Pergaulan Bebas Menghambat Harapan Bangsa

Pergaulan Bebas

Perkembangan dunia modern membawa perubahan yang besar bagi kehidupan manusia. Kemajuan di berbagai sektor dapat membawa perubahan yang sangat drastis.

Kehidupan manusia sekarang dikelola oleh benda-benda elektronik. Pikiran dan kelakuan manusia dapat dengan mudah dihipnotis oleh benda elektronik.

Manusia yang dulunya hidup sederhana, sekarang malah dengan mudah dirubah oleh benda-benda elektronik untuk hidup serba ada.

Manusia seakan tak berdaya melawan benda-benda elektronik ini. Handphone menjadi kebutuhan pokok manusia sekarang. Handphone memberi keuntungan bagi kehidupan manusia. Namun handphone juga membawa malapetaka bagi manusia terlebih khusus remaja sekarang.

Banyak remaja yang salah menggunakan handphone. Pemikiran yang tidak baik terlintas dalam pikiran dan didukung oleh benda elektronik sehingga timbul pergaulan yang tidak wajar, yaitu pergaulan bebas.

Pergaulan bebas adalah sebuah proses interaksi antara seseorang dengan orang lain, tanpa mengikatkan diri pada aturan-aturan, baik undang-undang, agama, serta adat istiadat.

Masalah pergaulan bebas ini marak terjadi di Indonesia. Di berbagai media, baik media elektronik maupun media cetak, selalu saja berbincang tentang pergaulan bebas. Hal ini seakan menjadi suatu hal yang biasa saja.

Padahal, berbicara tentang pergaulan bebas merupakan suatu hal yang sangat serius. Remaja masa kini memiliki pemikiran yang minim, sehingga begitu banyak remaja yang terjerumus dalam kasus pergaulan bebas karena tidak mampu mengendalikan diri sendiri.

Pergaulan bebas disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya faktor lingkungan, penyalahgunaan internet, ekonomi keluarga, rendahnya tingkat pendidikan keluarga, kontrol diri, dan gaya hidup. Akibatnya, banyak sekali remaja yang mengonsumsi obat-obatan terlarang, meminum minuman keras, seks bebas, bunuh diri, tindakan kriminalitas dan putus sekolah.

Di Indonesia kasus-kasus seperti ini merupakan kasus yang marak terjadi. Anak remaja Indonesia menjadi miskin akan pengetahuan. Kasus ratusan siswi yang hamil di luar nikah dan meminta dispensi di Ponorogo merupakan kasus yang sangat mengecewakan.

Data dari Kemenag Ponorogo bahwa 176 putusan dispensasi kawin yang sudah masuk ke Kantor Urusan Agama (KUA) selama 2022 terdiri dari 46 pemohon mempelai pria dan 130 mempelai wanita.

Kasus ini beredar di berbagai media dan menjadi sorotan media. Hal ini tentunya sangat mengecewakan orangtua korban maupun bangsa dan negara, karena hal ini dapat membuat berkurangnya potensi generasi muda Indonesia. 

Indonesia yang adalah negara yang terikat dengan norma-norma dan dasar negara yang jelas tidak mampu mengendalikan hal ini. Berbagai cara yang dilakukan oleh pemerintah, agar remaja tidak terjerumus dalam pergaulan bebas tidak memberi efek jera pada anak muda.

Belakangan ini, banyak anak muda yang putus sekolah karena salah bergaul. Putus sekolah dan bunuh diri seakan menjadi jalan keluar akibat salah bergaul ini. Tentu, hal ini merugikan banyak pihak, baik keluarga, sekolah, negara, terlebih khusus orang tua.

Harapan orang tua terasa hampa ditelan oleh lautan. Orang tua menjadi kecewa dan merasa gagal dalam mendidik anaknya. Padahal orangtua selalu mengharapkan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Pergaulan bebas menjadi fenomena yang sering diperbincangkan di Indonesia. Remaja yang adalah harapan bangsa malah dikalahkan oleh media elektronik.

Remaja yang disiapkan untuk menjadi generasi penerus bangsa malah mati raga. Salah bergaul menjadi penghambat harapan orangtua, keluarga, bangsa dan negara.

Reputasi bangsa pun hancur. Putus sekolah, bunuh diri, hamil di luar nikah, bahkan mengonsumsi obat-obatan terlarang menjadi penyakit yang sangat ganas. Untuk itu, remaja mesti pandai dalam bergaul dan bijak dalam menggunakan media elektronik.

Remaja adalah harapan orangtua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara harus mampu mengendalikan diri dengan baik. Manusia yang adalah makhluk yang sempurna harus mampu bersaing dengan media elektronik.

Remaja harus bisa menjadi teladan bagi khalayak umum, demi mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI).

Harapan bangsa dan cita-cita bangsa itu bergantung pada remaja. Remaja harus mampu bersaing dengan sesamanya. Remaja harus memiliki cita-cita yang kuat guna mempertahankan kemerdekaan NKRI.

Penulis: Eugenius Mige Syukur
Siswa Jurusan IPA SMAK Seminari ST. Yohanes Paulus II Labuan Bajo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *