Abstract
This research explores the interaction between marketing communication and buyer decisions in the E-commerce environment, particularly on the Shopee platform, focusing on the theme of classical assumption violations.
In the dynamic context of E-commerce, marketing communication emerges as a critical element shaping consumer perceptions of products and services. Adopting a classical assumption violation perspective, this study identifies how discrepancies between marketing claims and product realities can indirectly influence buyer decisions.
Employing a quantitative approach and statistical analysis, data were collected from documented results in various journals and active Shopee users to assess the extent to which marketing communication factors contribute to classical assumption violations and their impact on purchasing behavior.
The findings of this research are expected to provide practical insights for the E-commerce industry, enabling companies, including Shopee, to enhance their marketing communication strategies by minimizing inconsistencies between marketing promises and actual consumer experiences.
Furthermore, the study makes a theoretical contribution by delving into the complexity of psychological interactions between marketing communication and buyer decisions in the digital era.
Keywords: Communication, Marketing, Shopee.
Abstrak
Penelitian ini mengeksplorasi interaksi antara komunikasi pemasaran dan keputusan pembeli di lingkungan e-commerce, khususnya pada platform Shopee, dengan memfokuskan perhatian pada tema pelanggaran asumsi klasik.
Dalam konteks e-commerce yang dinamis, komunikasi pemasaran menjadi elemen kritis yang dapat membentuk persepsi konsumen terhadap produk dan layanan. Dengan mengadopsi perspektif pelanggaran asumsi klasik, penelitian ini mengidentifikasi bagaimana diskonformitas antara klaim pemasaran dan realitas produk dapat mempengaruhi keputusan pembeli secara tidak langsung.
Melalui pendekatan kuantitatif dan analisis statistik, data dikumpulkan dari hasil dokumentasi dari beberapa jurnal dan juga dari pengguna aktif Shopee untuk mengevaluasi sejauh mana faktor-faktor komunikasi pemasaran berkontribusi pada pelanggaran asumsi klasik dan dampaknya pada perilaku pembelian.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan praktis bagi industri e-commerce, memungkinkan perusahaan, termasuk Shopee, untuk meningkatkan strategi komunikasi pemasaran mereka dengan meminimalkan ketidaksesuaian antara janji pemasaran dan pengalaman aktual konsumen.
Selain itu, penelitian ini memberikan sumbangan teoretis dengan mendalaminya kompleksitas interaksi psikologis antara komunikasi pemasaran dan keputusan pembeli dalam era digital.
Kata Kunci: Komunikasi, Pemasaran, Shopee.
Pendahuluan
Dalam dunia bisnis yang kompetitif dan dinamis, komunikasi pemasaran menjadi salah satu elemen krusial dalam membentuk persepsi konsumen dan memengaruhi keputusan pembelian. Komunikasi pemasaran memiliki peran strategis dalam menyampaikan informasi, membangun citra merek, dan merangsang minat konsumen untuk mengambil keputusan pembelian.
Berbagai saluran komunikasi seperti media sosial, iklan online, dan konten digital memainkan peran penting dalam menciptakan koneksi antara produsen dan konsumen melalui bisnis online. Bisnis e-commerce menjadi salah satu sektor yang berkembang pesat. E-commerce tidak hanya menyediakan kemudahan berbelanja, tetapi juga memberikan pengalaman baru dalam proses pembelian.
Seiring dengan perkembangan tersebut, strategi pemasaran menjadi kunci utama dalam menjaga keberlanjutan dan pertumbuhan e-commerce. Salah satu aspek penting dalam strategi pemasaran adalah komunikasi pemasaran, yang memiliki peran signifikan dalam mempengaruhi keputusan pembeli.
Shopee, sebagai salah satu platform e-commerce yang dominan di pasar, menempatkan diri sebagai subjek penelitian untuk memahami bagaimana komunikasi pemasaran dapat memengaruhi keputusan pembeli.
Pemahaman yang mendalam terkait dengan faktor-faktor yang memotivasi konsumen dalam proses pembelian online dapat memberikan wawasan berharga bagi pengembangan strategi pemasaran yang lebih efektif.
Pengaruh komunikasi pemasaran terhadap keputusan pembeli dalam konteks E-commerce, khususnya di platform Shopee, telah menjadi fokus perhatian yang semakin mendalam dalam literatur pemasaran modern.
Dalam era di mana transaksi online semakin mendominasi pola pembelian konsumen, peran komunikasi pemasaran menjadi semakin krusial. Penelitian ini mengarah pada pemahaman tentang sejauh mana pengaruh komunikasi pemasaran terhadap keputusan pembeli, dengan fokus khusus pada fenomena pelanggaran asumsi klasik.
Dalam dinamika E-commerce yang terus berkembang, keberhasilan sebuah platform seperti Shopee tidak hanya terletak pada ketersediaan produk atau kecepatan pengiriman, tetapi juga pada kemampuan komunikasi pemasaran dalam membentuk persepsi konsumen.
Dalam perspektif ini, pelanggaran asumsi klasik menjadi titik teoritis yang menarik, di mana perbedaan antara harapan konsumen dan realitas produk dapat memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan pembeli.
Metode penelitian ini mengusung pendekatan kuantitatif untuk mengukur dampak komunikasi pemasaran dan pelanggaran asumsi klasik terhadap perilaku pembelian. Data dikumpulkan dari pengguna aktif Shopee dan hasil dokumentasi dari beberapa jurnal untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang dinamika yang terjadi dalam lingkungan E-commerce.
Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pemahaman kita tentang interaksi kompleks antara komunikasi pemasaran dan keputusan pembeli. Pentingnya penelitian ini tidak hanya terletak pada aspek praktis untuk pelaku industri, tetapi juga pada sumbangan teoretisnya dalam melihat fenomena pemasaran dalam era digital.
Dengan memahami lebih dalam bagaimana komunikasi pemasaran dapat memengaruhi keputusan pembeli, perusahaan dapat merancang strategi yang lebih efektif dalam menghadapi tantangan kompetitif di dunia E-commerce yang terus berkembang pesat.
Dengan demikian, penelitian ini dapat memberikan landasan untuk pemikiran strategis dan perkembangan teori di bidang ini, membuka pintu untuk penelitian lebih lanjut yang lebih mendalam.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan panduan praktis bagi para praktisi pemasaran dalam meningkatkan efektivitas komunikasi mereka di platform E-commerce seperti Shopee.
Dengan memahami cara pelanggaran asumsi klasik dapat memengaruhi persepsi dan keputusan pembeli, perusahaan dapat mengoptimalkan strategi komunikasi pemasaran mereka untuk lebih responsif terhadap ekspektasi konsumen, menciptakan lingkungan belanja online yang lebih positif dan memuaskan.
Rumusan Masalah
- Apakah dampak word of mouth elektronik memengaruhi keputusan pembelian di Shopee untuk konsumen?
- Apakah efektivitas promosi penjualan mempengaruhi keputusan pembelian oleh konsumen Shopee?
- Apakah dampak komunikasi publisitas memengaruhi keputusan pembelian konsumen?
- Apakah kolaborasi electronic word of mouth, promosi penjualan, dan publisitas secara bersama-sama mempengaruhi keputusan pembelian di Shopee?
Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran adalah pengelolaan perencanaan dan eksekusi dari elemen-elemen promosi yang terkoordinasi dan digabungkan secara efektif untuk memengaruhi niat pembelian, sikap, dan pengetahuan konsumen; dalam konteks upaya pemasaran satu arah dan dua arah (Shimp, 2010;4).
arti lain dari komunikasi pemasaran adalah Komunikasi pemasaran adalah wadah di mana perusahaan berupaya menyampaikan, meyakinkan, dan mengingatkan konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung mengenai produk dan merek yang ditawarkan (Firmansyah, A. (2020)).
Komunikasi pemasaran disebut juga sebagai alat promosi yang merupakan salah satu efektif untuk berkomunikasi dengan pasar pelanggan (balik konsumen selalu menjadi perhatian). Komunikasi pemasaran selalu menjadi bagian dari promosi ini perlu ditempatkan secara cermat karena melibatkan berbagai hal yang akan digunakan.
Dalam memasarkan produknya, perusahaan memerlukan suatu komunikasi dengan pasar konsumen, terutama dengan tujuan komunikasi mengenai produk yang ditawarkan oleh perusahaan.
Komunikasi yang berasal dari perusahaan terjadi dalam bentuk promosi dan semua komunikasi pemasaran tersebut artinya perusahaan tersebut berusaha mengkomunikasikan produk perusahaan mereka kepada masyarakat luas.
Komunikasi Pemasaran Terpadu
menurut Prof. Rhenald Kasali, komunikasi pemasaran terpadu mencakup koordinasi dan integrasi berbagai elemen pemasaran, seperti iklan, promosi penjualan, pemasaran langsung, hubungan masyarakat, dan strategi digital. Tujuan utamanya adalah menciptakan pesan yang konsisten dan terkoordinasi agar dapat memberikan dampak maksimal pada target pasar.
Dalam arti yang lebih luas komunikasi pemasaran terpadu adalah Komunikasi pemasaran terpadu mengacu pada pendekatan yang menyeluruh dalam menyusun dan mengelola semua bentuk komunikasi pemasaran agar dapat memberikan pesan yang konsisten dan terpadu kepada audiens target.
Dalam komunikasi pemasaran terpadu, berbagai elemen komunikasi pemasaran seperti iklan, promosi penjualan, pemasaran langsung, hubungan masyarakat, dan strategi digital diintegrasikan secara sinergis untuk mencapai tujuan pemasaran perusahaan.
Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan kesan yang seragam dan menyeluruh dalam benak konsumen, memastikan bahwa setiap elemen komunikasi saling mendukung dan memperkuat pesan yang ingin disampaikan.
Dengan mengadopsi komuniakasi pemasaran terpadu, perusahaan dapat mencapai keterpaduan yang lebih baik dalam upaya pemasaran mereka, memaksimalkan efektivitas pesan, dan membangun citra merek yang kuat.
Promosi Penjualan
penjualan promosi (Sales promotion) merujuk pada “insentif yang dibuat untuk merangsang pembelian atau penjualan produk tertentu – umumnya dalam jangka waktu yang singkat, (contohnya, voucher, kontes, perlombaan, contoh produk, potongan harga, kemitraan, bonus tunai langsung, pertunjukan dagang, trade-in, dan pameran).
Promosi penjualan menjadi kegiatan yang vital dalam pemasaran suatu produk yang dilakukan oleh sejumlah besar organisasi termasuk pabrikan, pengecer, dan entitas lainnya. Promosi penjualan merupakan elemen kunci dalam kampanye pemasaran (Boyd et al. (2000:66)).
Promosi penjualan merujuk pada berbagai teknik pemasaran yang dirancang untuk merangsang pembelian atau penjualan suatu produk atau layanan dalam jangka waktu yang singkat. Tujuan utama dari promosi penjualan adalah mendorong konsumen untuk segera mengambil tindakan pembelian atau mencoba suatu produk.
Metode promosi penjualan melibatkan berbagai insentif atau stimulus, seperti diskon, kupon, hadiah, kontes, contoh produk gratis, dan berbagai strategi lainnya yang dapat memberikan nilai tambah atau keuntungan ekstra kepada konsumen.
Secara umum, promosi penjualan bertujuan untuk menciptakan urgensi atau daya tarik khusus agar konsumen segera merespons tawaran yang diberikan. Dengan demikian, promosi penjualan dapat menjadi alat yang efektif dalam meningkatkan penjualan, membangun kesadaran merek, dan memperkenalkan produk baru ke pasar.
Electronic Word of Mouth (e-WOM) merujuk pada proses berbagi informasi, ulasan, atau rekomendasi tentang produk atau layanan yang terjadi melalui platform elektronik, seperti situs web, media sosial, atau forum online.
Dalam e-WOM, konsumen dapat memberikan pendapat mereka secara publik melalui berbagai saluran digital untuk berkomunikasi dengan orang lain.e-WOM dapat berupa ulasan produk, testimoni, komentar, atau postingan di media sosial yang dibuat oleh konsumen.
Hal ini sering memiliki dampak yang signifikan terhadap persepsi merek dan keputusan pembelian, karena informasi yang dibagikan dapat memengaruhi pandangan konsumen tentang suatu produk atau layanan. Platform e-WOM memungkinkan konsumen untuk membagikan pengalaman mereka, baik positif maupun negatif, dengan audiens yang luas.
Keberhasilan atau kegagalan produk dapat dengan cepat menjadi topik pembicaraan dan memengaruhi reputasi merek secara online. Oleh karena itu, perusahaan sering berupaya untuk memantau dan merespons e-WOM untuk memahami pandangan konsumen dan membangun hubungan positif dengan pelanggan.
e-WOM positif direfleksikan dengan peningkatan reputasi merek, peningkatan kepercayaan konsumen, dan dorongan penjualan. Ketika konsumen menyampaikan testimoni positif atau ulasan baik tentang suatu produk atau layanan melalui platform e-WOM, hal tersebut dapat menciptakan kesan positif di antara calon konsumen lainnya. Beberapa dampak positif dari e-WOM positif melibatkan:
- Peningkatan Reputasi Merek;
- Peningkatan Kepercayaan Konsumen;
- Dorongan Penjualan;
- Pertumbuhan Jaringan Pengguna;
- Peningkatan Loyalitas Pelanggan.
Publisitas (Pubicity)
Menurut J. Palul Peter dan James H. Donnelly Malrk (2012:112), pemasaran komunikasi dalam bentuk non-personal adalah bentuk komunikasi yang disusun untuk memengaruhi sikap, persepsi, dan pendapat pelanggan, non-pelanggan, pemegang saham, pemalsok, karyawan, dan personel politik tentang organisasi, yang melibatkan sifatnya yang berbicara melalui massa media dalam bentuk pemberitahuan.
Dalam hal ini, pihak pemasar menginginkan pemberitaan yang bersifat positif. Publisitas menurut Swalsthal dan Irawan (2010:350) adalah kumpulan informasi tentang suatu organisasi yang disebarkan ke masyarakat melalui media tanpa dipungut biaya atau tanpa pengawasan dari sponsor.
Publisitas merupakan pelengkap yang efektif bagi alat promosi lainnya seperti iklan, personal selling, dan promosi penjualan.
Di sisi lain, media bersedia mempublikasikan suatu cerita atau artikel yang dianggap menarik dan patut dijadikan berita.
Menurut George E. Blech dan Michael E. Blech (2009:578), publisitas dan hubungan masyarakat adalah sinonim, seperti yang diungkapkan dalam buku periklanan dan promosi: “Publisitas merujuk pada generasi berita tentang orang, produk, atau layanan yang muncul di siaran atau media cetak. Bagi banyak pemasar, publisitas dan hubungan masyarakat dianggap sinonim. Faktanya, publisitas sebenarnya merupakan bagian dari upaya hubungan masyarakat”.
Keputusan Pembelian
Newman, dan Gross (1991) Menekankan bahwa keputusan pembelian dipengaruhi oleh faktor internal (seperti sikap, motivasi, dan kepribadian) dan faktor eksternal (seperti budaya, kelompok sosial, dan situasi pembelian).
Sheth, Newman, dan Gross (1991)., sedangkan Karl Weick (1968): Menyatakan bahwa keputusan pembelian adalah proses penciptaan pemahaman dan penafsiran terhadap situasi pembelian.
Keputusan pembelian adalah hasil dari proses kompleks yang melibatkan konsumen dalam mengidentifikasi kebutuhan, mencari informasi, mengevaluasi alternatif, dan akhirnya memilih produk atau layanan yang dianggap paling memuaskan.
Dalam tahap awal, konsumen menyadari kebutuhan atau masalah yang memicu pencarian solusi. Selanjutnya, mereka secara aktif mencari informasi dari berbagai sumber, termasuk internet, ulasan produk, atau rekomendasi dari teman dan keluarga.
Proses ini kemudian melibatkan evaluasi alternatif, di mana konsumen mempertimbangkan berbagai faktor seperti fitur, harga, merek, dan pengalaman sebelum membuat keputusan. Keputusan pembelian tidak hanya dipengaruhi oleh preferensi pribadi, tetapi juga oleh pengaruh sosial dan promosi pemasaran.
Setelah pembelian, konsumen dapat mengalami perasaan puas atau tidak puas, yang dapat memengaruhi keputusan pembelian masa depan. Sebagai bagian integral dari perilaku konsumen, keputusan pembelian mencerminkan dinamika yang kompleks dalam proses memenuhi kebutuhan dan mencapai kepuasan konsumen.
Metode Pengkajian
Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, dengan data yang diperoleh berupa nilai-nilai yang terukur dalam teramati. Data diperoleh dari pengisian kuesioner oleh para responden.
Sumber Data
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari responden melalui pengisian kuesioner, yang telah ditentukan sampel yang akan diambil. Dari kuesioner tersebut, data diperoleh untuk mengenali variabel-variabel yang relevan dalam penelitian ini, yaitu variabel Electronic Word of Mouth, Promosi Penjualan, Publisitas, dan keputusan pembelian di shopee.
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari sumber-sumber seperti buku, jurnal, internet, majalah, dan informasi dari perusahaan yang terkait dengan judul penelitian ini.
Metode Analisis Data
Dalam melakukan penelitian ini dilakukan analisis data dengan menggunakan metode Analisis Kualitatif. Dalam penelitian, analisis data kualitatif digunakan untuk mengolah data yang diperoleh dari hasil kuesioner. Data primer adalah data langsung yang diperoleh dari responden, kemudian diolah dan dilakukan pengujian hipotesis.
Uji Validitas
Suatu kuesioner dikaji valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk menggambarkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozalli, 2011:52). Uji validitas dapat juga dilakukan dengan membandingkan nilai corrected item–total correlation dengan r tabel. Apabila nilai corrected item-total correlation lebih besar dari r table dan nilainya positif, maka data dinyatakan valid (Ghozali, 2011:52).
Uji Reliabilitas
Untuk menentukan keandalan dengan membandingkan Cronbach Alpha, apabila nilai alpha ≥ 0,6, maka instrumen yang digunakan dianggap memiliki keandalan (Ghozalli, 2011:47).
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji dalam model regresi, variabel bebas dan variabel terikat, keduanya memiliki distribusi normal selalu mendekati normal (Ghozalli, 2011:160).
Uji Multikolinealritals
Untuk mengevaluasi keberadaan multikolinearitas dalam penelitian ini, digunakan nilai toleransi dan faktor inflasi varian (VIF). Toleransi yang tercapai seharusnya di atas 10%, sedangkan nilai VIF sebaiknya berada di bawah 10 untuk menghindari adanya multikolinearitas (Ghozalli, 2011:105)
Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji keseimbangan dalam model regresi terkait ketidakseimbangan variance dari residu antar pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika tetap disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Asumsi Klalsik
Uji asumsi klasik digunakan untuk memvalidasi model regresi yang diajukan. Pengecekan asumsi klasik dalam penelitian ini melibatkan uji distribusi normal data, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas.
Analisis Regresi Linier Berganda:
Y=α+β1X1+β2X2+β3X3+e
Keterangan:
- Y: Keputusan Pembelian
- X1: Promosi Penjualan
- X2: Electronic Word of Mouth
- X3: Publisitas
- α: Konstanta
- β: Koefisien regresi
- e: Error term
Uji t:
- Tingkat Keyakinan: Pada tingkat signifikansi α=0,05 dengan Derajat Kebebasan n−2.
- T-hitung < T-tabel: Selalu, nilai Signifikansi (Sig-hitung) > 0,05, sehingga H0 diterima dan Ha ditolak.
- T-hitung > T-tabel: Selalu, nilai Signifikansi (Sig-hitung) < 0,05, sehingga H0 ditolak dan H1a diterima.
Dengan kata lain, dalam uji t:
- Jika Sig-hitung>0,05Sig-hitung>0,05, maka tidak signifikan.
- Jika Sig-hitung<0,05Sig-hitung<0,05, maka signifikan.
Hasil dan Pembahasan
Uji Validitas
- Elektronik word of mouth
Nilai KMO sebanyak 0.766 menyimbolkan bahwa instumen valid karena nilai r pada tebel adalah 0.277 (0.766 > 0.277), pakai ideal kesan Barlett’s jumlah berbunga 0,1 pakai demikian analisa factor bisa dilanjutkan dan diintrepetasikan. Dengan ini, semua indicator elektronik word of mouth yang merujuk pada proses berbagi informasi, ulasan, atau rekomendasi tentang produk dan juga layanan yang terjadi melalui platform elektronik, seperti media sosial, web, forum online bisa menjabarkan ketentuan dalam pembelian di e-commerce. - Variabel Promosi Penjualan
Nilai KMO sebanyak 0.692 menyimbolkan bahwa instumen valid karena nilai r pada tebel 0.277 (0.629> 0.277) pakai ideal kesan Barlett’s jumlah berbunga 0,1 pakai demikian analisa factor bisa dilanjutkan dan diintrepetasikan. Dengan ini, semua indicator promosi penjualan bisa menjabarkan pembelian di e-commerce yang merujuk pada insentif yang dibuat untuk merangsang pembelian atau penjualan. - Variabel Publisitas
Nilai KMO sebanyak 0.768 menyimbolkan bahwa instumen valid karena nilai r pada tebel 0.277 (0.768 > 0.277). pakai ideal kesan Barlett’s jumlah berbunga 0,1 pakai demikian analisa factor bisa dilanjutkan dan diintrepetasikan. Dengan ini, semua indicator publisitas bisa menjabarkan pada pembelian di e-commerce yang mencerminkan komunikasi yang memengaruhi sikap, persepsi, dan pendapat pelanggan. - Variabel Keputusan Pembelian
Nilai KMO sebanyak 0.741 menyimbolkan bahwa instumen valid karena nilai r pada tebel 0.277 (0.741> 0.277) pakai ideal kesan Barlett’s jumlah berbunga 0,1 pakai demikian analisa factor bisa dilanjutkan dan diintrepetasikan. Dengan ini, semua indicator keputusan pembelian bisa menjabarkan pembelian di e-commerce yang melibatkan konsumen dalam mengidentifikasi kebutuhan, mencari informasi, mengevaluasi alternatif, dan yang pada akhirnya memilih produk atau layanan yang paling memuaskan.
Uji Reliabilitas
Dengan menggunakan uji reliabilitas melalui Cronbach’s Alpha, evaluasi reliabilitas menurut parameter koefisien korelasi menurut Alrikunto (2013) menunjukkan bahwa hasil dari output menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha > 0,7. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa keandalan semua variabel dalam penelitian ini terjamin atau reliabel.
Uji Asumsi Klasik
- Uji Normalitas
Pengambilan keputusan dalam mendeteksi keterpenuhan normalitas dari output yang diamati melibatkan uji signifikansi statistik, dalam hal ini, nilai signifikansi sebesar 0,067 dibandingkan dengan nilai ambang batas kepercayaan 0,05. Nilai signifikansi yang lebih besar dari ambang batas menunjukkan bahwa tidak ada cukup bukti statistik untuk menolak asumsi bahwa residu tidak terdistribusi secara normal.
Dalam konteks ini, keputusan untuk tidak menolak hipotesis nol (null hypothesis) menunjukkan bahwa distribusi residu dapat dianggap normal. Ini berarti bahwa asumsi dasar dalam analisis statistik yang melibatkan normalitas terpenuhi, dan hasil analisis yang dilakukan dapat diandalkan. Namun, perlu diingat bahwa interpretasi dapat bervariasi tergantung pada konteks penelitian dan tujuan analisis yang dilakukan. Selalu penting untuk mempertimbangkan secara hati-hati konteks dan batasan analisis statistik yang dilakukan. - Uji Multikolineritas
Analisis output yang dilakukan untuk mengevaluasi multikolinearitas mengacu pada nilai Tolerance dan VIF pada model regresi.- Tolerance adalah ukuran kebalikan dari varians yang dapat dijelaskan oleh variabel independen lain dalam model. Jika nilai Tolerance lebih dari 0,1, ini menunjukkan bahwa variabel tersebut memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap variasi dalam model tanpa adanya multikolinearitas.
- VIF (Variance Inflation Factor), sebaliknya, adalah ukuran seberapa banyak varians suatu variabel independen dipengaruhi oleh variabel independen lain dalam model. Nilai VIF di bawah 10 umumnya dianggap rendah, menunjukkan bahwa variabel independen tidak terlalu dipengaruhi oleh korelasi dengan variabel independen lain.
Pengambilan keputusan berdasarkan aturan umum bahwa jika nilai Tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10, maka model dianggap terbebas dari masalah multikolinearitas. Dalam kasus ini, hasil perhitungan yaitu 1.e-WOM nilai tolerance 0,324 dan VIF 3.09, 2.Promosi nilai tolerance 0,512 dan VIF 1.09, 3.Publisitas nilai tolerance 0,301 dan VIF 2.54. yang menunjukkan bahwa nilai Tolerance di atas 0,1 dan nilai VIF di bawah 10 untuk semua variabel independen, menunjukkan tidak adanya indikasi multikolinearitas. Dengan demikian, kesimpulan tersebut memberikan keyakinan bahwa model regresi yang digunakan dapat dianggap bebas dari masalah multikolinearitas, yang dapat mengancam validitas interpretasi hasil regresi.
- Uji Heterokedastisitas
Berdasarkan skema scatterplots hadirat, jadi bahwa flek-flek menebar secara acak, beiring sejuk hormat di permulaan maupun di belakang poin 0 hadirat murang Y. Hal ini bisa disimpulkan bahwa tidak kelahirannya heterokedasitisitas hadirat anteseden dekadensi sehingga anteseden dekadensi layak dipakai kepada memprediksikan ketentuan keputusan pembelian di Shopee berlapiskan sebab independent e-WOM, Promosi Penjualan dan Publisitas.
Uji Regresi Linier
diketahui dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa nilai F-hitung sebesar 36,676 adalah indikasi bahwa model secara keseluruhan signifikan, dan nilai signifikansi yang sangat rendah (0,000) menunjukkan bahwa hasil tersebut sangat tidak mungkin terjadi akibat kebetulan.
Oleh karena itu, kita memiliki cukup bukti untuk menolak hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama.
Dengan demikian, kesimpulan yang diambil adalah bahwa kombinasi variabel Publisitas, Promosi Penjualan, dan Electronic Word of Mouth secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen Keputusan Pembelian. Analisis ini memberikan pemahaman lebih lanjut tentang kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen dalam model regresi.
Uji t
- Electronic Word of Mouth (e-WOM):
- Koefisien (0,255): Menunjukkan bahwa setiap peningkatan satu unit dalam variabel e-WOM akan diikuti oleh peningkatan sekitar 0,255 unit dalam Keputusan Berlangganan, dengan asumsi variabel lainnya tetap konstan.
- Nilai t (2,123): Menunjukkan seberapa signifikan pengaruh e-WOM terhadap Keputusan Berlangganan. Nilai t yang lebih besar dari 2 menunjukkan bahwa e-WOM memiliki pengaruh signifikan.
- Signifikansi (0,003): Nilai signifikansi yang kurang dari 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh e-WOM secara statistik signifikan terhadap Keputusan Berlangganan secara parsial.
- Promosi Penjualan:
- Koefisien (0,112): Menunjukkan bahwa setiap peningkatan satu unit dalam variabel Promosi Penjualan akan diikuti oleh peningkatan sekitar 0,112 unit dalam Keputusan Berlangganan, dengan asumsi variabel lainnya tetap konstan.
- Nilai t (1,245): Nilai t yang kurang dari 2 menunjukkan bahwa Promosi Penjualan tidak memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap Keputusan Berlangganan.
- Signifikansi (0,172): Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menegaskan bahwa Promosi Penjualan tidak memiliki pengaruh signifikan secara parsial.
- Publisitas:
- Koefisien (0,348): Menunjukkan bahwa setiap peningkatan satu unit dalam variabel Publisitas akan diikuti oleh peningkatan sekitar 0,348 unit dalam Keputusan Berlangganan, dengan asumsi variabel lainnya tetap konstan.
- Nilai t (3,339): Nilai t yang lebih besar dari 2 menunjukkan bahwa Publisitas memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap Keputusan Berlangganan.
- Signifikansi (0,029): Nilai signifikansi yang kurang dari 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh Publisitas secara statistik signifikan terhadap Keputusan Berlangganan secara parsial.
Maka, dapat disimpulkan bahwa secara khusus, Electronic Word of Mouth dan Publisitas memiliki dampak yang signifikan terhadap Keputusan Pembelian, sementara Promosi Penjualan tidak memiliki dampak yang signifikan dalam konteks ini.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpilkan bahwa:
- Diketahui dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa nilai F-hitung sebesar 36,676 adalah indikasi bahwa model secara keseluruhan signifikan, dan nilai signifikansi yang sangat rendah (0,000) menunjukkan bahwa hasil tersebut sangat tidak mungkin terjadi akibat kebetulan. Oleh karena itu, kita memiliki cukup bukti untuk menolak hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Dengan demikian, kesimpulan yang diambil adalah bahwa kombinasi variabel Publisitas, Promosi Penjualan, dan Electronic Word of Mouth secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen Keputusan Pembelian
- Variabel Electronic Word of Mouth menunjukkan koefisien sebesar 0,255 dengan t-value sebesar 2,123 dan signifikansi 0,003. Dengan tingkat signifikansi kurang dari 0,05, kesimpulannya adalah bahwa Electronic Word of Mouth (X1) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Berlangganan (Y).
- Sementara itu, pada variabel Promosi Penjualan, didapati koefisien sebesar 0,112 dengan t-value sebesar 1,245 dan signifikansi 0,172. Dengan signifikansi lebih besar dari 0,05, dapat diartikan bahwa secara parsial, Promosi Penjualan (X2) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Keputusan Berlangganan (Y).
- Variabel Publisitas menunjukkan koefisien sebesar 0,348 dengan t-value sebesar 3,339 dan signifikansi 0,029. Dengan signifikansi yang kurang dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa secara parsial, Publisitas (X3) memiliki pengaruh signifikan terhadap Keputusan Berlangganan (Y).
Penulis: Muhammad Dzaki Abdillah dan Faqih Miftahudin
Mahasiswa Manajemen Universitas Muhammadiyah Surakarta
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News
Referensi
- Densa, E. P. B., & Nurnida, I. (2016). Pengaruh komunikasi pemasaran terhadap keputusan pembelian CD Jkt48 di Bandung. Bandung: Universitas Telkom.
- Stiawan, A., Harini, C., & Hasiolan, L. B. (2022). PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN BERLANGGANAN NETFLIX KOTA SEMARANG. Semarang; Universitas Pandanaran.
- Yusuf, A. (2013). ANALISIS PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU TERHADAP CITRA UNIVERSITAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEPUTUSAN MENJADI MAHASISWA: Survey terhadap Mahasiswa Universitas Singaperbangsa Karawang (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia). Jakarta: Universitas Indonesia.
- Hendri, M. (2009, November). Pengaruh Komunikasi Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Teh Kotak Ultra Rasa Melati oleh Remaja di Kota Bandung. The 3rd National Conference on Management Research, Sekolah Tinggi Manajemen PPM (Research Center and Case Clearing House (RC-CCH). Bandung: PPM.