Di sekitar kampus Universitas Negeri Semarang (UNNES), kisah tentang naiknya harga kos telah menjadi topik hangat di kalangan mahasiswa dan masyarakat sekitar.
Perubahan drastis dalam harga kos telah menjadi sorotan dan memberikan dampak yang signifikan bagi mahasiswa yang mencari tempat tinggal di sekitar lingkungan kampus.
Peningkatan harga kos yang tajam dalam beberapa tahun terakhir telah mengejutkan banyak mahasiswa yang biasanya mencari kos untuk menunjang kehidupan kampus mereka.
Kenaikan harga yang signifikan ini terjadi terutama di area sekitar kampus, di mana kos-kos yang dulunya terjangkau kini melonjak harganya secara drastis.
Alasan di balik kenaikan harga ini bervariasi. Beberapa pemilik kos mengklaim bahwa kenaikan biaya sewa disebabkan oleh meningkatnya biaya hidup, termasuk harga material bangunan, biaya listrik, dan air yang terus naik.
Sementara itu, sebagian lain mengaitkannya dengan permintaan yang tinggi akan tempat tinggal di lingkungan kampus yang semakin diminati.
Dampak dari naiknya harga kos terasa kuat di kalangan mahasiswa. Banyak di antara mereka yang merasa tertekan dengan kenaikan biaya tersebut. Beberapa mahasiswa terpaksa mencari kos di luar kawasan kampus atau mencari kontrakan dengan teman-temannya untuk meringankan beban biaya hidup.
Hal ini juga telah memicu kekhawatiran akan aksesibilitas pendidikan yang adil bagi semua kalangan, mengingat biaya hidup yang semakin meningkat.
Salah satu mahasiswa baru juga merasakan dampak dari naiknya harga kos di sekitar kampus. Menurutnya bahwa kosnya sekarang lebih mahal dibandingkan teman-temannya dengan kondisi fasilitas yang sama. Bahkan, fasilitas yang disediakan cenderung tidak diperbarui atau sama saja dengan sebelumnya.
“Saya merasa seperti ditipu dikarenakan fasilitas yang disediakan tidak berbeda jauh dengan fasilitas kos pada umumnya dan tidak ada fasilitas khusus, fasilitasnya pun sama dengan fasilitas teman-teman saya yang lain dengan harga lebih murah. Karena itu saya memutuskan untuk pindah kos nantinya jika masa sewa sudah habis,” ungkap mahasiswa baru berinisial FR, Sabtu (16/12/2023).
Namun, tidak sedikit pula pemilik kos yang memperhatikan fasilitas dengan harga yang sudah disetujui. Beberapa dari mereka menginvestasikan kenaikan pendapatan ini dalam perbaikan fasilitas kos, memberikan pelayanan yang lebih baik bagi penyewa kos.
“Untuk harga sewa kos saya sesuaikan dengan fasilitas yang ada, malah di tahun ini harga sewa saya turunkan. Yang sebelumnya Rp5.500.000/tahun jadi Rp5.000.000/tahun,” ungkap SH selaku pemiik kos, Selasa (19/12/2023).
Namun, tidak sedikit pula pemilik kos yang hanya melihat keuntungan tanpa memperhatikan fasilitas yang ada. Bahkan dirumorkan jika isu kenaikan harga kos ini adalah hasil dari provokasi seseorang untuk menaikkan harga kos dikarenakan perkuliahan yang sudah dimulai secara offline atau luring.
Dengan isu yang ada, masih belum ada solusi yang jelas. Namun, hal ini kemungkinan dapat diatasi dengan cara diskusi yang melibatkan pihak penyewa dan pemilik kos, agar kenaikan dapat dicegah ataupun naiknya harga sewa tidak terlalu tinggi.
Dan juga pemilik kos dapat meningkatkan fasilitas yang disediakan maupun memperbarui fasilitas yang sudah tidak layak pakai.
Naiknya harga kos di sekitar kampus UNNES bukan hanya sekadar isu ekonomi semata, tetapi juga melibatkan aksesibilitas terhadap pendidikan, kehidupan sosial, dan kesejahteraan mahasiswa.
Meskipun situasinya memunculkan berbagai tantangan, upaya kolaboratif dari berbagai pihak diharapkan dapat membawa solusi yang menguntungkan bagi semua pihak terlibat.
Penulis: Rafiqi Arielda Iskandar
Mahasiswa Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Semarang
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News