Atasi Malnutrisi, Kunci Menuju Kesehatan Optimal

Malnutrisi
Malnutrisi

Prevalensi malnutrisi yang tinggi di Indonesia menjadi bukti rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia tentang pentingnya gizi. Negara kita ini telah mengalami kemajuan dalam banyak sektor, tetapi masalah gizi buruk masih menjadi tangangan yang besar. Kesehatan gizi masih kurang diperhatikan oleh masyarakat Indonesia, terutama di daerah miskin dan terpencil.

Malnutrisi menjadi isu yang multifaktorial dan kompleks. Akar dari masalah ini lebih dari sekedar kekurangan atau kelebihan gizi, tetapi juga berhubungan dengan mutu makanan yang tergolong rendah dan banyaknya permasalahan sosial di masyarakat Indonesia. Hubungan antara tingginya kasus malnutrisi pada kualitas dan kesejahteraan masyarakat Indonesia bersifat timbal balik.

Dalam laporan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, pemerintah telah berhasil melakukan pengecekan pada 17,1 juta balita, yaitu mencapai 95,15 persen dari target sampai 1 Juli 2024. Dari data tersebut, ditemukan 5,8 juta balita atau 36,10 persen mengalami masalah gizi. Selai­­n itu, ada 3,6 persen atau 220.275 balita bermasalah yang harus diintervensi. Tentunya angka ini menjadi keprihatinan kita terhadap kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pemberian bantuan makanan saja tidak dapat menutup banyaknya kasus malnutrisi di Indonesia. Pendekatan yang menyeluruh dalam jangka panjang diperlukan untuk menghadapi masalah ini.

Kurangnya akses makanan bergizi, ketidakmampuan ekonomi, faktor lingkungan dan sanitasi, serta kurangnya pengetahuan akan pola makan yang sehat menjadi penyebab munculnya berbagai kasus malnutrisi di masyarakat Indonesia. Ketidakmerataan distribusi pangan menjadi salah satu penyebab, di mana wilayah-wilayah terpencil seperti di perdesaan sering mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan makanan bergizi dan berkualitas, sedangkan kebanyakan pusat-pusat kota memiliki akses yang lebih baik. Infrastruktur yang tidak memadai juga memperburuk masalah distribusi pangan dan membuat akses ke pasar yang menyediakan makanan bergizi terhambat.

Faktor ekonomi juga turut berperan, terlihat dari banyaknya keluarga di Indonesia yang menghadapi kesulitan finansial sehingga memaksa mereka untuk memilih makanan murah yang kurang bergizi. Ketidakmerataan pendapatan dan akses untuk memperoleh sumber daya mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk konsisten mengonsumsi makanan bergizi.

Rendahnya tingkat pendidikan dan kesadaran kesehatan di berbagai lapisan masyarakat juga seringkali membatasi pemahaman tentang nilai gizi dan pola makan yang sehat. Informasi tentang nilai gizi di Indonesia masih kurang cukup disosialisasikan, baik melalui kampanye kesehatan ataupun media massa. Masih juga terdapat lapisan masyarakat yang lebih percaya mitos dibandingkan informasi ilmiah mengenai pola makan sehat. Hal ini dapat kita lihat jelas dari banyaknya masyarakat yang lebih percaya mengenai informasi yang lewat begitu saja di berbagai media, termasuk hoax sekalipun.

Kenyataannya, masih terdapat orang-orang yang menganggap nasi putih sebagai sumber kegemukan, tetapi tetap mengonsumsi karbohidrat sederhana lainnya, seperti roti putih, permen, minuman manis, makanan mengandung gula, dan masih banyak lagi.

Tantangan dalam penanganan kasus malnutrisi memang sulit dihindari dan diputus dalam masyarakat di Indonesia. Namun, kasus malnutrisi dapat diatasi dengan diberlakukannya kebijakan hingga dukungan komunitas untuk menciptakan perubahan yang nyata. Upaya promosi pola makan sehat dapat menjadi langkah awal dalam peningkatan kesehatan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan kampanye promosi pola makan sehat, contohnya seperti pelatihan bagi tenaga kesehatan, penyuluhan gizi di sekolah, dan kampanye yang berisi pengolahan makanan yang tepat.

Memfasilitasi akses yang lebih baik ke produk makanan sehat juga harus segera terlaksana. Dengan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang pola makan sehat, kita dapat mendorong perubahan perilaku yang positif dan berkontribusi pada pengurangan beban penyakit malnutrisi.

Tindakan yang dapat ditingkatkan oleh tenaga kesehatan salah satunya adalah memaksimalkan pemberian wawasan dan bimbingan mengenai gizi yang seimbang. Sementara itu, pendidik berperan dalam menyebarkan informasi yang didapatkan kepada siswa melalui kurikulum yang terintegrasi. Lembaga swadaya masyarakat juga seringkali menghadirkan inovasi dalam program pendidikan dan penyuluhan yang mendalam, menjangkau berbagai lapisan masyarakat.

Di sisi lain, pemerintah daerah dapat mendukung inisiatif ini dengan membuat kebijakan yang memfasilitasi akses ke makanan bergizi dan program-program kesehatan masyarakat. Dengan menyatukan kekuatan dari berbagai sektor ini, kita tidak hanya meningkatkan pemahaman tentang nutrisi tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung perubahan perilaku yang berkelanjutan.

Adapun kesadaran yang kuat mengenai pentingnya gizi akan mendukung kesejahteraan masyarakat di negara Indonesia. Setiap individu, mulai dari pembuat kebijakan hingga masyarakat umum, harus berperan aktif dalam solusi ini.

Peran berbagai pihak masyarakat, seperti tenaga kesehatan, pendidik, lembaga swadaya masyarakat, dan pemerintah sangat penting dalam bekerja sama menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan gizi dan pencegahan penyakit. Kolaborasi ini dapat mendorong kita semua dalam menghadapi tantangan di masa depan. Oleh karena itu, kolaborasi berbagai pihak di masyarakat harus segera direalisasikan untuk mencapai tujuan kesehatan di masyarakat.

Penulis: Karoline Yogita
Siswa SMA Santa Ursula Jakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *