Budaya organisasi memainkan peran fundamental dalam menentukan keberhasilan transfer knowledge, terutama dalam konteks tim proyek yang bersifat dinamis, kolaboratif, dan berorientasi pada hasil. Dalam proyek-proyek lintas departemen atau lintas keahlian, transfer pengetahuan menjadi faktor kunci untuk menyelesaikan tugas-tugas kompleks secara efektif.
Budaya yang mendukung komunikasi terbuka, kolaborasi, pembelajaran bersama, serta apresiasi terhadap pengetahuan individu dapat memperkuat proses konversi pengetahuan baik yang bersifat tacit maupun eksplisit.
Setiawan, Himawan, dan Wati (2025) menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap manajemen proyek berbasis pengetahuan di perguruan tinggi, di mana budaya komunikasi terbuka dan pembelajaran kolektif mampu meningkatkan keberhasilan proyek hingga 61%.
Dalam temuan tersebut, budaya organisasi bertindak sebagai konteks sosial yang mendukung berlangsungnya siklus SECI (Socialization, Externalization, Combination, dan Internalization) sebagaimana dijelaskan dalam teori Nonaka dan Takeuchi. Dalam fase socialization dan externalization, keterbukaan budaya sangat menentukan.
Munawir et al. (2024) mengungkapkan bahwa nilai-nilai seperti transparansi, inklusivitas, dan penghargaan terhadap pendapat karyawan memudahkan anggota tim proyek untuk berbagi pengalaman dan ide, bahkan ketika pengetahuan tersebut belum terdokumentasi secara formal.
Komunikasi informal yang berlangsung secara alami hanya dapat tercipta jika lingkungan kerja mendorong rasa saling percaya dan menghargai perbedaan sudut pandang.
Penelitian lain oleh Adila (2024) yang dilakukan di Telkom Balikpapan mendukung temuan ini dengan menunjukkan bahwa sistem budaya yang mencakup kebijakan informasi yang terbuka, sistem penghargaan berbasis pengetahuan, serta kepemimpinan yang proaktif, secara bersama-sama menjelaskan 78,5% variasi perilaku transfer knowledge dalam proyek.
Ini berarti bahwa infrastruktur budaya organisasi memiliki kontribusi yang sangat kuat dalam membentuk kebiasaan berbagi dan penggunaan pengetahuan antar anggota tim.
Baca juga: Teknologi Digital dalam Proses Transfer Knowledge di Institusi Pendidikan Tinggi
Aspek lain dari budaya organisasi yang penting untuk keberhasilan transfer knowledge adalah keberadaan norma dan nilai kerja sama. Studi oleh Sono (2023) di sektor manufaktur menunjukkan bahwa budaya kerja yang menekankan kolaborasi, kepercayaan, dan tujuan bersama berkontribusi signifikan terhadap peningkatan efektivitas kerja tim proyek.
Budaya semacam ini menciptakan suasana psikologis yang aman (psychological safety), di mana anggota merasa nyaman untuk mengemukakan ide, mengakui kekurangan, dan meminta bantuan, tanpa takut dikritik.
Dalam perspektif teoretis, pendekatan Knowledge-Based View (Grant, 1996) menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan sumber daya strategis yang penyerapannya bergantung pada budaya organisasi yang mendukung pembelajaran kolektif.
Konsep “Ba” yang dikembangkan oleh Nonaka menggambarkan pentingnya ruang sosial untuk pertukaran pengetahuan—dan budaya organisasi yang mendukung ruang ini menjadi syarat mutlak bagi keberhasilan transfer knowledge, terutama dalam pengembangan inovasi dan penyelesaian masalah yang kompleks dalam proyek.
Lebih lanjut, pengaruh budaya organisasi terhadap keberhasilan transfer knowledge dalam tim proyek dapat dijelaskan melalui lima jalur utama, yaitu:
- Komunikasi terbuka memperkuat socialization dan externalization, di mana pengetahuan tacit dibagikan melalui diskusi dan pengalaman langsung.
- Sistem penghargaan berbasis pengetahuan meningkatkan motivasi individu untuk berbagi informasi.
- Kepemimpinan yang mendukung dan terlibat secara aktif mendorong terciptanya atmosfer kolaboratif.
- Norma kepercayaan dan penghargaan terhadap keberagaman memungkinkan semua anggota tim merasa diterima dan dihargai.
- Adanya pembelajaran kolektif dan penciptaan ruang “Ba” memungkinkan internalisasi pengetahuan yang bersifat eksplisit menjadi bagian dari kapabilitas individu dalam menyelesaikan tugas proyek.
Secara keseluruhan, budaya organisasi yang kuat dan adaptif menjadi landasan penting dalam mengoptimalkan proses transfer knowledge dalam tim proyek.
Organisasi yang ingin meningkatkan efektivitas tim proyek harus berinvestasi dalam pengembangan budaya yang mendukung nilai-nilai keterbukaan, kolaborasi, dan pembelajaran berkelanjutan. Ini dapat dilakukan melalui pelatihan budaya organisasi, penguatan sistem reward berbasis pengetahuan, dan penciptaan lingkungan kerja yang inklusif serta komunikatif.
Dengan demikian, budaya organisasi tidak hanya menjadi cerminan nilai dan norma perusahaan, tetapi juga menjadi enabler strategis dalam mendukung keberhasilan proyek dan pencapaian tujuan jangka panjang.
Penulis: Riasta Suwandana
Mahasiswa Magister Manajemen, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News