Kurangnya kesadaran masyarakat akan sampah membuat jumlah sampah yang masuk dalam Tempat Pembuangan Akhir semakin memprihatinkan. Namun melalui program Kampung Zero Waste, pemerintah Kota Surabaya berhasil mengurangi jumlah sampah yang terbuang di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Benowo.
Oleh karena itu Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya melakukan Kerjasama magang MBKM bersama Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya dalam mengoptimalkan program Kampung Zero Waste.
Sampah yang dianggap masyarakat tidak memiliki nilai ternyata memiliki banyak manfaat jika kita dapat mengelolanya dengan baik. Oleh karena itu pentingnya menaikkan kesadaran masyarakat dalam bertanggung jawab akan sampah yang dihasilkan.
Hidayati Terangkartika, mahasiswa Prodi Sastra Jepang Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya melalui program magang MBKM Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya melakukan pendampingan kepada warga kampung RW 002 Kelurahan Simolawang dalam pengelolaan sampah.
Kegiatan pendampingan yang bertujuan untuk mengoptimalisasikan Kampung Zero Waste ini dilakukan dengan melalui menerapkan 3R, yakni reduce (mengurangi), reuse (menggunakan Kembali), dan recycle (mendaur ulang).
Dalam kegiatan ini, diimplementasikan melalui adanya bank sampah untuk sampah an-organik, dan juga melakukan pengolahan sampah hingga menjadi nilai guna untuk sampah organik.
Baik sampah yang dihasilkan dari sektor industri, maupun rumah tangga. Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi sampah akhir yang terbuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo, atau bahkan zero (0).
Setiap wilayah di Kota Surabaya memiliki bank sampah induk, termasuk kampung RW 002 Kelurahan Simolawang dengan bank sampah Bintang Kejora. Masyarakat RW 002 Kelurahan Simolawang dihimbau untuk melakukan pengumpulan sampah, memilah, kemudian disetor pada bank sampah Bintang Kejora.
Tentu saja kegiatan ini mempermudah dalam proses mendaur ulang sampah an-organik, ataupun memanfaatkannya sehingga mempunyani nilai guna dan jual.
Sedangkan dalam pemanfaatan sampah organik dilakukan dengan mengolahnya menjadi beberapa produk yang memiliki nilai guna, diantaranya dengan melalui budidaya maggot, pupuk organik granul, sabun cuci dari limbah minyak, serta eco enzyme.
Budidaya maggot atau belatung berasal dari telur lalat hitam (BSF). Melalui budidaya maggot selain dapat mengurangi sampah organik yang dihasilkan masyarakat, juga memiliki manfaat lainnya, yakni sebagai pakan lele ungags, ataupun pakan ternak lainnya.
Maggot sendiri memiliki kandungan tinggi protein yang dapat diolah juga menjadi makanan sehat. Maggot dapat memakan sampah dari sisa makanan ataupun kulit buah dan juga sayuran.
Pupuk organik origanul dibuat dengan bahan dasar campuran cangkang telur dan pupuk yang dihasilkan oleh proses komposter.
Pupuk granul ini dapat meningkatkan kesuburan tanah sehingga dapat membantu perrtumbuhan tanaman secara alami. Selain dapat mengurangi sampah organik, pupuk origanul memiliki banyak manfaat pada sektor pertanian.
Sabun yang dihasilkan dari pemanfaatan minyak jelantah ini dapat digunakan untuk mencuci kain ataupun dapat dijadikan sebagai suvenir. Kegiatan ini tentu saja dapat mengubah minyak jelantah yang tidak dapat digunakan kembali menjadi sebuah produk yang memiliki manfaat.
Eco enzyme merupakan cairan serbaguna yang dihasilkan melalui fermentasi sampah organik meliputi sisa makanan, buah, ataupun sayuran. Proses fermentasi dilakukan dengan mencampurkan gula dengan air, kemudian ditambahkan sampah organik.
Proses fermentasi tersebut menghasilkan cairan yang kaya akan kandungan enzim dan dapat bermanfaat bagi lingkungan. Eco enzyime dapat dimanfaatkan sebagai pembersih serbaguna, pupuk tanaman, pengusir hama, dan beberapa manfaat lainnya.
Pemanfaatan sampah organik diatas merupakan solusi pengolahan sampah yang ramah lingkungan serta hemat biaya. Selain itu kegiatan tersebut juga berdampak baik bagi lingkungan dan manfaatnya bisa mencakup pada bidang pertanian, peternakan, rumah tangga, dan juga kesehatan.
Melalui pendampingan yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya dalam mengoptimalisasikan Kampung Zero Waste (KZW) ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam melakukan pemanfaatan dan pengelolaan sampah yang dihasilkan, baik oleh sektor industri maupun rumah tangga, sehingga sampah akhir yang terbuang pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo lebih sedikit atau bahkan zero (0).
Penulis: Hidayati Terangkartika
Mahasiswa Sastra Jepang Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News