Dampak Negatif Kecanduan Gawai pada Anak dan Cara Mengatasinya

Dampak negatif kecanduan gawai
Foto: The Telegraph

Pendahuluan

Di era digital saat ini, gawai seperti smartphone, tablet, dan komputer telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Namun, kecanduan gawai pada anak-anak telah menjadi masalah serius yang mempengaruhi perkembangan mereka.

Kecanduan gawai merujuk pada penggunaan berlebihan yang mengganggu aktivitas harian, seperti belajar, bermain, dan berinteraksi sosial.

Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 80% anak-anak di dunia menghabiskan waktu berlebihan di depan layar, yang dapat menyebabkan dampak negatif jangka panjang.

Artikel ini akan membahas dampak negatif kecanduan gawai pada anak dan cara mengatasinya, dengan fokus pada aspek kesehatan, psikologis, sosial, dan akademik.

Dampak Negatif pada Kesehatan Fisik

Salah satu dampak paling langsung dari kecanduan gawai adalah gangguan kesehatan fisik.

Anak-anak yang menghabiskan berjam-jam di depan layar sering mengalami masalah mata seperti mata kering, rabun jauh, atau sindrom mata komputer.

Cahaya biru dari layar dapat mengganggu produksi melatonin, hormon yang mengatur tidur, sehingga anak sulit tidur dan mudah lelah.

Selain itu, postur tubuh yang buruk saat menggunakan gawai dapat menyebabkan nyeri punggung, leher, dan bahu, yang dikenal sebagai “text neck”.

Studi dari American Academy of Pediatrics menunjukkan bahwa anak-anak yang kecanduan gawai memiliki risiko obesitas lebih tinggi karena kurangnya aktivitas fisik.

Mereka lebih memilih bermain game atau menonton video daripada berolahraga.

Dampak ini tidak hanya jangka pendek, tetapi juga dapat mempengaruhi kesehatan jantung dan tulang di masa depan.

Misalnya, kurang gerak dapat melemahkan massa otot dan meningkatkan risiko diabetes tipe 2.

Baca Juga: Urgensi Pendidikan Zaman Now: Tantangan dan Peluang di Era Zaman Sekarang

Dampak Negatif pada Kesehatan Mental dan Psikologis

Kecanduan gawai juga berdampak buruk pada kesehatan mental anak. Penggunaan berlebihan sering dikaitkan dengan peningkatan kecemasan, depresi, dan gangguan tidur.

Platform media sosial seperti Instagram atau TikTok dapat menciptakan tekanan untuk mendapatkan “likes” atau perbandingan dengan teman, yang memicu perasaan tidak mampu atau rendah diri.

Anak-anak yang kecanduan mungkin mengalami isolasi emosional, di mana mereka lebih nyaman berinteraksi melalui layar daripada tatap muka.

Penelitian dari Journal of Pediatrics menemukan bahwa anak-anak yang menghabiskan lebih dari 3 jam sehari di gawai memiliki risiko gangguan perilaku seperti impulsivitas dan kesulitan mengontrol emosi.

Pada usia dini, kecanduan ini dapat menghambat perkembangan otak, terutama area yang bertanggung jawab atas empati dan regulasi emosi.

Dampak jangka panjang termasuk peningkatan risiko kecanduan narkoba atau alkohol di masa remaja, karena otak yang terbiasa dengan stimulasi cepat dari gawai menjadi kurang toleran terhadap kegiatan sehari-hari.

Dampak Negatif pada Aspek Sosial dan Akademik

Secara sosial, kecanduan gawai dapat mengurangi kemampuan anak berinteraksi dengan orang lain.

Anak-anak yang terlalu fokus pada gawai sering kehilangan kesempatan untuk belajar keterampilan sosial seperti berbagi, mendengarkan, dan bekerja sama.

Ini dapat menyebabkan kesulitan dalam membangun persahabatan sejati dan meningkatkan risiko bullying online atau offline.

Dari segi akademik, dampaknya tidak kalah serius. Anak-anak yang kecanduan gawai cenderung memiliki konsentrasi yang buruk, sehingga prestasi sekolah menurun.

Mereka mungkin menunda tugas rumah atau belajar karena tergoda oleh game atau video.

Studi dari Common Sense Media menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan gawai berlebihan memiliki nilai rata-rata lebih rendah dan tingkat absensi yang lebih tinggi.

Pada akhirnya, ini dapat menghambat perkembangan kognitif, seperti kemampuan berpikir kritis dan kreativitas, karena otak mereka lebih sering dipenuhi konten pasif daripada aktivitas belajar aktif.

Baca Juga: Dampak Kecanduan Gadget terhadap Perkembangan Belajar Mahasiswa

Cara Mengatasi Kecanduan Gawai pada Anak

Mengatasi kecanduan gawai memerlukan pendekatan komprehensif yang melibatkan orang tua, sekolah, dan anak itu sendiri.

Langkah pertama adalah menetapkan batasan waktu. Orang tua dapat menggunakan aplikasi seperti Screen Time atau Family Link untuk membatasi penggunaan gawai.

Aturan sederhana seperti “tidak ada gawai selama makan malam” atau “maksimal 1 jam sehari untuk hiburan” dapat membantu.

WHO merekomendasikan anak di bawah 2 tahun tidak boleh menggunakan gawai sama sekali, sementara anak 3-5 tahun maksimal 1 jam per hari.

Selanjutnya, dorong aktivitas alternatif yang menarik. Ganti waktu layar dengan kegiatan fisik seperti bermain di taman, membaca buku, atau belajar musik.

Orang tua dapat menjadi contoh dengan membatasi penggunaan gawai mereka sendiri. Pendidikan tentang bahaya kecanduan juga penting; ajari anak tentang pentingnya keseimbangan digital melalui diskusi keluarga atau program sekolah.

Intervensi profesional dapat diperlukan jika kecanduan sudah parah. Konsultasi dengan psikolog anak dapat membantu mengidentifikasi akar masalah, seperti kecemasan yang mendorong penggunaan gawai sebagai pelarian.

Terapi perilaku kognitif (CBT) efektif untuk mengubah pola pikir dan kebiasaan. Di sekolah, guru dapat mengintegrasikan teknologi ke dalam pembelajaran tanpa berlebihan, seperti menggunakan aplikasi edukasi terbatas.

Akhirnya, ciptakan lingkungan yang mendukung. Libatkan anak dalam perencanaan rutinitas harian, sehingga mereka merasa memiliki kontrol.

Hadiahi perilaku positif, seperti menyelesaikan tugas tanpa gawai, dengan waktu bermain tambahan.

Dengan konsistensi, anak dapat belajar mengelola penggunaan gawai secara sehat.

Baca Juga: Dampak Kecanduan Gadget terhadap Perkembangan Belajar Mahasiswa

Kesimpulan

Kecanduan gawai pada anak memiliki dampak negatif yang luas, mulai dari kesehatan fisik hingga perkembangan sosial dan akademik.

Namun, dengan kesadaran dan tindakan tepat, dampak ini dapat diminimalkan. Orang tua dan pendidik memiliki peran kunci dalam membimbing anak menuju keseimbangan digital.

Dengan menerapkan batasan, mendorong aktivitas alternatif, dan mencari bantuan profesional jika diperlukan, anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang sehat dan produktif di dunia yang semakin digital.

Ingat, gawai adalah alat, bukan pengganti interaksi manusia yang sesungguhnya.

 

Tulisan ini disusun untuk memenuhi mata Kuliah EAS Psikologi Kelas: C


Penulis: Cahyo Nugroho Sumarto (1152500012)
Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya


Dosen Pengampu: Drs. Widiyatmo Ekoputro, M.A.


Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *