Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta merupakan wadah keberlanjutan jenjang pengembangan ilmu sebagai pondasi utama dalam upaya mewujudkan generasi emas yang mampu memupuk juga menghasilkan embrio-embrio kemajuan bangsa dan negara yang memiliki karakter untuk merepresentasikan dirinya pada realitas kehidupan sosial-bernegara.
Dalam hal ini, mahasiswa merupakan bagian dari manifestasi pahlawan yang akan memberikan pengaruh terhadap keadaan karena ia dituntut harus mampu membaca alur peta kemana ia akan bergerilya menabur benih-benih yang ditanam melalui proses pendidikan di Perguruan Tinggi maupun organisasi.
Kemudian dipanen dalam wujud gagasan, ide, serta konsep, lalu secara sadar atau tidak sadar diejawantahkan ke dalam bebeapa aspek, yakni sebagai agent of change (agen penerus dan pembawa perubahan dalam menciptakan inovasi dan solusi baru dalam dunia digitalisasi yang terus berkembang), social control (kontrol sosial yang bertentangan), guardian of value (penjaga nilai-nilai luhur keadilan di masyarakat) dan iron stock (sumber daya pemimpin di dalam kehidupan).
Perlu kita sadari bersama, bahwa Indonesia medapatkan bonus demografi yang sangat tinggi, bonus demografi yang dimaksud adalah proporsi penduduk usia produktif (15 – 64 tahun) akan lebih besar jika dibandingkan dengan usia non-produktif (65 tahun ke atas) dengan proporsi lebih dari 60% dari total jumlah penduduk Indonesia. (sumber: https://www.mpr.go.id-bonus-demografi-harus-mampu-wujudkan-kesejahteraan-masyarakat)
Untuk merepresentasikan dirinya sebagai negarawan, mahasiswa perlu mendeklarasikan dirinya sebagai orang yang memiliki sikap idealisme tinggi serta memiliki karakter kuat, dan sikap itulah yang akan menumbuh-kembangkan value guna mencerminkan etika kuat dalam menilai semua hal secara bijak, rasional dan objektif.
Paradigma ini dimaksudkan bukan hanya sekadar untuk mahasiswa pada bidang tertentu, melainkan secara garis besar haluannya kepada seluruh mahasiswa yang sedang atau sudah memupuk dirinya di berbagai unsur bidang, dengan begitu sikap dan rasa tanggung jawabnya dapat dipertanggung-jawabkan.
Mahasiswa sejati adalah mahasiswa yang mampu mempertahankan sikap idealismenya dalam membaca alur peta juga mendalami ritme tantangan serta rintangan yang akan ia hadapi secara cepat maupun lambat, lebih dari itu, mahasiswa sejati adalah ia yang mampu beradaptasi di setiap keadaan.
Peran yang Perlu Dilakukan Mahasiswa untuk Menjadi Negarawan Muda
Pertama, negarawan sejati mempunyai pemahaman politik yang benar. Bukan politik ala Machiavelli yang pragmatis sebagaimana rumusannya dalam The Prince, yang tujuannya hanya sekadar mengejar kekuasaan dan jabatan.
Akan tetapi pemahaman politik yang dijiwai oleh nilai-nilai penghambaan kepada Tuhan. Ia memiliki koridor dan kendali dalam melaksanakan aktivitas politiknya.
Kedua, Negarawan sejati mempunyai orientasi kepada pengurusan dan pelayanan kepada masyarakat dan rakyatnya dengan baik. Mereka menyadari betul bahwa kepentingan masyarakat yang terlayani dengan baik merupakan tujuan aktivitas politik yang dijalankannya.
Kesadaran bahwa pemimpin rakyat adalah pelayannya, menggerakkan mereka untuk selalu membela kepentingan-kepentingan rakyatnya. Bahkan, negarawan itu tidak harus menduduki sebuah pemerintahan, layaknya oposisi untuk terus memberikan masukan, saran, dan kritiknya demi pembangunan sumber daya yang berkeadilan.
Seorang negarawan akan mengurusi kepentingan rakyatnya. Ketika ia diberi mandat sebagai pejabat publik, tentunya regulasi yang ada digunakan sebaik mungkin untuk menjadi payung hukum dan perlindungan bagi rakyatnya.
Sedangkan jika ia bukanlah pejabat publik, maka ia akan selalu siap melakukan koreksi kepada setiap kebijakan para pemimpin dan pejabat yang dipandangnya akan menyengsarakan rakyat. Mereka akan selalu mengadopsi kepentingan-kepentingan untuk kemaslahatan umat dan rakyat secara umum.
Ketiga, Seorang negarawan sejati mempunyai landasan ideologi berfikir yang jelas. Dengan begitu, ia tidak akan diombang-ambingkan layaknya buih di lautan. Ia mempunyai warna yang khas juga unik. Ia mampu memberikan makna terhadap politik dengan baik.
Sebuah politik kemandirian, berdiri, dan berpijak di atas identitas sendiri. Sebuah proses paradigma politik yang meneguhkan identitas sebagai negeri yang berasaskan kepada Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
”Negarawan yang setia itu rela berkorban, bukan untuk dikenal namanya, tetapi semata-mata ia tulus membela cita-cita.”
– Mohammad Hatta (Wakil Presiden RI Ke-1)
Penulis: Achmad Syauqi Maky
Mahasiswa Jurusan Magister Ilmu Hukum, Universitas Pamulang
Editor: I. Khairunnisa
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News