat risiko tersebut. Ini melibatkan pengukuran dampak potensial dari risiko dan kemungkinan munculnya risiko tersebut. Faktor-faktor seperti kerentanan keamanan, keparahan pelanggaran data, dan dampak operasional harus dievaluasi dengan cermat.
Ketiga, penetapan prioritas risiko: tidak semua risiko memiliki tingkat kepentingan yang sama. Penetapan prioritas risiko membantu fokus pada risiko-risiko yang memiliki dampak paling signifikan terhadap bisnis digital. Risiko yang memiliki potensi kerugian besar atau risiko kepatuhan yang tinggi mungkin memerlukan perhatian lebih intensif.
Keempat, penetapan strategi manajemen risiko: Setelah risiko-prioritas ditentukan, perlu ditetapkan strategi manajemen risiko. Ini bisa melibatkan penerimaan risiko (jika risiko diterima sebagaimana adanya), mitigasi risiko, transfer risiko melalui asuransi, atau menghindari risiko dengan mengubah kebijakan atau proses bisnis.
Kelima, pengembangan proses pengukuran dan pemantauan: audit risiko dalam bisnis digital memerlukan pengembangan proses untuk mengukur dan memantau risiko secara berkelanjutan. Pengukuran kinerja risiko memastikan bahwa tindakan manajemen risiko berjalan sesuai rencana dan memberikan hasil yang diharapkan.
Pemantauan risiko secara teratur juga membantu dalam mendeteksi perubahan dalam lingkungan bisnis digital yang dapat mempengaruhi tingkat risiko. Keenam, evaluasi keamanan teknologi: sebagai bagian dari audit risiko digital, evaluasi keamanan teknologi sangat penting.
Ini mencakup pemeriksaan infrastruktur keamanan, sistem keamanan, kontrol akses, dan kepatuhan terhadap standar keamanan tertentu. Uji penetrasi dan audit keamanan siber dapat membantu mengidentifikasi kerentanan dan memitigasi risiko keamanan.
Ketujuh, pemantauan kepatuhan: audit risiko dalam bisnis digital juga harus mencakup pemantauan kepatuhan terhadap regulasi dan standar industri yang relevan. Bisnis digital seringkali harus mematuhi peraturan privasi data, keamanan siber, dan kepatuhan lainnya.
Kedelapan, keterlibatan pemangku kepentingan: penting untuk melibatkan pemangku kepentingan utama dalam proses audit risiko. Ini dapat mencakup pemimpin bisnis, tim keamanan informasi, dan pemegang kepentingan lainnya yang terlibat dalam operasi bisnis digital.
Kesembilan, pelaporan dan transparansi: hasil dari audit risiko harus dilaporkan secara jelas dan transparan kepada pemangku kepentingan. Ini dapat mencakup rekomendasi untuk perbaikan, perubahan kebijakan, atau tindakan mitigasi risiko lainnya.
Kesepuluh, peningkatan berkelanjutan: audit risiko harus menjadi proses yang terus berlanjut. Evaluasi dan peningkatan berkelanjutan diperlukan karena lingkungan bisnis digital terus berubah. Setiap kejadian baru atau perkembangan teknologi dapat mempengaruhi profil risiko.
Dengan menerapkan strategi pemantauan risiko yang efektif, bisnis digital dapat mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengatasi risiko dengan lebih baik, menjaga keberlanjutan operasional, dan meningkatkan daya saing mereka di pasar yang terus berubah.
Penulis: Ibrahim Hanif
Mahasiswa Jurusan Manajemen Bisnis Syariah STEI SEBI
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News
Daftar Pustaka
Frame, J. Davidson. (2003). Managing Risk for Organization: A Guide Book for Managers.
San Fransisco: Jossey-Bass.