Teknologi Digital dalam Proses Transfer Knowledge di Institusi Pendidikan Tinggi

Transfer Knowledge
Ilustrasi Transfer Knowledge (Sumber: Media Sosial dari AI freepik.com)

Dalam era digital, institusi pendidikan tinggi semakin bergantung pada teknologi sebagai sarana strategis dalam memfasilitasi transfer knowledge. Pemanfaatan Learning Management System (LMS), AI, VR/AR, serta kolaborasi digital telah terbukti meningkatkan efektivitas berbagi pengetahuan antar dosen dan mahasiswa, serta mendukung interaksi dengan dunia industri.

Di Indonesia, inisiatif seperti Program Bantuan Pembelajaran Digital Kolaboratif (PDK) 2025 mencerminkan komitmen pemerintah untuk memacu kapabilitas digital kampus melalui integrasi teknologi pembelajaran modern berbasis hybrid dan kolaboratif.

Pertama, LMS internal seperti yang dikembangkan oleh Ma’soem University menunjukkan bagaimana sistem digital yang dikustomisasi oleh tenaga IT kampus dapat menyediakan platform yang intuitif untuk menyimpan materi kuliah, forum diskusi, dan penugasan daring.

Hal ini tidak hanya meningkatkan akses materi, tetapi juga mempercepat siklus socialization dan externalization dalam konteks SECI, di mana pengetahuan tacit dikodifikasi dan dibagikan secara real-time. Selain itu, LMS menyederhanakan evaluasi kemajuan mahasiswa melalui fitur kuis dan analitik pembelajaran, memberi peluang bagi dosen untuk melakukan intervensi berbasis data secara tepat sasaran.

Kedua, kecerdasan buatan (AI) memainkan peran penting dalam personalisasi pembelajaran dan feedback otomatis. Menurut kajian oleh Politeknik SCI (2025), AI dapat menganalisis gaya belajar masing-masing mahasiswa, menyesuaikan konten pengajaran, serta memfasilitasi chatbot yang menjawab pertanyaan mahasiswa sepanjang waktu.

Tren serupa diamati secara global, termasuk di universitas Australia, di mana AI digunakan untuk memetakan kebutuhan literasi digital dan memberikan jalur pembelajaran yang dipersonalisasi, sekaligus memperkecil kesenjangan akses pendidikan.

Ketiga, inovasi VR/AR memungkinkan perancangan lingkungan belajar imersif yang meningkatkan internalisasi pengetahuan misalnya dalam praktikum laboratorium virtual kimia di Unpad atau simulasi operasi medis. Teknologi ini memperluas tahap socialization dan internalization dengan memberikan siswa pengalaman langsung, meski secara virtual, sehingga pengetahuan eksplisit mudah dicerna dan diuji dalam skenario nyata.

Selanjutnya, kolaborasi industri-akademik yang difasilitasi teknologi digital memperkuat proses transfer knowledge melalui model Triple Helix: interaksi antara perguruan tinggi, industri, dan pemerintah. Universitas melakukan kerja sama dengan perusahaan teknologi, EdTech, dan penyedia cloud seperti Google atau Microsoft untuk pengayaan konten, magang, dan riset kolaboratif.

Model ini memfasilitasi exchange antara pengetahuan praktis dan ilmiah, memperkuat tahap combination dalam SECI, serta meningkatkan kualitas inovasi dan kesiapan lulusan.

Lebih lanjut, cloud computing dan learning analytics memungkinkan monitoring berkelanjutan pada proses transfer knowledge: data penggunaan platform, partisipasi, dan capaian belajar dapat dianalisis untuk mengenali hambatan dan mengoptimalkan strategi pembelajaran. Infrastruktur inilah yang mendukung evaluasi berkelanjutan, memungkinkan penyesuaian metode dan materi secara responsif terhadap kebutuhan mahasiswa.

Baca juga: Media Massa di Era Digital: Dinamika, Tantangan, dan Transformasi ke Arah Masa Depan yang Terhubung

Institusi juga menghadapi tantangan di antaranya kesenjangan digital (keterbatasan akses perangkat/internet), resistensi dosen terhadap inovasi teknologi, dan isu keamanan data pribadi. Solusinya meliputi penyediaan fasilitas Wi‑Fi, pelatihan literasi digital bagi pengajar, serta penerapan sistem proteksi data yang ketat.

Dari perspektif pedagogis, transformasi digital memperkuat active learning metode yang telah terbukti meningkatkan hasil akademik hampir 50% dibanding kuliah tradisional. Dengan teknologi digital, mahasiswa tidak hanya mendengarkan, tetapi turut membangun pengetahuan melalui diskusi, simulasi, dan kolaborasi, memperdalam internalisasi pengetahuan secara aktif.

Dengan demikian, pemanfaatan teknologi digital di institusi pendidikan tinggi menghasilkan efek sinergis: meningkatkan fleksibilitas dan akses pembelajaran, memperkaya interaksi sosial dan intelektual, serta memperkuat kapabilitas berkolaborasi dengan industri dan masyarakat.

Untuk mengoptimalkan potensi transfer knowledge, kampus disarankan menerapkan strategi terpadu meliputi pengembangan LMS dan AI, investasi infrastruktur digital, pelatihan pendidik, serta kolaborasi dengan mitra eksternal. Pendekatan ini tak hanya meningkatkan efektivitas transfer knowledge, tetapi juga mempersiapkan lulusan yang adaptif dan kompeten di era ekonomi pengetahuan.

 

Penulis: Reva Noor Azizah
Mahasiswa Magister Manajemen, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *