Rabu Numerasi Bangun Budaya Berpikir Kritis di SMP Swasta HKBP Sipoholon

SMP Swasta HKBP Sipoholon.
Rabu Numerasi Bangun Budaya Berpikir Kritis di SMP Swasta HKBP Sipoholon.

Taput, MMI — SMP Swasta HKBP Sipoholon telah melaksanakan kegiatan Rabu Numerasi pada Rabu (22/10/2025). Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya sekolah dalam mendukung Gerakan Numerasi Nasional (GNN) yang digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Kegiatan berlangsung di halaman SMP Swasta HKBP Sipoholon yang berlokasi di Seminarium Sipoholon, Desa Simanungkalit, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Kegiatan ini melibatkan seluruh siswa, guru, dan kepala sekolah, dengan pendampingan langsung dari guru matematika, Ibu Roida Noveria Sihombing.

Menurut Ibu Roida Noveria Sihombing, kegiatan Rabu Numerasi merupakan tindak lanjut dari program pemerintah untuk menumbuhkan budaya berpikir logis dan bernalar kritis di kalangan siswa.

“Ini adalah program pemerintah melalui Kemendikbudristek yang bertujuan membangun budaya numerasi di sekolah. Harinya ditetapkan melalui rapat Dinas Pendidikan Taput, yaitu setiap hari Rabu, sehingga disebut Rabu Numerasi,” ujarnya.

Lebih lanjut, Ibu Roida menjelaskan bahwa kegiatan ini sangat relevan dengan pelaksanaan Kurikulum Merdeka. “Rabu Numerasi sangat mendukung Kurikulum Merdeka karena tujuannya sejalan, yakni membantu peserta didik mengembangkan kemampuan bernalar, memecahkan masalah, dan berpikir kritis,” terangnya.

Dalam pelaksanaannya, kegiatan difokuskan pada pembelajaran kontekstual yang menghubungkan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari. Materi yang digunakan mencakup berbagai contoh sederhana, seperti perhitungan saat berbelanja, memasak, perjalanan, hingga pengelolaan keuangan pribadi.

Kegiatan dilaksanakan setelah upacara dan baris-berbaris, kemudian dilanjutkan dengan aktivitas numerasi di lapangan atau ruang kelas sesuai kondisi. Setelah kegiatan selesai, guru memberikan umpan balik dan evaluasi kepada siswa untuk memperbaiki proses pembelajaran berikutnya.

Meskipun berjalan lancar, Ibu Roida mengakui bahwa masih ada kendala dalam pelaksanaan kegiatan. “Kendalanya terletak pada perbedaan kemampuan dan minat siswa terhadap matematika. Ada yang sangat suka, tapi ada juga yang kurang tertarik karena belum memahami dasar operasi matematika,” ungkapnya.

“Sebagai solusi, saya tetap memotivasi mereka dengan sabar, mengulang kembali materi yang sulit, dan memberikan hadiah kecil bagi siswa yang mampu menjawab soal dengan benar,” tambahnya.

Respon terhadap kegiatan ini pun sangat positif. Para guru merasa bahwa kegiatan ini menjadi cara efektif untuk mengubah pandangan siswa terhadap matematika.

“Guru-guru mendukung penuh karena kegiatan ini bisa mengubah persepsi siswa bahwa numerasi itu menyenangkan dan sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Ibu Roida.

Baca Juga: Penerapan Modul Ajar Berbasis Mind Mapping dan Role Playing untuk Meningkatkan Pemahaman dan Sikap Toleransi terhadap Keragaman Budaya Siswa Kelas IV

Sementara itu, para siswa tampak antusias dan bahagia mengikuti kegiatan. Mereka merasa lebih mudah memahami konsep matematika dan mampu menerapkannya dalam kehidupan nyata.

“Menurut saya, kegiatan ini berdampak besar dan positif bagi siswa, baik dalam pelajaran matematika maupun dalam kemampuan berpikir logis dan sistematis,” tutup Ibu Roida Noveria Sihombing.

Penulis: Melfia Waruwu
Mahasiswa Manajemen Pendidikan Kristen Institut Agama Kristen Negeri Tarutung

Dosen Pengampu: Tetty Manullang, M.Sc.

 

Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *