Antara Produktivitas Akademik dan Kesehatan Mental di Era Digital

tekanan akademik
Antara Produktivitas Akademik dan Kesehatan Mental di Era Digital. Sumber: MMI.

Pendahuluan

Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan tinggi. Di era digital saat ini, gadget seperti smartphone, laptop, dan tablet telah menjadi sarana utama dalam menunjang proses pembelajaran mahasiswa.

Hampir seluruh aktivitas akademik—mulai dari mengakses materi kuliah, mengerjakan tugas, mengikuti diskusi daring, hingga melakukan penelitian—sangat bergantung pada perangkat digital. Kondisi ini menjadikan gadget sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan akademik mahasiswa modern.

Keberadaan gadget memberikan banyak manfaat, terutama dalam meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas belajar. Mahasiswa dapat belajar kapan saja dan di mana saja tanpa terikat ruang dan waktu.

Selain itu, kemudahan akses terhadap berbagai sumber informasi digital memungkinkan mahasiswa untuk memperluas wawasan dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara mandiri. Dalam konteks ini, gadget berperan sebagai alat bantu yang sangat penting dalam menunjang produktivitas akademik.

Namun, di balik berbagai kemudahan tersebut, muncul persoalan baru yang semakin mengkhawatirkan, yaitu kecanduan gadget. Penggunaan gadget yang awalnya bertujuan untuk mendukung aktivitas akademik perlahan berubah menjadi kebiasaan berlebihan yang sulit dikendalikan.

Mahasiswa tidak hanya menggunakan gadget untuk belajar, tetapi juga untuk mengakses media sosial, menonton konten hiburan, dan bermain gim daring dalam waktu yang lama.

Fenomena kecanduan gadget ini tidak dapat dipandang sebagai sekadar gaya hidup modern, melainkan telah berkembang menjadi persoalan akademik dan psikologis yang serius.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa penggunaan gadget yang berlebihan dan tidak terkontrol berdampak negatif terhadap konsentrasi, motivasi belajar, serta prestasi akademik mahasiswa (Afifah et al., 2025; Erlizah et al., 2021).

Oleh karena itu, penting untuk mengkaji secara mendalam dampak kecanduan gadget terhadap perkembangan belajar mahasiswa, terutama dalam kaitannya dengan produktivitas akademik dan kesehatan mental di era digital.

Apa yang Dimaksud dengan Kecanduan Gadget?

Kecanduan gadget merupakan kondisi ketika seseorang mengalami ketergantungan yang berlebihan terhadap perangkat digital hingga kehilangan kontrol atas frekuensi dan durasi penggunaannya.

Individu yang mengalami kecanduan gadget cenderung merasa sulit untuk melepaskan diri dari perangkat digital, bahkan ketika aktivitas tersebut tidak lagi memberikan manfaat yang signifikan.

Baca Juga: 100 Motto Hidup Pelajar dan Siswa yang Menginspirasi, Membakar Semangat, dan Produktif

Dalam konteks mahasiswa, kecanduan gadget ditandai dengan kebiasaan terus-menerus mengecek ponsel, membuka aplikasi media sosial secara berulang, serta merasa gelisah atau tidak nyaman ketika gadget tidak berada dalam jangkauan.

Kondisi ini sering kali menyebabkan mahasiswa kesulitan memusatkan perhatian pada tugas akademik dan aktivitas belajar yang membutuhkan fokus tinggi.

Menurut Riskiana, Kurniawan, dan Maryoto (2024), kecanduan gadget berkaitan erat dengan menurunnya motivasi belajar mahasiswa.

Mahasiswa yang mengalami adiksi gadget cenderung lebih tertarik pada aktivitas digital yang bersifat instan dan memberikan kepuasan cepat dibandingkan aktivitas belajar yang membutuhkan usaha kognitif dan ketekunan. Akibatnya, proses belajar menjadi kurang optimal dan tidak maksimal.

Selain berdampak pada motivasi, kecanduan gadget juga memengaruhi kemampuan regulasi diri mahasiswa. Ketidakmampuan dalam mengatur waktu penggunaan gadget sering kali menyebabkan mahasiswa menunda pekerjaan akademik, mengabaikan jadwal belajar, dan kehilangan disiplin.

Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat menurunkan kualitas hasil belajar serta menghambat perkembangan akademik mahasiswa secara keseluruhan.

Siapa yang Paling Terdampak oleh Kecanduan Gadget?

Mahasiswa merupakan salah satu kelompok yang paling rentan terdampak oleh kecanduan gadget. Hal ini disebabkan oleh tuntutan akademik yang semakin berbasis teknologi, serta gaya hidup digital yang melekat kuat pada generasi muda.

Mahasiswa dituntut untuk selalu terhubung dengan teknologi, baik untuk keperluan akademik maupun sosial. Selain digunakan untuk belajar, gadget juga menjadi sarana utama mahasiswa dalam bersosialisasi, mencari hiburan, dan membangun identitas diri melalui media sosial.

Intensitas penggunaan gadget yang tinggi ini meningkatkan risiko terjadinya penggunaan berlebihan yang tidak disadari. Banyak mahasiswa yang awalnya hanya berniat membuka gadget sebentar, namun akhirnya menghabiskan waktu berjam-jam tanpa tujuan yang jelas.

Penelitian Rahawa dan Ningsih (2024) menunjukkan bahwa mahasiswa dengan intensitas penggunaan gadget yang tinggi cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih rendah dibandingkan mahasiswa yang mampu mengontrol penggunaannya.

Temuan ini menegaskan bahwa permasalahan utama bukan terletak pada gadget itu sendiri, melainkan pada pola penggunaan yang tidak seimbang.

Baca Juga: Kampus Indonesia Membagi Tips Seputaran Informasi Penting Bagi Mahasiswa Indonesia

Dampak negatif penggunaan gadget juga tidak hanya terjadi pada mahasiswa, tetapi juga ditemukan pada jenjang pendidikan lainnya, mulai dari anak usia dini hingga siswa sekolah menengah (Ananda et al., 2025; Istiqamah et al., 2024).

Hal ini menunjukkan bahwa kecanduan gadget merupakan persoalan lintas usia yang memerlukan perhatian serius, terutama di lingkungan pendidikan tinggi yang menuntut kemandirian dan tanggung jawab belajar yang tinggi.

Di Mana dan Kapan Fenomena Kecanduan Gadget Terjadi?

Fenomena kecanduan gadget dapat terjadi di berbagai lingkungan, baik di kampus, tempat tinggal mahasiswa, maupun di rumah. Tidak adanya batasan ruang yang jelas membuat gadget selalu berada dalam jangkauan mahasiswa, sehingga peluang untuk menggunakannya secara berlebihan menjadi semakin besar.

Ruang belajar yang seharusnya kondusif sering kali berubah menjadi ruang distraksi akibat notifikasi media sosial, pesan instan, dan aplikasi hiburan lainnya. Bahkan saat mengikuti perkuliahan tatap muka, tidak sedikit mahasiswa yang masih sibuk dengan gadget mereka, sehingga perhatian terhadap materi kuliah menjadi terpecah.

Fenomena ini semakin meningkat sejak diterapkannya sistem pembelajaran daring dan hybrid pascapandemi. Yusuf dan Novebri (2024) menyebutkan bahwa kebiasaan belajar daring membuat mahasiswa semakin terbiasa berinteraksi dengan layar dalam waktu yang lama.

Sayangnya, kebiasaan ini sering berlanjut di luar jam belajar dan sulit untuk dikendalikan. Waktu malam hari menjadi periode yang paling rentan terhadap penggunaan gadget berlebihan.

Banyak mahasiswa yang mengorbankan waktu tidur untuk bermain media sosial, menonton video, atau bermain gim daring. Pola tidur yang terganggu ini berdampak langsung pada kondisi fisik dan mental mahasiswa, sehingga mengurangi kesiapan mereka dalam mengikuti perkuliahan keesokan harinya.

Mengapa Kecanduan Gadget Berbahaya bagi Perkembangan Belajar Mahasiswa?

Kecanduan gadget berbahaya karena dapat mengganggu fungsi kognitif mahasiswa, terutama konsentrasi dan daya ingat. Afifah et al. (2025) menemukan bahwa intensitas penggunaan gadget yang tinggi memiliki hubungan signifikan dengan menurunnya konsentrasi belajar mahasiswa.

Akibatnya, mahasiswa menjadi lebih mudah terdistraksi dan sulit memahami materi secara mendalam. Selain itu, kecanduan gadget meningkatkan kecenderungan prokrastinasi akademik. Mahasiswa sering menunda mengerjakan tugas karena lebih tertarik pada hiburan digital yang bersifat instan.

Herlambang (2020) dan Kurniawati (2020) menegaskan bahwa penggunaan gadget yang tidak proporsional berdampak negatif terhadap motivasi dan prestasi belajar mahasiswa.

Baca Juga: Peran Universitas Pamulang dalam Mendukung Perkembangan Mahasiswa Teknik Informatika melalui Biaya Pendidikan yang Terjangkau

Dari sisi psikologis, kecanduan gadget juga berkontribusi terhadap meningkatnya stres akademik dan kelelahan mental.

Kamaruddin et al. (2023) menunjukkan bahwa penggunaan gadget yang berlebihan berpengaruh terhadap kesehatan mental mahasiswa, seperti meningkatnya kecemasan dan menurunnya kesejahteraan psikologis. Kondisi ini membuat mahasiswa semakin sulit mencapai performa akademik yang optimal.

Bagaimana Dampaknya terhadap Kesehatan Mental dan Prestasi Akademik?

Mahasiswa yang mengalami kecanduan gadget cenderung lebih rentan terhadap gangguan kesehatan mental, seperti kecemasan, stres, dan perasaan tidak puas terhadap diri sendiri. Ketergantungan pada validasi digital, seperti jumlah likes, komentar, dan respons di media sosial, dapat memengaruhi harga diri serta kestabilan emosi mahasiswa.

Dalam jangka panjang, kondisi kesehatan mental yang terganggu ini berdampak langsung pada prestasi akademik. Yasinia, Jannah, dan Setyawan (2023) menemukan bahwa penggunaan gadget yang berlebihan berkontribusi terhadap penurunan capaian akademik mahasiswa.

Konsentrasi yang rendah, motivasi belajar yang menurun, serta kelelahan mental menjadi faktor utama yang menghambat proses belajar.

Temuan serupa juga dikemukakan oleh Erlizah et al. (2021), yang menyatakan bahwa penggunaan gadget yang tidak terkendali memiliki pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa.

Dengan demikian, kecanduan gadget tidak hanya memengaruhi aspek psikologis, tetapi juga memberikan dampak nyata terhadap hasil akademik mahasiswa.

Penutup

Kecanduan gadget merupakan tantangan serius dalam dunia pendidikan tinggi yang tidak dapat diabaikan. Gadget sejatinya adalah alat pendukung pembelajaran yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi belajar, bukan pengganti fokus, disiplin, dan tanggung jawab akademik mahasiswa.

Ketika penggunaannya tidak terkontrol, gadget justru menjadi penghambat perkembangan belajar dan kesehatan mental.

Oleh karena itu, diperlukan kesadaran individu untuk mengelola penggunaan gadget secara bijak dan seimbang. Mahasiswa perlu mengembangkan kemampuan regulasi diri, seperti membatasi waktu penggunaan gadget, menetapkan prioritas akademik, serta menciptakan kebiasaan belajar yang sehat.

Di sisi lain, peran perguruan tinggi dalam memberikan edukasi literasi digital dan dukungan kesehatan mental juga sangat penting. Dengan pengelolaan yang tepat, teknologi digital dapat menjadi sarana yang produktif dan mendukung kesejahteraan mahasiswa.

Keseimbangan antara produktivitas akademik dan kesehatan mental menjadi kunci agar mahasiswa dapat berkembang secara optimal di tengah pesatnya arus digitalisasi pendidikan.


Penulis: Chesya Kori Octavia (NIM: 1152500121)
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus Surabaya


Dosen Pengampu: Drs. Widiyatmo Ekoputro, M.A.


Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *