Boneka sudah menjadi hal yang umum dimiliki oleh kaum muda. Kaum muda membeli boneka karena daya tarik akan keimutannya, keindahannya dan berbagai macam aspek lainnya. Bahkan boneka menjadi daya tarik karena boneka tersebut sedang menjadi trend di masyarakat. Khususnya boneka yang saat ini sangat trend di kalangan masyarakat yaitu boneka Labubu. Banyak masyarakat ingin memiliki boneka ini yang sangat terkenal ini.
Boneka Labubu yang memiliki bentuk seperti kelinci, bentuk yang unik dan imut ini sangat mencuri perhatian banyak orang. Boneka Labubu sendiri sudah ada sejak tahun 2015. Kasing Lung adalah seorang seniman yang menciptakan dan memperkenalkan kepada masyarakat boneka Labubu. Boneka Labubu sendiri terinspirasi dari mitologi yang mencerminkan sosok monster.
Menurut Lifestyle Asia boneka tersebut terinspirasi oleh mitologi dari masyarakat Nordik. Kasing Lung sendiri terinspirasi dengan dongeng masyarakat Nordik serta budaya dari Viking dan Skandinavia kuno. Melalui ini, Kasing Lung telah berhasil menciptakan karya gabungan dari budaya Nordik dengan kondisi zaman modern saat ini.
Boneka Labubu sendiri menjadi gencar di kalangan masyarakat karena masyarakat internasional mencuri perhatian ketika melihat unggahan postingan foto boneka Labubu oleh Lisa Blackpink, seorang K-pop Idol internasional. Dengan jumlah pengikut sebanyak 104 juta di Instagram, postingan Lisa Blackpink berdampak besar atas popularitas boneka Labubu yang awalnya meluas di kalangan masyarakat negara Asia seperti Thailand, Singapur, Vietnam, Indonesia, dan negara lainnya.
Popularitas boneka Labubu terus meningkat dan banyak masyarakat terutama kalangan penggemar Lisa Blackpink yang juga mulai membeli boneka Labubu agar dapat memiliki persamaan oleh sang idola.
Akibat dari gemparnya boneka Labubu di kalangan masyarakat internasional, hal ini menyebabkan peningkatan konsumerisme. Produksi boneka Labubu pun meningkatkan karena jumlah permintaan yang berkembang pesat karena masyarakat ramai-ramai dan secara tergesa ingin membeli boneka Labubu tersebut. Hal ini tidak menutup kemungkinan kalau terdapat banyak masyarakat yang membeli boneka ini hanya karena sedang trend agar tidak terlewat update akan suatu hal yang viral alias fear of missing out atau FOMO. Hal ini juga dapat mengakibatkan sifat konsumerisme masyarakat yang meningkat agar tidak tertinggal trend walau ini hanya sekedar boneka kecil.
Sejak trend boneka labubu di kalangan masyarakat internasional, boneka ini telah mengalami peningkatan harga jual yang sangat pesat. Para reseller menjual boneka kecil ini dari Rp 600.000 sampai Rp 1.000.000 lebih. Harga labubu ini lama-kelamaan makin naik.
Masyarakat tidak peduli akan harga yang diajukan oleh para resellers dengan harga yang begitu mahal. Walau harga yang begitu mahal, masyarakat mementingkan pengakuan dalam lingkungan masyarakat untuk memiliki boneka Labubu. Mereka menjadi takut ketertinggalan akan trend ini.
Fenomena ini menunjukkan kemudahan masyarakat untuk terpengaruh oleh idola mereka. Melalui fenomena gencarnya boneka Labubu ini, dapat dilihat bahwa banyak masyarakat membeli boneka ini setelah melihat banyak idola/artis/influencer yang mereka ikuti mempunyai boneka tersebut. Hal ini memperlihatkan bahwa kekuatan para artis maupun influencer sudah terbukti dalam kemampuannya untuk membentuk perilaku konsumen kepada para penggemarnya. Hal ini merupakan perbedaan dari dulu-dulu. Dimana dunia masa menjadi hal yang mempengaruhi perilaku masyarakat.
Dari satu story atau feeds, masyarakat bisa terpengaruh untuk membeli apa yang mereka lihat. Dulu, fenomena ini bisa dilihat dari media cetak seperti majalah. Namun, sekarang media cetak sudah tidak laku karena media massa yang mengalahkan.
Seiring berkembangnya teknologi akan muncul perkerjaan-perkerjaan baru. Salah satunya adalah Influencer. Influencer ini merupakan tipe selebriti yang baru muncul di dunia. Dimana arti dari influencer berasal dari kata influence yang berarti pengaruh atau dalam bahasa latin influere yang berarti mengalir masuk. Dunia saat ini sangat dipengaruhi oleh media sosial. Para influencer ini menggunakan popularitas mereka dalam sosial media sebagai sarana pendapatan mereka.
Seringkali, influencer berkolaborasi dengan merek-merek usaha tertentu untuk mempromosikan suatu produk kepada pengikutnya. Para influencer sendiri memiliki banyak pengikut melalui media massa dan memiliki pengaruh besar terhadap para pengikut tersebut. Sehingga, sosok influencer dapat mempengaruhi seseorang dan mengalir masuk ke dalam kehidupan pengikutnya untuk diikuti. Mereka seringkali membuat para pengikutnya tertarik akan apa yang diberikan atau dipersembahkan melalui media sosial.
Keadaan influencer menjadi salah satu contoh dari perubahan sosial. Dengan perkembangan teknologi, masyarakat menjauh dari media cetak atau media massa tradisional menjadi ke media sosial. Dimana, masyarakat sekarang lebih menghabiskan waktunya di media sosial daripada dari media massa tradisional seperti televisi, radio, dan lain-lain.
Makanya, masyarakat sekarang terpaku dengan mereka yang populer di media sosial daripada media massa seperti selebriti tradisional. Hal-hal seperti majalah dan koran sudah tidak lagi menguntungkan karena sudah dikalahkan oleh media sosial.
Media massa tradisional juga sudah mulai menurun karena keadaan streaming services dan aplikasi musik yang muncul. Hal ini merupakan contoh perubahan sosial dalam teori evolusi dimana hal yang tradisional menjadi lebih modern.
Sekarang, semua hal berbasis layar dan apapun yang tidak berlayar sudah dikalahkan atau sudah tidak menguntungkan. Makanya, sekarang selebriti tradisional dikalahkan oleh influencer karena popularitas mereka yang meningkat sebab persona mereka di sosial media. Sekarang kita bisa melihat selebriti tradisional mencoba mengalihkan diri mereka ke media sosial untuk terus menjadi relevan di mata masyarakat.
Selain teori evolusi, perubahan lain yang dapat dilihat adalah melalui siklus trend yang muncul karena pengaruh influencer. Teori Siklus menawarkan bahwa setiap fenomena yang mengalami perubahan tidak ada akhirnya. Bisa dilihat dari boneka Labubu ini, boneka tersebut sudah ada sejak tahun 2015. Namun, pada tahun 2015 tidak banyak masyarakat yang minat dengan boneka tersebut. Mulailah muncul sosok influencer pada tahun 2024 yang memperkenalkan boneka Labubu ini kepada masyarakat. Boneka ini menjadi trend dalam masyarakat luas.
Sekarang memiliki boneka ini menjadi semacam norma di kalangan masyarakat. Dimana masyarakat mengalami kehebohan untuk mendapatkan boneka tersebut. Fenomena ini menunjukan bahwa terkadang trend muncul di waktu yang tertentu.
Bisa saja, tahun 2024 Labubu sangat digemari dalam masyarakat luas. Namun, kita tidak dapat mengetahui apakah boneka Labubu ini akan laris seperti tahun 2024 di masa yang akan mendatang. Mungkin akan redup kembali ketenaran boneka ini sampai beberapa tahun kedepan akan kembali menjadi trend di masyarakat. Fenomena ini menunjukan peran influencer sangat penting untuk menyebabkan sebuah trend baru.
Sosok influencer adalah salah satu agen marketing yang kuat. Menurut Hutabarat (2020) merupakan cara promosi yang efektif karena konsumen masa kini lebih memperhatikan sosial media dan suka melihat konten-konten menarik dari orang-orang atau influencer yang di follow.
Influencer Marketing sendiri menurut Rossiter, Percy dan Bergkvist (2018) ada empat indikator yang dapat mempengaruhi yaitu popularitas, kredibilitas, daya tarik dan kekuatan. Teori ini memperlihatkan bagaimana kekuatan bagi influencer untuk membantu perusahaan mempromosikan produknya. Dapat dilihat melalui fenomena kali ini, boneka Labubu di-posting oleh Lisa Blackpink yang memiliki pengikut yang luar biasa banyaknya, sebanyak 104 miliar pengikut. Popularitas yang ia miliki membuat semua masyarakat memandang sosok Lisa Blackpink sebagai sosok yang patut untuk dikagumi.
Dengan postingan foto saja membuat para pengikutnya ingin membeli boneka Labubu. Hal ini disebabkan dengan daya tarik Lisa yang sangat besar. Lisa adalah salah satu penyanyi dari band K-pop terbesar yaitu blackpink. Blackpink sendiri memiliki pengikut yang sangat setia dan cinta mati. Hal ini membuat mereka sangat terpaku dengan semua member Blackpink, termasuk Lisa.
Jadi, apapun yang Lisa miliki akan menjadi topik pembahasan untuk pengikutnya. Daya tarik ini menjadi kekuatan Lisa untuk membuat orang heboh. Lisa juga merupakan orang yang sering dibahas oleh orang-orang. Jadi apapun yang ia post akan menjadi topik pembahasan dan diperhatikan oleh pengikutnya.
Selain popularitas, daya tarik dan kekuatan, Lisa juga memiliki kredibilitas yang tinggi. Dimana beda dari periklanan tradisional, influencer marketing dilakukan oleh orang biasa yang mereka percayai. Para pengikut influencer sering sekali menonton konten dari influencers tersebut. Hal ini menciptakan parasocial relationship.
Menurut Dibble et al. (2016); Horton & Richard Wohl (1956), menjelaskan parasocial relationship adalah hubungan imaginatif sepihak dari penggemar atau pengguna media dengan figur media atau persona media, seperti selebritis maupun figure fiksi. Hal ini membuat mereka merasa mereka kenal dan dapat percaya influencer tersebut. Jadi, saat influencers tersebut mengatakan produk ini adalah yang terbaik, mereka akan percaya influencers itu.
Parasocial relationship menjadi kekuatan terbesar para influencer untuk menarik perhatiaan pengikut mereka. Parasocial relationship juga menimbulkan rasa kagum, dimana pengikut merasa kagum dengan si influencer. Rasa kagum ini akan menyebabkan mereka untuk mengikuti semua perkataan influencer ini. Contohnya adalah gaya hidup si influencer. Setiap pribadi memiliki gaya hidup masing-masing yang ditonjolkan ataupun diperlihatkan melalui umum maupun pribadi.
Menurut Priansa (2016: 185), gaya hidup berkaitan terhadap bagaimana seseorang menggunakan waktu (kegiatan), sesuatu yang perlu dipertimbangkan terhadap lingkungan (minat) dan sesuatu yang dipikirkan mengenai dunia di sekitar dan diri sendiri (opini). Gaya hidup khususnya bagi para influencer sangat mempengaruhi untuk masyarakat. Gaya hidup mereka dapat menimbulkan keinginan para pengikut untuk dapat menyerupai sosok idola yang dikaguminya. Jadi, karena si pengikut memiliki parasocial relationship yang kuat dengan influencer mereka akan terdorong untuk mempercayai dan mengikuti perkataan influencer tersebut.
Selain dari influencer marketing, content marketing memainkan pemeran besar untuk membuat seseorang tertarik atau terpengaruhi. Menurut (Kotler et al., 2017) Content Marketing adalah pendekatan pemasaran yang melibatkan pembuatan proses, pengumpulan informasi yang akurat dan terkini, dan menyediakan konten yang menarik dan bermanfaat bagi konsumen atau audiens yang terdefinisi dengan baik. Konten menarik ini dapat membuat orang-orang terpengaruhi untuk membeli produk tersebut. Contohnya adalah influencer yang berpartisipasi dalam trend unboxing Labubu. Dimana mereka akan membeli labubu dan membukanya depan para pengikutnya.
Hal ini membuat para pengikut ingin mengikuti para influencer ini karena konten mereka yang menarik perhatian para pengikut. Dari konten ini ada rasa antisipasi dan kehebohan untuk tahu apakah influencer itu akan dapat labubu yang mereka inginkan. Ini bisa memicu, para pengikut untuk ingin merasakan hal seperti itu karena dalam sosial media kegiatan unboxing ini terasa seru. Konten ini juga dilengkapi dengan editing yang menarik perhatian para pengikut yang membuatnya ingin terus menonton.
Melalui fenomena ini, kita dapat mempelajari bahwa hanya dengan aksi dan tindakan seorang individu dapat memberikan dampak dan mempengaruhi banyak orang. Seperti sosok idola yang dilihat sebagai seorang pedoman untuk gaya hidup mereka sehingga masyarakat pun mulai mengikuti apa yang sedang trending saat ini sama seperti dengan idola mereka. Gaya hidup mereka dapat menimbulkan keinginan para pengikut untuk dapat menyerupai sosok idola yang dikaguminya. Karena itu, masyarakat jadi terbawa untuk membeli suatu barang yang sedang trending dan up to date terutama di kalangan sosial media. Rasa penasaran, rasa gengsi dan perasaan lainnya tumbuh dalam diri para masyarakat dalam menanggapi fenomena ini.
Boneka Labubu menjadi demam bagi masyarakat saat ini. Tentunya bagi kaum muda, kita harus menyadari perkembangan teknologi yang sangat pesat sehingga mudah bagi kita dalam mendapatkan berbagai informasi yang beragam dan menarik. Namun, dari fenomena ini kita belajar untuk menahan diri dan melihat prioritas apa yang dibutuhkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Masyarakat menjadi konsumtif dalam menanggapi sesuatu dan kita harus dapat menghindari atau mengurangi hal tersebut. Kita harus menyadari dan berpikir panjang apabila trend ini dapat berguna secara berkelanjutan di masa depan atau tidak. Bahkan, boneka Labubu ini dengan sangat mungkin bisa semakin menurun hingga tidak menjadi trend lagi di masa yang akan datang.
Masyarakat perlu belajar dan sungguh bertindak dalam menanggapi untuk sikap fear of missing out dalam diri setiap individu. Kita juga perlu belajar bahwa saat ini teknologi sangat berkembang sehingga diri kita pun dapat terbawa oleh arus berita-berita atau trend yang tidak sepenuhnya bermutu namun memiliki dampak secara berlebihan kepada masyarakat. Seperti trend boneka Labubu ini yang menyebabkan masyarakat menjadi konsumtif akan hal yang bukan kepentingan pokok. Bahkan diri kita dapat menjadi seorang yang mempengaruhi orang lain. Kita belajar untuk dapat mempengaruhi hal positif dalam media sosial yang dilihat oleh mata seluruh masyarakat yang menggunakan media sosial.
Penulis:
1. Efrem Christian Nayaka Suryatama
2. Illyona Ruth Malonda
3. Zizou Anatamya Chairi
Siswa SMA Kolese Gonzaga