Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam hidup manusia dan setiap orang harus memiliki kesadaran pentingnya menjaga kesehatan, terutama para wanita. Menstruasi atau PMS (Premenstrual Syndrome) yang dialami wanita setiap bulannya menjadi permasalahan serius bagi mereka. Rasa sakit dan nyeri dismenore yang dirasakan pada bagian pinggang dan perut, tubuh lemas, pingsan karena pusing ditambah dengan kondisi mood yang seringkali berubah-ubah setiap waktu dan menyebabkan banyak aktivitas terkendala. Ketika menstruasi mereka hanya terbaring lemas sehingga tidak dapat melakukan aktivitas fisik apapun (Aulia, 2021).
Secara tidak langsung hal ini dapat menghambat kondisi kesehatan mereka akibat kurangnya kepedulian terhadap diri sendiri, terutama ketika menstruasi.
Menurut argumen Dokter Insan Agung Nugroho dari Riau mengatakan bahwa mengonsumsi ramuan herbal sangat dianjurkan untuk mengatasi dismenore saat menstruasi. Caranya dengan mengonsumsi ramuan herbal berbahan curcumin murni seperti Honey for Honey, Femiguts, dan Manggistech (Repjabar, 2022).
Penggunaan ramuan herbal ini ramai diminati sejak masa pandemi karena diberlakukannya kebijakan “Stay at home” dan “Social Distancing”. Ramuan herbal atau Jejampian merupakan inovasi teknologi kesehatan yang ampuh sekaligus alternatif pengobatan tradisional yang dibuat dari bahan herbal seperti Kunyit Putih, Asam Jawa, dan Madu. Jejampian tersebut dapat dimanfaatkan untuk membantu mengurangi nyeri haid ketika menstruasi karena mengadung senyawa analgesik untuk melancarkan aliran darah dalam rahim wanita (Dr. Gabriella, 2021).
Namun, perilaku konsumtif generasi milenial khususnya wanita di era modern ini telah mengubah pola pikir mereka. Hal ini dilakukan sebagai upaya menyenangkan hati, memanjakan diri, merelaksasikan badan, mengontrol mood, dan merefresh pikiran dengan beralih dari minuman herbal ke minuman kekinian (Jurnalmojo, 2021).
Minuman kekinian seperti Boba (Bubble Pearl) banyak digandrungi remaja dan wanita milenial karena rasanya yang enak, sesuai selera, dan menyegarkan dengan variasi minuman Boba tea, Boba milk, Boba coffee, Hazelnut, Cappuccino dan Caramel serta harga yang relatif murah (Mulia, 2021).
Padahal mengonsumsi minuman Boba secara berlebihan dapat menyebabkan kenaikan berat badan dan berbahaya bagi kesehatan tubuh. Berdasarkan argumen
dari ahli diet Kong Woan Fei mengatakan bahwa satu butiran boba mengandung kurang lebih 150 kalori (Lusiana, 2020).
Hal ini dapat menyebabkan berat badan naik, kalori berlebih, dan risiko diabetes (Pradita, 2021). Dalam segelas minuman Boba lengkap dengan toppingnya dapat menyumbang sebanyak 512 total kalori, dengan gula sebanyak 152 kalori, topping Boba 106 kalori, dan teh atau susu 263 kalori (Pitaloka, 2021).
Dari total kebutuhan gula yang dapat memicu naiknya berat badan (obesitas) dan berisiko diabetes jika berlebihan dalam mengonsumsinya. Berdasarkan penelitian oleh peneliti terkemuka Jae Eun Min, David B. Green, dan Loan Kim mengemukakan bahwa minuman Boba (Bubble Pearl) mengandung kalori sekitar 299 kcal dan gula sebesar 38-gram setiap porsinya. Kebutuhan gula tambahan tidak boleh dikonsumsi melebihi 150 kcl/hari bagi pria dan 100 kcl/hari bagi wanita (Citra, 2021).
Viralnya minuman Boba ternyata sangat berdampak terhadap lunturnya budaya masyarakat Jejampian (jamu) yang diwariskan turun-temurun. Jejampian sendiri menjadi kearifan lokal masyarakat sejak zaman dahulu yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau apotik hidup, yang ditanam dan dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai rempah-rempah, obat herbal, hingga bahan perawatan kecantikan.
Salah satunya adalah kunyit putih (Curcuma zedoaria) yang bermanfaat bagi kesehatan manusia khususnya bagi wanita sebagai ramuan tradisional yang dikonsumsi setelah menstruasi agar badan tidak berbau apek, lebih fresh dan percaya diri.
Berdasarkan paparan artikel yang dikutip dari situs Repository Kementrian Pertanian Republik Indonesia memaparkan bahwa kunyit putih mengandung senyawa kimia kurkuminoid, minyak atsiri, astringensia, flavonoid, sulfur, gum, resin dan senyawa lain yang digunakan sebagai solusi mengurangi rasa nyeri dismenore ketika mentruasi dan melancarkan siklus haid karena memiliki sumber estrogen yang baik bagi wanita (Setiawati, 2022).
Dengan mengonsumsi kunyit putih, maka wanita yang mengalami menstruasi dapat mengurangi rasa nyeri dismenore dan melakukan aktivitas seperti biasanya. Serta dapat mengonsumsi minuman kekinian dengan tetap menjaga kearikan lokal melalui inovasi pangan.
Tuwhect (Turmeric White Ekstract) merupakan inovasi produk pangan lokal berupa bubur srunthul dan minuman boba yang dikombinasikan dengan bubuk kunyit putih (Turmeric White). Bubur srunthul atau bubur candil adalah makanan lokal khas Indonesia berupa bulatan kecil berwarna coklat tua yang dibuat dari tepung ketan dan tepung beras, dimasak dengan kuah gula merah dan disajikan dengan siraman santan.
Di wiliayah Jawa, bubur srunthul diesensikan sebagai sajian upacara adat, selametan, bancakan hingga jajanan tradisional. Bahan baku pembuatan bubur srunthul adalah tepung beras, tepung, ketan dan tepung ubi yang sedikit dicampur tepung sagu berwarna putih. Pada inovasi kali ini, bubur srunthul yang biasanya dibuat dari tepung beras kini dikombinasikan dengan bubuk kunyit putih sebagai ekstrak atau varian berbasis Jejampian (jamu). Tujuannya agar semakin mengenalkan kearifan lokal masyarakat dengan mengombinasikan beberapa inovasi pangan yang menjadi satu produk lokal yang kekinian.
Sementara Bubble Pearl atau Boba adalah minuman kekinian dengan topping bulatan kecil menyerupai mutiara berbahan dasar tepung tapioka yang mana proses pengolahannya sama dengan proses pengolahan bubur srunthul.
Pada inovasi “Tuwhect”, boba dibuat dari tepung tapioka dan dicampur dengan bubuk kunyit putih sebagai ekstrak, serta dikombinasikan pula dengan bahan lainnya seperti madu, teh, susu, kopi dan caramel sebagai variasi menu produk minuman tersebut.
Minuman ini dapat dimanfaatkan sebagai minuman penyegar mood yang lebih sehat untuk wanita ketika menstruasi daripada minuman boba pada umumnya.
Kunyit putih (Curcuma zedoaria) diangkat sebagai konsep produk dalam inovasi pangan lokal mengingat kunyit putih merupakan rempah herbal sejuta manfaat dalam kesehatan seperti pereda nyeri haid (dismenore), melancarkan aliran darah, dan mengurangi hormon kontraksi rahim ketika menstruasi. Kurangnya pengetahuan masyarakat terkait manfaat kunyit putih yang kaya manfaat
minimnya pembudidaya tanaman herbal kunyit putih semakin memperkuat konsep tersebut. Sehingga kunyit putih menjadi rempah langka yang jarang ditemukan di beberapa wilayah.
Untuk Pembuatan produk ini dibuat dengan bahan alam yang berasal dari tanaman herbal sebagai transformasi minuman kekinian dengan konsep kearifan lokal Jejampian, dengan mengombinasikan susu sapi, gula merah, madu, bubuk kunyit putih dan tepung-tepungan sebagai bahan baku.
Inovasi ini dibuat dengan konsep yang dirancang secara matang dengan tujuan untuk membangkitkan budidaya apotek hidup ataupun petani kunyit agar menjadi rempah sejuta manfaat, seperti kunyit putih yang tidak menjadi tanaman langka yang sulit dijumpai serta menjadikan inovasi ini sebagai ide bisnis bagi wirausahawan (entrepreur).
Berdasarkan rangkaian ide yang telah disusun di atas, dapat disimpulkan bahwa inovasi Tuwhect dapat dijadikan sebagai produk pangan berupa bubur srunthul dan minuman kekinian bubble pearl yang mengeksistensikan kearifan lokal jejampian.
Tuwhect adalah nama inovasi produk yang lahir dari proses akulturasi budaya adisi yakni suatu perubahan yang terjadi pada kebudayaan serta objek perubahannya dilihat dari unsur budaya lama yang masih berfungsi, contohnya folklore non lisan terkait pengobatan tradisional seperti jejampian.
Sedangkan bubur srunthul dan minuman bubble pearl adalah varian inovasi produk pangan ekstrak kunyit putih. Inovasi produk minuman ini bersifat healthy-friendly dibuktikan dengan keberadaannya sebagai sarana pewarisan kearifan lokal yang masih diyakini.
Jejampian telah diperkenalkan oleh nenek moyang khususnya pada wanita karena seorang wanita memiliki banyak siklus hidup, seperti menstruasi, menyusui dan melahirkan.
Generasi milenial baik remaja maupun wanita menjadi sasaran penjualan produk ini. Mereka dapat mengonsumsi produk ini kapanpun khususnya ketika menstruasi (dismenore), karena terdapat ekstrak kunyit putih dalam topping bubble pearl (Boba) yang bermanfaat untuk mengurangi rasa nyeri dismenore, memperbaiki mood yang berantakan dan menenangkan pikiran yang kacau ketika mentruasi.
Produk ini dapat dikonsumsi oleh semua kalangan dan tidak hanya untuk wanita saja, bahkan pria, anak-anak hingga lansia pun boleh mengonsumsinya.
Produk ini dikemas dengan Thinwall Cup Polyprophilane dan tempurung kelapa. Nilai keunggulan dari inovasi produk Tuwhect adalah nilai budaya Jejampian (jamu) yang dimodernisasikan dan dikombinasikan dengan minuman boba dan jajanan tradisional bubur srunthul sebagai sarana pewarisan kearifan lokal masyarakat yang diwariskan secara modern pada generasi muda pecinta boba.
Inovasi produk ini mengandung kebermanfaatan besar bagi kesehatan yang didapat dari bahan kondimennya seperti ekstrak kunyit putih, susu dan madu. Produk ini juga mengandung unsur kekinian dari topping bubble pearl (Boba).
Wanita yang mengalami dismenore saat menstruasi sangat memerlukan jamu-jamuan untuk mengurangi rasa nyeri. Oleh karena itu Bubur srunthul dan bubble pearl dapat dijadikan sebagai variasi produk yang sesuai sebab proses pengolahannya sama dan sederhana.
Penulis: Fitri Alaida Alfiana dan Intan Nur Fauziah Saputri
Siswa Jurusan IPA MAN 1 PASURUAN