Dampak Kecerdasan Buatan dan Teknologi Blockchain terhadap Bidang Akuntansi dan Audit

Kecerdasan Buatan dan Teknologi Blockchain
Ilustrasi Kecerdasan Buatan dan Teknologi Blockchain (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Abstrak

Artikel ini merupakan ringkasan komprehensif dari jurnal internasional sistem informasi akuntansi yang berjudul “Accounting and Auditing with Blockchain Technology and Artifical Intelligence”.

Jurnal tersebut meneliti dan mensurvei karya yang telah dipublikasikan tentang bagaimana teknologi blockchain akan berdampak pada akuntansi secara umum, tetapi secara khusus pada audit yang diaktifkan oleh AI.

Tujuannya adalah untuk menyelidiki bagaimana teknologi blockchain dapat meningkatkan transparansi dan kepercayaan dalam praktik akuntansi dan bagaimana para profesional dapat menggunakan data blockchain untuk meningkatkan pengambilan keputusan, berdasarkan kualitas data blockchain yang tidak dapat diubah, dapat ditambahkan, dibagikan, diverifikasi, dan disepakati.

Validasi multi-pihak pada protokol blockchain menambahkan data tepercaya secara real-time yang dapat digunakan oleh auditor untuk meningkatkan keamanan dan efisiensi.

Ulasan artikel ini merangkum empat tema yang muncul dari literatur yang berfokus pada bagaimana teknologi blockchain telah mengubah pencatatan dalam akuntansi: pendekatan peristiwa terhadap akuntansi; akuntansi real-time; akuntansi tiga entri dan audit berkelanjutan.

Penelitian ini menginterpretasikan temuan-temuan dengan menggunakan teori keagenan dan teori pemangku kepentingan untuk memahami bagaimana blockchain digunakan untuk mengurangi ketimpangan informasi dan meningkatkan kolaborasi pemangku kepentingan.

Penelitian ini juga merangkum tantangan dan mengklarifikasi alasan organisasi untuk berhati-hati dalam mengadopsi blockchain.

Terakhir, penelitian ini menyarankan agar peneliti selanjutnya menggunakan penelitian ini dengan dua cara yang memperkaya literatur blockchain: pertama, menerapkan gagasan dan menjawab pertanyaan yang teridentifikasi dalam tinjauan ini untuk meningkatkan metode bisnis para praktisi dan pembuat kebijakan; dan kedua, mendorong pemangku kepentingan seperti praktisi, perancang/pengembang sistem, dan pembuat kebijakan untuk berkolaborasi dalam mendesain ekosistem blockchain yang sesuai dengan standar akuntansi dan audit yang benar.

Kata Kunci: Akuntansi, Audit, Kecerdasan Buatan, Teknologi Blockchain, Ringkasan

Abstract

This article is a comprehensive summary of the international journal of accounting information systems entitled “Accounting and Auditing with Blockchain Technology and Artifical Intelligence”.

The journal researched and surveyed published work on how blockchain technology will impact accounting in general, but specifically on AI-enabled auditing.

The aim is to investigate how blockchain technology can increase transparency and trust in accounting practices and how professionals can use blockchain data to improve decision-making, based on the immutable, dependable, shareable, verifiable, and agreed-upon qualities of blockchain data.

Multi-party validation on blockchain protocols adds real-time trusted data that auditors can use to improve security and efficiency.

This article review summarizes four themes that emerged from the literature focusing on how blockchain technology has changed record-keeping in accounting: the event approach to accounting; real-time accounting; three-entry accounting and continuous auditing.

It interprets the findings using agency theory and stakeholder theory to understand how blockchain is being used to reduce information inequality and improve stakeholder collaboration.

It also summarized the challenges and clarified the reasons for organizations to be cautious in adopting blockchain.

Finally, this study suggests that future researchers use this research in two ways that enrich the blockchain literature: first, apply the ideas and answer the questions identified in this review to improve the business methods of practitioners and policymakers; and second, encourage stakeholders such as practitioners, system designers/developers, and policymakers to collaborate in designing a blockchain ecosystem that complies with the correct accounting and auditing standards.

Keywords: Accounting, Auditing, Artificial Intelligence, Blockchain, Review

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Semenjak sistem perusahaan di dunia menjadi digital, perusahaan-perusahaan telah mengadopsi alat teknologi baru untuk menyederhanakan proses bisnis dan mengubah model bisnis untuk menginovasi operasional karena perusahaan semakin dapat mengakses daya komputasi canggih dan pangkalan data (database) yang besar.

Saat ini, bisnis yang paling berharga di dunia adalah bisnis berbasis internet dan berbentuk platform atau aplikasi.

Akademisi, media sosial, industri, dan pemerintah menghabiskan banyak waktu untuk memperhatikan bentuk teknologi digital: blockchain, kecerdasan buatan (artificial intelligence; AI), Big Data, Internet of Things (loT), dan komputasi awan (cloud-computing).

Inovasi-inovasi ini sangat mengubah organisasi dan individu, terutama dengan blockchain yang secara khusus memberikan landasan bagi Internet yang bernilai yang secara fundamental akan membentuk kembali masyarakat dan bisnisnya.

Blockchain, yang kini dianggap sebagai pilar kelima revolusi dari IT, diharapkan menjadi teknologi dasar sebagai Internet generasi berikutnya.

Sejak ditetapkan dasar untuk apa yang kemudian menjadi teknologi blockchain pada tahun 2008, sektor perbankan, keuangan, asuransi, pendidikan, layanan kesehatan, dan pemerintahan telah menggunakan teknologi blockchain hingga diperkirakan 10% dari PDB global akan disumbangkan oleh industri blockchain pada tahun 2027 (Forum Ekonomi Dunia/World Economics Forum, 2015).

PricewaterhouseCoopers (PwC) (2020) memperkirakan blockchain dapat meningkatkan PDB global sebesar 1,76 triliun dolar AS pada tahun 2030.

Survei blockchain global Deloitte pada tahun 2020 menunjukkan bahwa organisasi semakin berkomitmen untuk menerapkan blockchain dalam bisnis mereka.

Dengan semakin matangnya blockchain, para inovator menemukan peluang baru untuk menciptakan nilai dan meningkatkan kepercayaan dan ketahanan terhadap transformasi digital dengan menggabungkan blockchain dengan bentuk teknologi lainnya, terutama AI, IoT atau komputasi awan.

Penelitian jurnal artikel ini meninjau literatur tentang aplikasi blockchain yang berkaitan dengan akuntansi dan audit dengan memberikan tiga kontribusi utama.

Pertama, membahas empat kategori penggunaan blockchain dalam akuntansi (yaitu, pendekatan peristiwa terhadap akuntansi; akuntansi real-time; akuntansi triple-entry, dan audit berkelanjutan).

Kategori-kategori ini berkaitan dengan bagaimana dampak blockchain pada akuntansi dapat meningkatkan kepercayaan pada industri secara umum dan pada audit secara khusus dalam menggunakan teknologi AI untuk meningkatkan pengambilan keputusan dan efisiensi bisnis.

Kedua, memberikan pendapat bahwa teknologi blockchain dapat menjadi sarana baru bagi organisasi untuk memitigasi masalah kepentingan bisnis dengan merevisi kekuasaan dan kontrol karena hal ini mendorong seluruh pihak dari perusahaan untuk berkolaborasi menggunakan data keuangan yang aman, bersama, terverifikasi, dan berdasarkan konsensus.

Ketiga, penelitian ini merangkum tantangan-tantangan dan menjelaskan poin-poin yang harus diwaspadai dalam adopsi blockchain dengan bidang akuntansi, dimana salah satunya disarankan harus adanya kolaborasi dengan pemangku kepentingan dunia akuntansi guna merancang sistem blockchain yang sesuai dengan akuntansi dan audit.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, terdapat beberapa rumusan masalah, yaitu sebagai berikut.

  1. Bagaimana teknologi blockchain dapat meningkatkan transparansi dan kepercayaan dalam praktik akuntansi?
  2. Bagaimana para profesional dapat meningkatkan pengambilan keputusan dengan menggunakan kemampuan blockchain untuk menyediakan layanan yang tidak dapat diubah, hanya ditambahkan, dibagikan, diverifikasi, dan disepakati?
  3. Bagaimana blockchain akan berdampak pada akuntansi, khususnya terkait dengan audit yang didukung AI dan mengidentifikasi tema-tema yang menandai bagaimana blockchain akan berdampak pada pencatatan dan validitasnya dalam akuntansi?

1.3 Tujuan Penelitian

Blockchain merupakan kombinasi dari model bisnis berupa ekonomi yang memiliki dukungan teknologi yang canggih.

Berikut beberapa tujuan dari blockchain pada akuntansi, yaitu meningkatkan profesi akuntansi dengan cara mengurangi biaya pemeliharaan dan rekonsiliasi buku besar, membantu akuntan dalam kejelasan tentang sumber daya yang tersedia dan kewajiban organisasi atau instansi, dapat mengetahui transparansi dan keseluruhan rantai pasokan.

2. Landasan Teori

2.1 Definisi Blockchain

Blockchain digambarkan sebagai jenis teknologi buku besar terdistribusi (distributed ledger technology/DLT) atau jenis teknologi keuangan (FinTech). Yang lain memandang blockchain sebagai database berurutan atau spreadsheet raksasa yang melampaui buku besar keuangan klasik dengan mencatat informasi transaksional, diamankan dengan kriptografi, dan diatur oleh mekanisme konsensus.

Beragamnya definisi blockchain mencerminkan bagaimana berbagai disiplin ilmu menafsirkannya dari berbagai sudut pandang.

Penelitian ini mengadopsi definisi blockchain dari Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW):

Blockchain bukanlah sebuah teknologi tunggal, melainkan sebuah protokol cara melakukan sesuatu untuk mencatat transaksi. Berbeda dengan Internet, di mana data dibagikan, dalam blockchain kepemilikan dapat ditransfer dari satu pihak ke pihak lain.

Blockchain adalah model yang diinginkan karena beberapa alasan. Misalnya, di pasar dengan banyak pihak yang bertransaksi, hal ini dapat menghilangkan kebutuhan untuk merekonsiliasi buku besar yang berbeda.

Pendistribusian ke semua pengguna juga menghilangkan pemadaman dan menghilangkan biaya karena harus membayar otoritas pusat untuk menjaga keakuratan buku besar.

Setiap peserta dalam buku besar dapat melacak semua transaksi sebelumnya, memungkinkan peningkatan transparansi dan blockchain untuk melakukan audit mandiri

Singkatnya, ICAEW mulai mengacu pada blockchain sebagai teknologi akuntansi untuk mentransfer kepemilikan aset dan memelihara buku besar informasi keuangan yang akurat, di mana keteguhan buku besar berasal dari kepercayaan pada sistem yang mendorong pencatatan.

2.2 Karakteristik dan Tipe Blockchain

Karakteristik utama dari blockchain adalah transparansi, desentralisasi, kekekalan, ketahanan terhadap gangguan, autentikasi yang kuat, jaringan yang tersinkronisasi, dan konsensus.

Dengan kata lain, teknologi blockchain memungkinkan segala sesuatu yang bernilai, tidak hanya keuangan, tetapi juga aset seperti kekayaan intelektual, data kesehatan, dan ide untuk ditransfer.

Berdasarkan audiens yang dituju, berbagai generasi teknologi blockchain telah diidentifikasi. Blockchain 1.0 memungkinkan transaksi mata uang kripto digital. Blockchain 2.0 menggunakan kontrak pintar.

Blockchain 3.0 memperluas aplikasinya ke bidang-bidang di luar mata uang kripto dan keuangan hingga ke pemerintahan, layanan kesehatan, dan rantai pasokan. Blockchain 4.0 adalah untuk penggunaan bersama antara blockchain dan AI.

Menekankan pada hak akses, dan izin untuk memvalidasi transaksi, teknologi blockchain dapat diatur secara berbeda sehingga pengguna yang berbeda diberikan hak akses yang berbeda, dan untuk mencatat, memperbarui, dan memvalidasi catatan transaksi.

Biasanya, blockchain publik dan privat dibedakan berdasarkan skala jaringan (yaitu berapa banyak node yang terlibat), izin untuk bergabung dengan jaringan, dan pendekatan untuk memvalidasi transaksi.

Blockchain publik dan tanpa izin, seperti Bitcoin, mencakup banyak node, memungkinkan siapa saja untuk berpartisipasi sebagai penambang/validator, dan memungkinkan siapa pun melihat buku besar yang mendasarinya.

Namun, hal ini mahal dan memerlukan waktu untuk mencapai konsensus karena besarnya jaringan terdistribusi.

Di sisi lain, blockchain pribadi dan berizin (seperti yang sekarang sedang dikembangkan oleh konsorsium) memiliki node yang berpartisipasi jauh lebih sedikit, dan calon pengguna memerlukan persetujuan untuk berpartisipasi dalam penambangan/validasi transaksi dan untuk melihat buku besar yang mendasarinya.

Karena identitas diketahui, maka diperlukan lebih sedikit kepercayaan buta terhadap blockchain swasta dan dengan demikian blockchain swasta relatif lebih cepat dan lebih hemat biaya (risiko oportunisme ex-post lebih rendah). Desain ini dapat melindungi privasi dan kerahasiaan data bisnis.

Selain itu, kontrak pintar adalah aplikasi blockchain yang paling transformatif. Aturan ini menentukan ketentuan kontrak antara pihak-pihak yang menggunakan kode teknis, dan bersifat mandiri serta tidak dapat diubah karena kontrak digital dijalankan secara otomatis.

Kontrak pintar meningkatkan transparansi bagi semua peserta dalam jaringan dan menurunkan biaya kontrak antar pihak. Namun, masih belum jelas siapa yang bertanggung jawab ketika kontrak pintar mengalami masalah atau dijalankan dengan cara yang tidak terduga.

2.3 Blockchain dalam Akuntansi

Organisasi akuntansi, yaitu ICAEW, Association of Chartered Accountants (ACCA), Chartered Institute of Management Accountants (CIMA), Chartered Institute of Public Finance and Accountancy (CIPFA), dan International Federation of Accountants (IFAC), semuanya mempublikasikan laporan di situs web mereka yang relevan dengan teknologi blockchain. Misalnya, Deloitte, EY, KPMG, dan PwC memimpin inisiatif untuk memasukkan blockchain ke dalam bisnis mereka untuk memenuhi perubahan permintaan pelanggan terhadap transaksi blockchain.

Oleh karena itu, Deloitte membentuk divisi Rubix dan meluncurkan produk plug-and-play blockchain; EY memperkenalkan platform penganalisis blockchain untuk mendukung rekonsiliasi data tim audit; PwC merilis perangkat lunak audit mata uang kripto dan memperbarui alat Halo untuk audit, dan KPMG telah bekerja sama dengan Guardtime, Microsoft, R3, dan Tomia untuk menghasilkan layanan berbasis blockchain.

Beberapa peneliti berpendapat bahwa teknologi blockchain mempengaruhi mesin database sistem informasi akuntansi (AIS) dengan mendigitalkan validasi berbasis kertas saat ini.

Teknologi tersebut dapat menyimpan data akuntansi seperti hutang dan piutang dengan aman serta dapat meningkatkan efisiensi akuntansi transaksi.

Deloitte dan McWaters dkk. mengidentifikasi cara teknologi blockchain mengatasi tantangan akuntansi saat ini. Hal ini dapat menyederhanakan operasional, mengurangi waktu penyelesaian transaksi dan risiko pihak lawan, meminimalkan penipuan, serta meningkatkan regulasi dan likuiditas modal.

2.4 Blockchain dalam Audit

Teknologi blockchain digunakan dalam bidang audit yang didukung oleh kecerdasan buatan (AI) untuk menambahkan tingkat kepercayaan.

Tujuan utama penggunaan blockchain dalam menyimpan catatan akuntansi adalah untuk menciptakan kepercayaan dan jaringan kepercayaan, baik dengan maupun tanpa pihak yang terpercaya terlibat.

Blockchain mengumpulkan informasi yang telah divalidasi tentang jumlah transaksi, kepada siapa pembayaran dilakukan, dan oleh siapa, kemudian meng- hash dan menambahkan blok ke rantai yang ada.

Kombinasi algoritma hash, kunci pribadi dan publik, serta buku besar terdesentralisasi adalah hal yang membuat blockchain sangat kuat dalam penggunaan Internet modern karena sifatnya yang tidak dapat diubah, dapat dilacak, dan dapat dilihat memungkinkan peserta untuk melihat transaksi yang sepenuhnya terenkripsi secara sinkron.

Jaringan terdistribusi, tanda tangan digital, dan aturan validasi konsensus membuat blockchain menjadi platform yang aman dan dapat diandalkan.

Kepercayaan yang dihasilkan dari blockchain terjadi karena catatan-catatan tersebut tahan terhadap pemalsuan dan tidak dapat diubah, berkat sifat mereka yang terdistribusi dan di-hash.

Seperti sidik jari, hash adalah unik karena setiap perubahan, terlepas seberapa kecilnya, saat menambahkan informasi menyebabkan hash berubah dari satu identitas unik ke identitas unik lainnya.

Mekanisme konsensus membuat sulit untuk memanipulasi blockchain. Fitur hash blockchain yang unik menawarkan sumber kepercayaan yang menciptakan ketangguhan. Selain itu, teknologi ini dapat meningkatkan akuntabilitas dan transparansi informasi.

2.5 Perspektif terhadap Blockchain

Kajian ini mempelajari dampak dari akuntansi yang mendukung blockchain secara umum dan audit yang mendukung AI secara khusus dengan menggunakan teori agency dan teori stakeholder. 

Studi ini bergantung pada dua kondisi: bahwa peserta jaringan jujur, dan bahwa data mentah dari rantai publik atau pribadi dimasukkan ke dalam blockchain. Kemudian mengeksplorasi bagaimana blockchain dan alat AI diadopsi dalam akuntansi dan audit untuk memastikan kepercayaan dalam informasi keuangan.

Hal ini melibatkan pengurangan asimetri informasi dan memungkinkan terciptanya nilai bagi para CEO, manajer, pemegang saham, akuntan, auditor, investor, pembuat kebijakan, dan stakeholder lainnya untuk membuat komitmen secara kolektif dan berkolaborasi tentang hal tersebut.

2.5.1 Perspektif Teori Agency

Pada tahun 1976 sejak Jensen dan Meckling mengembangkan karya Berle dan Means yang diciptakan pada tahun 1932 berteori tentang hubungan prinsipal-agen, para ahli tata kelola perusahaan telah mengeksplorasi berbagai mekanisme pengawasan dan pengendalian internal dan eksternal.

Mekanisme tata kelola internal terutama berfokus pada dewan direksi, komposisi dewan, ukuran dewan, independensi dewan, kepemilikan, dan mekanisme insentif manajerial, sedangkan mekanisme tata kelola eksternal mencakup isu-isu eksternal seperti pasar, hukum dan peraturan.

Dalam penelitian akuntansi, teori keagenan tampaknya menjadi pendekatan standar untuk menekankan “kondisi ketidakpastian yang mengarah pada asimetri informasi potensial antara eksekutif yang mengelola perusahaan dan investor eksternal”.

Asimetri informasi terjadi ketika informasi dipegang secara pribadi, ditahan, atau diungkapkan secara strategis oleh manajer untuk mempengaruhi hasil keputusan atau transaksi.

Manajer internal berada dalam posisi memiliki lebih banyak informasi yang dapat dimanipulasi untuk memaksimalkan kepentingan mereka dengan mengorbankan prinsipal. Asimetri informasi telah menciptakan risiko etika yang memicu banyak skandal keuangan global.

Dalam konteks ini, praktik akuntansi dan audit perlu mengurangi asimetri informasi untuk kepentingan transparansi dan akuntabilitas.

Oleh karena itu, tinjauan ini berargumen bahwa penggunaan blockchain dan AI dapat memberikan sarana teknologi baru untuk mengontrol dan memantau informasi akuntansi untuk mengurangi asimetri informasi dan masalah keagenan.

Hal ini terjadi karena blockchain memungkinkan data yang dibagikan, diverifikasi, dan disepakati, serta AI mendeteksi anomali. Selain itu, smart contract mengotomatiskan prosedur yang juga dapat mengurangi manipulasi manajerial dan perilaku oportunistik.

2.5.2 Perspektif Teori Stakeholder

Teori stakeholder mengakui bahwa perusahaan adalah bagian dari sistem sosial yang lebih besar, dan keputusan tidak dapat dibuat secara terpisah.

Teori ini mendorong hubungan yang terbuka dan inklusif dengan semua stakeholder yang terdiri dari manajer, direktur, investor, karyawan, perusahaan lain, penyedia jasa, pemerintah, dan masyarakat luas.

Dalam praktik akuntansi saat ini, pengguna informasi keuangan eksternal tidak dapat mengamati transaksi dan proses akuntansi yang sebenarnya dari sebuah perusahaan.

Seorang peneliti berpendapat bahwa literatur akuntansi sebagian besar berfokus pada bagaimana pengguna menginterpretasikan standar pelaporan keuangan dan efek pasar, tetapi gagal untuk memasukkan beragam stakeholder dengan berbagai kebutuhan informasi dalam keadaan saat ini.

Disarankan agar akuntansi berubah menjadi pendekatan yang lebih terpilah dalam mengungkapkan informasi sebagai sebuah pandangan yang mendapat dukungan luas.

Beberapa peneliti mengusulkan ekosistem akuntansi yang mendukung blockchain dimana para manajer, akuntan, mitra bisnis, dan investor dapat secara aktif berkolaborasi untuk memverifikasi transaksi dan memungkinkan organisasi untuk melayani kepentingan yang lebih luas.

Karena sifat terdistribusi dari teknologi blockchain dapat lebih inklusif, tinjauan ini berpendapat bahwa teknologi ini dapat menjadi sarana yang bermanfaat untuk mempromosikan kolaborasi dan interaksi oleh beragam orang dalam jaringannya yang luas.

Bersama dengan penggunaan teknologi AI, perusahaan dapat mempromosikan budaya perusahaan yang terbuka dan inklusif untuk mempertajam pengambilan keputusan dengan menggunakan data blockchain yang diverifikasi dan dibagikan oleh banyak pihak.

Literatur yang telah diulas sebelumnya menunjukkan bahwa teknologi blockchain dapat mengatasi tantangan yang dihadapi oleh praktik akuntansi saat ini dengan menawarkan cara baru dalam mencatat, memperbarui, memvalidasi, dan berbagi data yang mencakup audit yang ditingkatkan dengan menggunakan alat AI yang canggih.

Tinjauan ini menyelidiki tema dan temuan yang muncul yang relevan dengan aplikasi blockchain dalam akuntansi untuk menjelaskan bagaimana akuntansi akan berubah dibawah pendekatan blockchain dan poin-poin apa yang perlu diperhatikan oleh organisasi saat mengadopsi teknologi ini. Bagian selanjutnya merinci ruang lingkup tinjauan dan metode kami.

3. Metode Penelitian

3.1 Bagan Alur Pendekatan

Gambar 3.1 Struktur Sistematis Tahapan Pengkajian

3.2 Konsep Metode Penelitian

Penelitian sebagai referensi ini menggunakan metode ulasan yang dimulai dengan penyaringan manual daftar artikel terkait dari jurnal akademik berkualitas, diikuti dengan pencarian sistematis literatur yang relevan menggunakan kata kunci terkait dengan penelitian.

Selain itu, berkaitan dengan berkembangnya teknologi blockchain, penelitian ini juga mencari literatur industri yang relevan seperti laporan industri, blog, dan berita tentang teknologi blockchain.

Pendekatan ini menawarkan cakupan literatur blockchain yang luas, terutama fokus pada bagaimana teknologi dapat diterapkan dalam cara-cara baru pencatatan dalam bidang akuntansi dan komponen auditnya.

Tahap-tahap alur sistematis yang dilakukan untuk mengkaji jurnal, yaitu yang pertama, artikel ini menggunakan Academic Journal Guide 2018 dan mengidentifikasi jurnal berkualitas dari bidang akuntansi, keuangan, manajemen informasi, dan inovasi, dengan mencari kata kunci “blockchain” di jurnal tahun 2017 hingga 2019, yang menghasilkan 24 artikel.

Kemudian, pencarian literatur relevan secara sistematis dilakukan menggunakan Scopus, dengan menggunakan kata kunci pencarian “blockchain” dan “akuntansi”, “blockchain” dan “audit”, “blockchain” dan “AI”, “AI” dan “audit”, “AI” dan “akuntansi”, yang menghasilkan 1052 hasil pencarian.

Kemudian, memperkecil area pencarian dengan menambah limit pada tipe (Jurnal), bahasa (Inggris), subjek area (Bisnis, Manajemen, Akuntansi, Ekonomi, Ekonometrika, dan Keuangan), sehingga menyisakan 317 jurnal.

Selanjutnya, seluruh hasil pencarian, yaitu 341 artikel diimpor ke Mendeley untuk diperiksa masing-masing secara rinci dengan memperhatikan judul, kata kunci, dan abstrak untuk menentukan apakah artikel tersebut tetap termasuk dalam kumpulan data.

Sebelum setiap entri dinilai relevansinya dengan penelitian, telah dilakukan penghapusan data duplikat, sehingga meninggalkan kumpulan data akhir sebanyak 179 artikel.

Perangkat lunak Nvivo digunakan untuk mengkode literatur yang telah dikaji ke dalam berbagai kategori, yaitu manfaat blockchain, prospek, implikasi, poin-poin berhati-hati, dan dampak pada akuntansi dan audit, sehingga menghasilkan kategori jenis analisis untuk setiap artikel sebelum merangkum tema-tema tersebut.

4. Hasil Penelitian

Studi yang terdapat dalam kumpulan data referensi kami menunjukkan sebagian besar masih bersifat konseptual karena penelitian blockchain masih dalam tahap awal.

Kami merangkum empat tema utama dari berbagai bacaan akuntansi yang mendukung blockchain dan mencantumkan poin-poin yang perlu diperhatikan dalam mengadopsi blockchain pada dunia akuntansi.

Keempat tema yang muncul ini berkaitan dengan bagaimana blockchain akan berdampak pada akuntansi dan audit yang menggunakan alat AI.

Berikut uraian penjelasan dari empat tema tersebut:

4.1 Pendekatan Peristiwa terhadap Akuntansi

Blockchain memunculkan peluang penelitian terkait seperangkat asumsi terhadap peristiwa-peristiwa mengenai akuntansi, karena teknologi AI dan Blockchain meningkatkan akses ke data akuntansi secara real-time.

Teknologi blockchain dapat digunakan untuk menyimpan catatan-catatan akuntansi dengan aman serta membuat catatan-catatan tersebut lebih mudah dilacak dan terlihat.

Dengan blockchain, pihak berkepentingan yang memiliki hak/akses dapat melihat data transaksi yang teragregasi secara real-time di dalam jaringan berdasarkan kebutuhan masing-masing untuk pengambilan keputusan.

Seorang peneliti mengusulkan pendekatan peristiwa pada teori akuntansi dengan membandingkannya dengan pendekatan nilai dalam akuntansi.

Contoh yang diberikannya adalah seorang investor yang mencoba meramalkan nilai perusahaan dengan menggunakan dua pendekatan yang berbeda.

Disarankan bahwa investor dapat meramalkan nilai perusahaan di masa depan berdasarkan tren, ukuran, dan variabilitas pendapatan saat ini atau pertimbangan lainnya yang lebih konsisten dari pendekatan nilai.

Sebagai alternatif, investor dapat menggunakan data akuntansi untuk memprediksi penjualan, biaya penjualan, dan pajak di masa depan. Perbedaan nyata antara kedua pendekatan ini terletak pada tingkat agregasi informasi akuntansi.

Pendekatan peristiwa menekankan pada penggunaan data mentah dan informasi yang tidak terlalu banyak untuk pengambilan keputusan, sedangkan pendekatan nilai menggunakan informasi yang lebih banyak.

Pertanyaan tentang bagaimana mengumpulkan dan membagikan informasi akuntansi di antara berbagai pengguna selalu menjadi tantangan bagi profesi akuntansi.

Kegembiraan dan ketertarikan pada teknologi berbasis blockchain telah meningkatkan kesadaran tentang kurangnya standar keuangan pada produk teknologi keuangan (Financial Technology; FinTech)  yang sedang berkembang seperti aset kripto.

Namun, “setiap agregasi umumnya melibatkan hilangnya informasi”. Baru-baru ini, ketersediaan data dari media sosial kepada pemerintah menjelaskan mengapa pengambilan keputusan investor lebih cenderung dipengaruhi oleh data yang terpilah.

Dengan kata lain, mitra bisnis dan pemberi pinjaman lebih memilih data terpilah untuk membantu mereka lebih memahami bisnis dan memandu keputusan mereka dengan lebih baik.

Dewan penasihat keuangan biasanya ingin menerima data mentah, bukan data yang dimanipulasi oleh perusahaan sesuai dengan standar akuntansi mereka yang fleksibel.

Lebih lanjut, pengembangan machine learning akan memberikan alat yang lebih baik untuk meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan dengan menggunakan data terpilah.

Menurut beberapa peneliti, meskipun perusahaan masih akan memberikan angka agregat untuk memenuhi kewajiban pelaporan keuangan, banyak perusahaan yang secara terbuka menawarkan data terpilah sesuai permintaan.

Sebagai contoh, banyak yurisdiksi di seluruh dunia saat ini mewajibkan perusahaan publik untuk membuat laporan keuangan menggunakan bahasa pelaporan bisnis yang dapat diperluas (extensible business reporting language, XBRL).

Ini adalah standar de-facto untuk pertukaran informasi keuangan secara digital, yang memungkinkan informasi keuangan dikumpulkan, dikirim, dan dianalisis. XBRL yang digunakan di Inggris untuk pelaporan perusahaan dikenal sebagai Inline XBRL atau iXBRL.

XBRL memungkinkan data diproses secara otomatis oleh perangkat lunak karena XBRL dapat memberikan tanda pengenal (tag) yang dapat dibaca komputer untuk setiap item data bisnis berdasarkan kategori yang digunakan. Sedangkan blockchain adalah sebuah jaringan terdistribusi dengan sistem buku besar, XBRL adalah sebuah standar data.

4.2 Akuntansi Waktu Nyata

Blockchain adalah teknologi mutakhir yang dapat mengubah faktur, pemrosesan pembayaran, kontrak, dan dokumentasi.

Meskipun item seperti kas, piutang, hutang, dan persediaan manufaktur just-in-time sudah disimpan dalam ERP, catatan dalam ERP terpusat dan tidak memiliki validasi multi-pihak.

Blockchain memungkinkan tampilan publik dari transaksi terenkripsi yang mendapat manfaat dari validasi multi-pihak, sehingga memungkinkan perusahaan untuk menyediakan neraca waktu nyata, laporan laba rugi, laporan kas, catatan inventaris, dan investasi modal yang relevan dengan beberapa mitra bisnis, klien, auditor, dan regulator dalam rantai nilai.

Karena blockchain memungkinkan informasi penting untuk dibagikan secara instan, blockchain dapat memungkinkan ekosistem akuntansi yang real-time, dapat diverifikasi, dan transparan di mana manajer, akuntan, mitra bisnis, dan investor dapat berkolaborasi untuk memverifikasi transaksi dan memberikan bukti yang dapat diandalkan untuk validasi multi-pihak.

Akuntansi real-time yang diaktifkan oleh blockchain akan secara signifikan mengurangi perilaku manajerial oportunistik untuk terlibat dalam tipu muslihat akuntansi dan tindakan yang merusak nilai untuk memanipulasi pendapatan yang dilaporkan.

Hal ini dikarenakan blockhain membuat semua pihak dapat berpartisipasi secara langsung untuk menemukan transfer aset yang mencurigakan dan transaksi lain yang berisiko menimbulkan konflik kepentingan.

Inilah yang mengawali usul penerapan blockchain untuk profesi akuntansi yang berbagi kasus pelanggaran di antara para pihak.

Ada pula saran untuk menggunakan data akuntansi real-time yang tercatat pada blockchain untuk menginformasikan prosedur audit dan pelaporan real-time. Hal tersebut mengarahkan ke penyajian sebuah desain untuk sistem pemrosesan transaksi berbasis blockchain (TPS).

Desain ini memerlukan pengembangan prototipe untuk mendemonstrasikan fungsionalitas TPS berbasis blockchain dalam akuntansi waktu nyata untuk pemantauan berkelanjutan dan pencegahan penipuan. Peneliti juga memperkenalkan penyelesaian pajak pertambahan nilai (PPN) secara real-time menggunakan informasi akuntansi real-time yang dicatat dalam blockchain.

Sekarang, lembaga keuangan dapat melakukan pembayaran secara real-time sehingga setiap penyelesaiannya pasti. Blockchain tidak akan menggantikan standar XBRL, blockchain akan menjadi lebih efisien jika XBRL menyediakan data terstruktur berkualitas tinggi.

XBRL yang digabungkan dengan blockchain dapat memungkinkan pelaporan waktu nyata dan akuntansi waktu nyata yang sangat efisien dan terjamin.

4.3 Akuntansi Entri Tiga Kali Lipat

Istilah “Triple-entry” berasal dari sebuah makalah yang ditulis pada tahun 1982 oleh Profesor Yuji Ijiri. Dia mengusulkan bahwa selain entri debit dan kredit, lapisan ketiga entri yang disebut trebit harus disertakan dengan satu set akun baru untuk menjelaskan perubahan pendapatan.

Gagasan sistem pembukuan triple-entry adalah untuk memberikan lebih banyak informasi keuangan momentum kepada organisasi, memungkinkan pengambilan keputusan strategis yang lebih baik.

Pada tahun 2005, Ian Grigg, seorang kriptografer keuangan menulis makalah kerja di situs webnya berjudul ‘Triple-entry Accounting’ dengan memberikan istilah yang berbeda dari definisi akuntansi momentum Yuji Ijiri (1986).

Ian Grigg mengangkat konsep baru, ‘Tanda terima adalah transaksi’, di mana tanda terima yang ditandatangani secara digital yang didukung oleh kriptografi keuangan antara dua pihak dapat dilihat oleh entri ketiga bersama untuk menghindari penipuan transaksi dan mengurangi redundansi dalam pencatatan internal.

Pada tahun 2014, Jason Tyra menulis artikel singkat di Majalah Bitcoin dengan menggunakan infrastruktur, bahwa konsep triple-entry yang diusulkan oleh Ian Grigg (2005) adalah kemungkinan akan sangat diinginkan baik bagi perusahaan maupun pengguna eksternal (Tyra, 2014).

Sejak itu, akuntansi triple-entry yang terkait dengan blockchain telah menjadi definisi yang diterima secara umum.

4.4 Audit Berkelanjutan

Audit berkelanjutan dicapai melalui penilaian risiko dan kontrol berkelanjutan yang diaktifkan oleh teknik audit berbasis teknologi seperti perangkat lunak audit umum, perangkat lunak spreadsheet atau skrip yang dikembangkan menggunakan perangkat lunak khusus audit, utilitas audit khusus, CAAT, solusi yang dikemas secara komersial, dan sistem produksi yang dikembangkan khusus.

Audit berkelanjutan menyediakan cara untuk mengidentifikasi indikator risiko dan mengevaluasi parameter risiko di seluruh operasi TI, aplikasi TI, dan proses bisnis dengan menganalisis sistem untuk perubahan, keamanan, insiden, outlier, dan transaksi.

Audit berkelanjutan meningkatkan kemampuan auditor internal untuk mengomentari ketersediaan dan utilitas data, memahami kontrol aplikasi, dan mengoptimalkan proses bisnis melalui otomatisasi.

Namun, peluang untuk pemantauan berkelanjutan terdapat di mana pun peluang untuk audit berkelanjutan. Peluang untuk pengamatan atau rekomendasi audit mungkin ada jika ada peluang pemantauan berkelanjutan tetapi tidak dilakukan oleh manajemen.

5. Pembahasan

Kapasitas blockchain dapat meningkatkan pengambilan keputusan, dimana disediakan data yang tidak dapat diubah, hanya dapat ditambahkan, dibagikan, diverifikasi, dan disepakati (yaitu, berdasarkan konsensus), dan kemampuan AI untuk belajar dari data yang menginformasikan pengambilan keputusan yang sukses.

Akuntansi real-time yang didukung oleh Blockchain bisa meningkatkan efisiensi, mengurangi waktu pemrosesan pembayaran, dan mengurangi manipulasi pendapatan. Akuntansi triple-entry dapat mengurangi biaya pemeliharaan dan rekonsiliasi buku besar.

Pendekatan peristiwa pada akuntansi dapat membuat kepemilikan aset menjadi jelas. Pendekatan ini memungkinkan auditor untuk memeriksa rincian transaksi mengenai bagaimana transaksi tersebut dicatat dan diklasifikasikan.

Dengan menggunakan pendekatan peristiwa, auditor dapat memeriksa apakah arus kas masuk berasal dari penjualan atau piutang, atau investasi baru. Teknologi blockchain dan AI memungkinkan audit berkelanjutan.

Teknologi canggih ini mengotomatiskan banyak proses akuntansi dan audit yang padat karya. Hal ini meningkatkan efisiensi fungsi akuntansi dan audit. Pada saat yang sama, hal ini akan membawa perubahan besar dalam cara kerja praktisi.

Berikut ini implikasi teoretis dan praktis dari dampak teknologi blockchain dan AI dalam akuntansi dan audit:

5.1 Implikasi Teoretis

Secara teori, kemampuan blockchain dalam memberikan transparansi, distribusi yang tepat, kekekalan, dan teknologi logika komputer dapat membantu perusahaan mengatasi asimetri informasi dan mengurangi ancaman etika melalui kontrak pintar atau otomatisasi.

Selain itu, teknologi ini juga memungkinkan peluang kolaborasi secara finansial bagi manajer, akuntan, mitra bisnis, investor, dan auditor untuk mencapai kerja sama dan koordinasi dalam jaringan atau ekosistem blockchain.

Dari perspektif teori keagenan, teknologi blockchain  menyediakan kontrak pintar dan mencatat data secara akurat, sehingga lebih sulit bagi manajer untuk memanipulasi data akuntansi.

Data yang tercatat di blockchain diverifikasi melalui konsensus multi-pihak. Hal ini membuat manipulasi data menjadi lebih sulit. Selain itu, banyak proses dapat diotomatisasi. Misalnya, buku besar blockchain bersama dalam akuntansi entri tiga mengotomatiskan rekonsiliasi.

Pembayaran tagihan, pelaporan pengeluaran, pengambilan sampel audit, dan proses kepatuhan dapat diotomatisasi menggunakan kontrak pintar yang didukung blockchain. Teknologi ini memudahkan bisnis dalam mengelola dan memantau informasi akuntansinya.

Oleh karena itu, jika digunakan bersama dengan AI untuk mendeteksi anomali, menyembunyikan penipuan finansial menjadi lebih sulit. Secara teori, pengiriman uang mencurigakan juga bisa dideteksi secara real-time.

Namun, hal ini tidak berarti bahwa penggunaan blockchain dan AI dalam akuntansi dapat menghilangkan kecurangan.

Pernyataan untuk mengurangi masalah keagenan dengan mengurangi asimetri informasi mengasumsikan bahwa orang tidak memanipulasi sumber atau data mentah dalam blockchain.

Perlu diketahui bahwa masih ada insentif bagi perusahaan untuk berbuat curang dengan mengutak-atik sumber data jika potensi keuntungannya cukup besar. Jika manajer menerima 51% daya komputasi, mereka dapat memanipulasi buku besar blockchain dengan menambahkan informasi palsu atau menghapus/mengubah data historis.

Dari perspektif teori pemangku kepentingan, teknologi blockchain dapat menjadi mekanisme yang efektif untuk menumbuhkan lingkungan yang terbuka dan inklusif.

Pemangku kepentingan seperti akuntan, mitra bisnis, dan investor dapat berpartisipasi dalam ekosistem blockchain dan berkolaborasi untuk melihat, memperbarui, dan memverifikasi transaksi berdasarkan hak akses mereka.

Organisasi dapat meningkatkan keterlibatan pemangku kepentingan dan memperluas peluang bisnis di jaringan blockchain.

Pendekatan peristiwa akuntansi yang menggunakan data real-time yang dicatat di blockchain dapat memenuhi kepentingan dan tujuan individu dari berbagai pengguna informasi akuntansi, dan pengguna dapat menggunakan AI untuk mengidentifikasi pola dan memprediksi tren.

Akuntansi real-time membuat data transaksi langsung terlihat oleh berbagai pengguna yang memiliki akses ke jaringan blockchain. Akuntansi triple-entry menyediakan buku besar bersama yang unik yang dapat dilihat oleh pengguna yang diizinkan sebagai suatu sumber informasi.

Audit berkelanjutan  meningkatkan keamanan dan keandalan. Namun, penting untuk menyeimbangkan konflik kepentingan dari pemangku kepentingan. Perusahaan perlu memastikan bahwa desain ekosistem blockchain mereka memaksimalkan kemampuannya untuk memfasilitasi kolaborasi.

5.2 Implikasi Praktis

Bagian ini menafsirkan implikasi praktis dari akuntansi yang mendukung blockchain dari empat aspek: perubahan peran akuntan dan auditor, tantangan, poin-poin penting bagi mereka yang menggunakan teknologi blockchain, pilihan di antara berbagai jenis blockchain, dan implikasi untuk praktik kecil dan menengah (UKM).

5.2.1 Perubahan Peran Akuntan dan Auditor

Blockchain mengubah proses akuntansi tradisional dengan lebih mendigitalkan verifikasi berbasis kertas kontemporer. Hal ini memberi akuntan dan auditor alat yang lebih baik yang dapat memungkinkan mereka fokus pada aktivitas yang lebih penting seperti strategi dan analisis terperinci.

Blockchain tidak akan sepenuhnya menggantikan akuntan atau auditor, karena penilaian akuntansi nilai wajar, mengevaluasi aset yang dapat diperjualbelikan, penilaian depresiasi, dan diferensiasi jenis sewa memerlukan keahlian akuntan dan auditor.

Lebih banyak pekerjaan akan diciptakan bagi para praktisi akuntansi terkait memastikan keaslian dokumen sumber dan nilai kontrak pintar. Akuntan akan memainkan peran penting dalam pembuatan, pelaksanaan, dan pengendalian kontrak pintar.

Perubahan peran ini memberikan lebih banyak kesempatan dan waktu kepada akuntan untuk fokus pada perencanaan dan evaluasi guna memperluas cakupan akuntansinya.

Penggunaan teknologi AI memudahkan dan efisien bagi auditor untuk memeriksa dan memvalidasi transaksi akuntansi terhadap data yang tercatat di blockchain.

Perubahan ini meningkatkan nilai auditor yang melakukan tugas yang lebih kompleks seperti tinjauan kontrak pintar, penilaian risiko, audit prediktif, deteksi penipuan waktu nyata, verifikasi tanda tangan, audit perangkat lunak/algoritma, dan analisis kepatuhan audit.

5.2.2 Tantangan dan Perhatian untuk Teknologi Blockchain

Blockchain adalah kemajuan teknologi terkini yang lagi berkembang. Saat ini, dunia usaha dihadapkan pada hambatan teknis, organisasi, dan hukum dalam penerapan blockchain. 

Misalnya, beberapa tantangan yang paling sering dibahas meliputi konsumsi energi, kapasitas penyimpanan, skalabilitas, perlindungan data, interoperabilitas, keamanan siber, kesiapan organisasi, akses terhadap keuangan, dukungan manajemen puncak, kapasitas teknis, masalah tata kelola, kurangnya standarisasi blockchain, dan lain sebagainya.

Mungkin tantangan teknis akan dapat teratasi seiring dengan kemajuan teknologi. Misalnya, Intel secara aktif bekerja sama dengan R3 untuk memanfaatkan teknologi berbasis silikon seperti Intel® Software Guard Extensions (Intel® SGX) untuk meningkatkan privasi dan keamanan solusi blockchain.

Tantangan  sebenarnya terletak pada pengelolaan perubahan dari sudut pandang masyarakat, budaya, dan proses. Hal inilah yang mempengaruhi pada perubahan proses, perubahan alur kerja, dan perubahan budaya.

Menyadari bahwa untuk mendapatkan manfaatnya mungkin lebih rumit dari yang diperkirakan. Seperti yang dibahas sebelumnya, blockchain bisa menjadi sangat spesifik pada situasi tertentu dan bukan merupakan solusi yang baik untuk semua masalah yang akan terjadi pada bisnis.

Tentunya penggunaan teknologi ini harus selaras dengan tujuan organisasi. Perlu diketahui bahwa tidak semua data dapat disimpan di blockchain. Pilihan antara blockchain tanpa izin atau yang berizin memiliki dampak signifikan terhadap keamanan dan hasil.

5.2.3 Pilihan Berbagai Jenis Blockchain

Saat memilih aplikasi blockchain, perusahaan perlu memastikan bahwa sistem blockchain dirancang dan dikonfigurasi dengan tepat, serta menggunakan proses yang didukung oleh pengendalian kontrol internal perusahaan (FRC, 2018).

Aspek penting yang perlu diperhatikan adalah apakah blockchain dapat menjadikan proses menjadi lebih efektif dan efisien.

Saat ini, contoh umum dari blockchain publik adalah Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH), dan Litecoin (LTC), sedangkan contoh blockchain pribadi yaitu Ripple (XRP) dan Hyperledger.

Contoh umum dari konsorsium blockchain adalah Quorum, Hyperledger, dan Corda. Berizin atau tidaknya suatu blockchain akan mempengaruhi keamanannya secara signifikan.

Blockchain yang memiliki izin biasanya memiliki throughput yang lebih tinggi karena kebutuhan keamanannya berkurang dengan adanya validator yang dikenal, sedangkan blockchain tanpa izin memiliki throughput yang lebih rendah karena kebutuhan keamanan yang tinggi dan algoritma konsensus diperlukan juga lebih ketat.

Saat ini, blockchain swasta dan berizin atau konsorsium blockchain memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk diadopsi ke dalam lingkungan bisnis arus utama karena dapat:

  1. Melindungi informasi sensitif perusahaan;
  2. Membedakan akses pengguna sesuai dengan kebutuhan akan informasi akuntansi sehingga dapat lebih mengontrol siapa yang dapat melihat dan/atau memperbarui buku besar;
  3. Menurunkan biaya validasi dengan adanya mekanisme konsensus lebih murah karena pengidentifikasi diketahui dan lebih sedikit node yang diperlukan untuk mencapai konsensus;
  4. Membagi akses atas catatan akuntansi tertentu untuk departemen internal atau pemasok eksternal, pelanggan, investor, regulator dan auditor;
  5. Meningkatkan kontrol terhadap peserta sehingga transaksi dapat lebih cepat diverifikasi; dan
  6. Lebih memperbaiki atau membalikkan transaksi secara fleksibel (Coyne dan McMickle, 2017; Sheldon, 2019; Yermack, 2017).

5.2.4 Implikasi untuk UMKM

Perusahaan Big 4 telah berada dalam masa percobaan untuk mengimplementasi blockchain dan AI dalam bisnis mereka. Namun bagi UMKM, implementasi blockchain akan sulit untuk dijalankan karena adanya keterhambatan dana atau kompetensi yang relevan.

Perusahaan-perusahaan besar akan memperoleh lebih banyak kekuatan pasar, sementara UMKM akan tertinggal dengan pilihan akuntansi/audit yang buruk, sehingga UMKM tidak boleh acuh atas kesulitan terkait dengan penerapan teknologi yang kompleks agar tidak timbulnya  kesenjangan besar antara perusahaan besar dengan UMKM.

Organisasi akuntansi profesi dapat berupaya untuk mendukung UMKM dalam meningkatkan kompetensi teknisnya dengan menyediakan forum bagi UMKM untuk terus saling memberikan informasi terkini kepada praktisi tentang aplikasi blockchain dalam bidang akuntansi dan audit.

Perusahaan, akuntan, auditor, pengembang sistem, dan regulator harus saling berkolaborasi untuk menginvestasikan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam merancang dan mengimplementasikan blockchain di dunia pencatatan keuangan, bersama dengan penggunaan AI untuk meningkatkan operasi bisnis dan ketahanan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi digital.

6. Kesimpulan

Artikel relasi Akuntansi dan Teknologi Informasi yang berjudul “Accounting and Auditing with Blockchain Technology and Artificial Intelligence (Akuntansi dan Audit dengan Teknologi Blockchain dan Kecerdasan Buatan)” ini mengulas dan merangkum empat tema yang menandai perubahan pencatatan akuntansi dengan teknologi blockchain.

Teknologi ini dapat menyediakan data audit yang telah dibagikan, diverifikasi, dan disepakati. Tingkat efektivitas audit dapat meningkat dengan bantuan alat AI menggunakan data blockchain yang dapat dilacak dan diaudit.

Artikel ini menafsirkan hasil penelitian menggunakan teori agensi dan manajemen internal untuk menjelaskan bagaimana akuntansi yang didukung blockchain dapat menghindari asimetri informasi dan mencakup semua manajemen internal karena blockchain menawarkan cara baru dalam mengatur kolaborasi.

Namun, karena blockchain merupakan teknologi yang masih terkategori sebagai teknologi baru, sehingga masih diperlukannya pengembangan  dan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi lebih banyak kasus penggunaan akuntansi yang mendukung blockchain.

Blockchain masih perlu untuk dikembangkan, distandarisasi, dan ditingkatkan untuk mengatasi tantangan teknis, organisasi, dan peraturan agar benar-benar menjadi bagian integral dari sistem keuangan.

Penulis:

  1. Averina Zoraya
  2. Silvia Rahayu
  3. Jessy Ng
  4. Tedia Sari
  5. Tracy Richlie
  6. Fenny Royentricia

Mahasiswa Akuntansi, Universitas Internasional Batam

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Referensi

Deloitte. 2016. Blockchain Technology A Game-changer in Accounting?. https://www2.deloitte.com/content/dam/Deloitte/de/Documents/Innovation/ Blockchain_A game-changer in accounting.pdf. Diakses pada 28 November 2023.

Deloitte. 2017. Blockchain in banking While the interest is huge, challenges remain for large-scale adoption. https://www2.deloitte.com/content/dam/Deloitte/in/Documents/strategy/in-strategy-innovation-blockchain-in-banking-noexp.pdf. Diakses pada 21 Desember 2023.

Deloitte. 2020. Thriving in the era of pervasive AI Deloitte’s State of AI in the Enterprise, 3rd Edition. https://www2.deloitte.com/content/dam/Deloitte/nl/Documents/innovatie/deloitte-nl-exec-deck-state-of-ai-in-the-enterprise-3rd-edition-final.pdf. Diakses pada 28 November 2023.

ICAEW, 2018. Blockchain and the future of accountancy. https://www.icaew.com/technical/technology/blockchain/blockchain-articles/blockchain-and-the-accounting-perspective. Diakses pada 29 November 2023.

Han Hongdan, dkk. 2023. “Accounting and Auditing with Blockchain Technology and Artificial Intelligence: A Literature Review”. International Journal of Accounting Information Systems. December 2023, 1-12.

Martin, R. 2018. How Blockchain Will Impact Accounting. https://igniteoutsourcing.com/blockchain/blockchain-accounting-applications. Diakses pada 23 Desember 2023.

PWC. 2018. Blockchain is here. What’s your next move?. PwC’s 2018 Survey. Available https://www.pwc.com/gx/en/industries/technology/blockchain/ blockchain-in-business.html. Diakses pada 23 Desember 2023.

PWC. 2020. Time for trust The trillion-dollar reasons to rethink blockchain. https://image.uk.info.pwc.com/lib/fe31117075640475701c74/m/2/ 434c46d2-a889-4fed-a030-c52964c71a64.pdf. Diakses pada 23 Desember 2023.

Shimamoto, D. C. 2018. Why Accountants Must Embrace Machine Learning. IFAC. https://www.ifac.org/knowledge-gateway/preparing-future-ready-professionals/discussion/why-accountants-must-embrace-machine-learning. Diakses pada 23 Desember 2023. Smith, P. 2019. Blockchain could bring a new lease of life to audit. ACCA. https://www.accaglobal.com/uk/en/member/discover/cpd-articles/audit-assurance/blockchain-audit.html. Diakses pada 23 Desember 2023.

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *