Bertepatan dengan diadakannya Pekan Kreativitas Mahasiswa 2023, mahasiswa IPB University melakukan kegiatan pengabdian masyarakat. Hal ini merupakan bentuk kepedulian sekaligus keresahan yang dirasakan oleh mahasiswa terhadap perkembangan lingkungan sekitarnya.
Tim PKM PM (Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat) Swarahita menyasar SLB (Sekolah Luar Biasa) ABC Tunas Kasih 1, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat sebagai mitra pelaksanaan program.
Tim Swarahita beranggotakan lima orang mahasiswa IPB University yakni Kadek Dwi Trisna Larasati, I Kadek Wira Sasmita, Alifah Anggellia Zaskiyanti, Putu Oki Wiradita Aryawan, dan Pande Wikantyasa Maswita, serta didampingi oleh Dr. Furqon Syarief Hidayatulloh, S.Ag.,M.Pd.I selaku dosen pendamping.
Adapun program yang dilaksanakan yakni program pemberdayaan anak tunagrahita ringan melalui metode terapi musik untuk penurunan level tantrum dan peningkatan fokus belajar.
Hal ini sejalan dengan visi Tim Swarahita yang tertuang secara implisit pada nama Swarahita yang terdiri dari swara berarti suara atau dalam hal ini ialah musik dan hita yang berarti kesejahteraan.
Dengan kata lain, Swarahita ingin menghadirkan kesejahteraan di masyarakat melalui pendekatan musik sebagai salah satu hal yang sangat digemari serta dekat dengan masyarakat.
Swarahita percaya bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan harus dirasakan oleh seluruh anak di Indonesia. Hal ini mengingat peluang generasi muda sebagai pemimpin Bangsa Indonesia menjelang bonus demografi di tahun 2045.
Swarahita menyasar ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) terutamanya yakni anak tunagrahita. Anak tunagrahita terbilang cukup sulit menerima pembelajaran di sekolah dikarenakan karakteristik mereka yakni memiliki IQ (Intelligence Quotient) atau dengan kata lain kecerdasan intelektual dibawah rata-rata.
Salah satunya yakni kestabilan emosi yang rendah sehingga adanya lonjakan emosional yang sering terjadi yang lebih dikenal dengan istilah tantrum.
Tantrum inilah yang menjadi satu dari sekian faktor penghambat pembelajaran dikarenakan mengharuskan kegiatan belajar mengajar dihentikan sejenak hingga tantrum dapat dikendalikan.
Di tingkat yang lebih serius tantrum sering kali juga memberikan efek secara fisik seperti menyerang teman, menyakiti diri sendiri, hingga merusak barang-barang disekitar.
Tidak hanya itu, rentang fokus yang dimiliki oleh anak tunagrahita sangatlah rendah. Hal ini mengakibatkan anak sangat mudah beralih fokusnya, sehingga pembelajaran hanya dapat dilakukan dalam rentang waktu yang pendek.
Program dari Tim Swarahita berusaha untuk menurunkan tingkat tantrum, intensitas tantrum, hingga memperpanjang rentang fokus siswa dengan menerapkan terapi musik.
Melalui terapi musik ini dapat meningkatkan relaksasi siswa sehingga memperkecil potensi tantrum serta meningkatkan kontrol emosional pada masing-masing anak.
Kegiatan Swarahita meliputi:
- Music time, yaitu mendengarkan musik di pagi hari atau sebelum kegiatan belajar dimulai,
- Study time with music, yaitu kegiatan belajar mengajar yang dibarengi dengan mendengarkan musik sebagai backsound,
- Rhythm play, yaitu bermain dengan ritmik sebagai dasar pembelajaran,
- Song writing, yaitu mengekspresikan perasaan melalui tulisan yang nantinya dapat dirangkai menjadi lagu secara bersama-sama, dan
- Senam bersama dengan musik yang membangkitkan semangat.
Program ini melibatkan peran pengajar di SLB ABC Tunas Kasih 1 serta orang tua peserta didik dalam keberlanjutan program. Melalui program ini Tim Swarahita berharap dapat meningkatkan kontrol emosi siswa tunagrahita dan kualitas pembelajaran di SLB ABC Tunas Kasih 1.
Redaksi Media Mahasiswa Indonesia
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News