Kemiskinan Melanda Orang Flores

Flores Nusa Tenggara Timur

Bila ditelaah dari penyebabnya, kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua yaitu; kemiskinan individual dan kemiskinan struktural.

Kemiskinan individual disebabkan oleh karena kemalasan, kompetetif, tidak tekun, dan tidak displin, sedangkan kemiskinan struktural disebabkan oleh kekuatan lain yang menindas atau dengan kata lain struktur sosial menjadi penyebab kemiskinan itu.

Dapat disimpulkan kemiskinan  orang Flores sebagi kemiskinan individual dan kemiskinan struktural sebenarnya membutuhkan kajian yang sangat mendalam dan kompreshif, namun ada beberapa fakta penting yang patut mendapat perhatian di sini.

Harga komoditi yang menjadi penopang ekonomi keluarga tidak pernah ditentukan oleh para petani sendiri melainkan oleh sistem pasar.

Para petani tidak pernah berhak menentukan harga hasil produksi mereka paling kurang sedikit menutup atau seimbang dengan keringat yang sudah dikucurkan dengan susah payah.

Sementara di pihak lain, harga sembako yang menjadi kebutuhan primer juga kian hari kian melambung tinggi dan para petani tidak pernah bisa menawarnya sesuai dengan keuangan keluarga mereka. Jika digambarkan dalam peribahasa, keadaan mereka seperti “besar pasak dari pada tiang”.

Pemiliki modal begitu menguasai pasar sehingga segala-galanya berada pada tangan mereka. Berhadapan dengan realitas ini, pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa.

Pemerintah sendiri berpihak pada pasar. Fakta-fakta ini telah sedikit mengindikasikan bahwa sesungguhnya para petani miskin sedang berada pada posisi yang sedang tidak menguntungkan. Kehidupan mereka terdetemidasi oleh kekuatan eksternal yang begitu kuat berpengaruh.

Berdasarkan fakta-fakta ini menjadi jelas bahwa kemiskinan orang Flores adalah kemiskinan yang bukan disebabkan oleh kemalasan pribadi atau karena kurangnya kreatifitas melainkan kemiskinan yang disebabkan oleh sistem yang menindas.

Memang ada juga fakta menunjukan bahwa kemiskinan itu disebabkan oleh kemalasan pribadi namun fakta tersebut masih punya peluang untuk dipertanyakan.

Persoalan menyangkut tergerusnya jati diri orang Flores menjadi pintu masuk untuk mempertanyakan fakta tersebut. Ketika orang-orang Flores masih hidup dalam kebudayaan aslinya yang sangat kosmis, hidup mereka sangat bergantung pada alam.

Mereka memiliki semangat kerja yang tinggi dalam memenuhi kebutuhan primer mereka, namun ketika modernisme masuk, perlahan-lahan hal ini digerus.

Mental kerja keras telah digantikan dengan mental easy going, segalanya ada kalau ada uang. Orang tidak lagi bekerja murni untuk memperoleh makanan dari alam, melainkan kerja untuk memperoleh uang.

Hal ini semakin diperparah karena masuknya modernisme tidak dukung kuat oleh Sumber Daya Alam (SDM) yang kuat. Dalam keadaan ini mereka telah terjebak dalam sebuah sistem yang sama sekali tidak bisa mereka kendalikan. Pada titik ini persoalan sistem yang menindas kembali mencuat.

Penulis: Eugenius Gefron Dalu
Siswa Jurusan IPS SMAK Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *